Yumna menyusul Candy. "Eh, Can! Kenapa pake ngambek segala sih? Lo kayak nggak kenal si Kevin aja," ujar Yumna.
"Kok lo malah jadi nyalahin gua?" Candy mendelik pada Yumna.
"Gua nggak nyalahin siapa-siapa, Candy!" sanggah Yumna.
Candy menelan ludah. Ia tahu Kevin tidak salah. Ia sendiri pun tidak mengerti mengapa ia tiba-tiba jadi gampang tersulut emosi.
"Balik lagi, gih! Biar nih tugas cepat kelarnya! Jangan kayak anak kecil gitu!" Yumna menarik lengan Candy, membuat Candy tidak bisa lagi menolak.
"Bocah amat! Dikit-dikit ngambek," celutuk Azka.
"Udah, deh, jangan pada mulai lagi…," lerai Yumna.
Mereka pun mulai fokus mengerjakan miniature itu. Muka candy masih masam. Sesekali bola matanya masih mendelik tajam pada Azka dan Yumna yang tampak kompak menyelesaikan miniature itu. Empat jam kemudian…
"Yes, selesai!" Azka dan Yumna ber-highfive ria. Wajah keduanya tampak sumringah.
"Akhirnya kelar juga. Pegel nih pinggang gua!" Kevin langsung rebahan di lantai.
"Huuu… Cuma duduk plus bengong aja sok-sok ngeluh lo!" Yumna melempar sisa-sisa potongan stik es pada Kevin.
"Gila! Sumpah! Ini keren banget, sih. Nggak nyangka gua hasilnya bakal sekeren ini. Boleh juga bakat desain lo, Yum!" puji Azka yang berhasil membuat wajah Yumna bersemu merah, dan membuat dada Candy semakin terasa panas.
Candy pun bangkit berdiri. "Udah nggak ada yang mau dikerjain lagi, kan? Gua mau langsung balik, deh," ujar Candy.
"Gua yang mau kencan kok lo yang buru-buru, sih," sahut Kevin.
"Eneg gua lama-lama liat muka lo!" semprot Candy lagi pada Kevin.
"Kenapa sih lo? Marah-marah mulu dari tadi! Nggak kelar-kelar juga tuh datang bulan, hah?"
"Rese lo, ya!" geram Candy sembari bersiap melempar sapu ke Kevin.
"Eh-ehh.." Azka menahan tangan Candy. "Jangan anarki di sini, dong!" lerainya.
Sentuhan Azka itu berhasil membuat Candy terdiam dan mendelik pada Azka, namun tatapannya tak lagi tajam. "Kalau mood lo lagi jelek, nggak usah dilampiasin ke orang lain dong!" cetus Azka.
"Trus ke siapa, hah? Gua harus ngelampiasin ke lo gitu?" balas Candy, tatapannya kembali berapi-api.
"Buset nih orang kerasukan setan apaan sih." Azka geleng-geleng sendiri.
"Can! Udah, ah! Malu bikin masalah di sini!" lerai Yumna.
Candy menoleh sekilas pada Yumna. Andai Yumna tahu bahwa mood Candy jadi berantakan tidak lain dan tidak bukan adalah karena Yumna.
"Lo mau pulang sekarang? Udah yuk, barengan sama gua," ujar Yumna lagi.
Candy hanya diam dan menundukkan kepalanya, berusaha meredam emosi yang masih menyala-nyala dalam jiwanya.
Seiring dengan itu, Adisti, adik bungsu Azka pun datang menghampiri mereka. "Bang Azka, kata mama waktunya makan siang, sekalian bawa teman-temannya Bang Azka," ujar gadis remaja yang berpipi chubby itu.
"Mereka juga udah mau balik, kok," balas Azka.
"Eh, kata siapa?" Kevin langsung bangkit berdiri. "Gua masih belom mau balik. Yuk, ah, ajakin gua makan," ucap Kevin lagi.
Azka langsung menghembuskan napas. "Ya, udah, ayuk!" Kemudian ia menoleh pada Yumna dan Candy. "Kalian gimana? Mau makan dulu atau langsung pulang?"
Candy dan Yumna saling tatap. "Gua sih mau langsung pulang aja. Terserah deh kalau lo masih mau di sini," ujar Candy pada Yumna.
"Kalau lo pulang, gua juga pulang deh," balas Yumna.
"Lho! Lho! Gimana, sih, kalian? Kalau cuman gua yang makan, gua mah juga jadi segan. Mending gua ikut pulang juga," timpal Kevin.
"Anak-anak! Ayo masuk dulu!" panggil Bilqis yang terpaksa menyusul karena mereka belum juga memasuki rumah sementara makanan sudah tersaji.
"Candy kayaknya mau langsung pulang aja deh, Tan. Lagi nggak enak badan," sahut Candy. "Maaf ya, Tan."
"Lho, kok gitu? Tante udah masak banyak lho."
Candy kembali saling menatap dengan Yumna. Akhirnya mereka pun memutuskan untuk menerima jamuan tuan rumah.
***
"Ini yang cantik ini siapa namanya? Kok Om baru lihat," ujar Ari di sela-sela santapan makan siang.
"Saya Yumna, Om," sahut Yumna memperkenalkan dirinya.
"Ohh… jadi ini yang namanya Yumna, Azka sering lho cerita tentang kamu," ujar Ari lagi.
Azka sendiri nyaris tersedak mendengar hal itu, kemudian menatap papanya dengan heran.
"Oh, ya?" balas Yumna, pipinya kembali bersemu merah.
"Iya." Ari mengangguk mantap. "Katanya, ada teman sekolah yang cantik tapi sedikit jutek," cetus Ari lagi.
"Apaan sih papa, ngaco banget!" sergah Azka.
Yumna tersenyum malu-malu, sementara Candy kembali melotot. Apa benar Azka sering menceritakan Yumna pada keluarganya?
"Gimana Azka di sekolahan, Yumna?" tanya Ari lagi.
"Hmmm… baik kok, Om. Iya sih, kadang-kadang sering nggak ngerjain tugas, tapi Azka nggak pernah bolos kok, Azka selalu mendengarkan guru yang menerangkan pelajaran," jawab Yumna yang berhasil membuat Candy, Kevin, dan Azka sama-sama melongo.
"Oh, ya? Om kira Azka suka cabut," balas Ari lagi sembari melirik putranya.
"Azka nggak pernah cabut, Pa. Walaupun kelihatan nakal gini, kalau di sekolahan Azka patuh kok. Ya, kan, Yum?" Azka meminta penguatan pada Yumna, yang langsung diiyakan oleh Yumna.
Makanan Kevin nyaris menyembur dari mulutnya mendengar kebohongan yang hakiki itu.
"Iya sih nggak pernah cabut, cuman loncat pagar pas jam pelajaran doang," cetus Candy.
"Apaan sih? Ngarang mulu lo!" semprot Azka pada Candy.
"Xeno! Nggak boleh kasar gitu sama perempuan!" lerai Bilqis.
"Dia tuh emang tukang ngadu, Ma, tukang jelek-jelekin Xeno doang bisanya," ucap Azka.
"Sudah! Sudah! Lanjutin lagi makannya! Nanti gara-gara ngobrol terus malah nggak jadi makan." Ari menengahi.
"Saya nambah ya, Om." Kevin memindahkan sepotong ikan bakar lagi ke piringnya.
***
Yumna mengantarkan Candy pulang. Namun sepanjang perjalanan, temannya itu hanya diam, tidak bicara sepatah kata pun.
"Can! Hello, Candy!" Yumna membuyarkan lamunan Candy.
"Hmmm," sahut Candy.
"Kenapa, sih? Manyun mulu dari tadi?" ujar Yumna.
"Nggak. Gua biasa aja," balas Candy.
"Hmmm." Terdengar Yumna menghembuskan napas jengah. Ia memang sudah paham betul dengan sifat Candy, temannya yang satu itu emang moody-an.
"Oh ya, orangtuanya Azka seru ya," cetus Yumna kemudian.
Candy pun mendelik dan mendapati wajah Yumna tengah berseri-seri.
"Mamanya Azka cantik, baik lagi. Papanya juga seru dan humble banget. Gua jadi kepikiran sama apa yang diomongin papanya Azka tadi. Bener nggak sih Azka sering nyeritain gua kalau di rumah?" ucap Yumna sambil senyum-senyum sendiri.
"Om Ari mah orangnya suka becanda, Yum!" Candy berusaha mematahkan asumsi Yumna.
"Yaa… tapi, kan bisa aja kalau yang dikatain Om Ari itu bener," balas Yumna lagi.
Candy kembali meluruskan pandangannya. Menatap wajah Yumna yang berseri-seri semakin membuat hatinya terbakar. Tidak lama kemudian, mobil itu pun tiba di kediaman Candy.
"Mau mampir dulu nggak?" Candy berbasa-basi.
"Next time deh. Salam aja ke bunda, ya," balas Yumna.
Candy pun mengangguk dan turun dari mobil Yumna.