Banin menatap wajah yang sangat tirus itu. Badan kecil Sea semakin kurus dan layu. Ada kesedihan yang membayang di mata Banin. Didekatinya gadis cantik yang masih terpejam itu. Lalu dirinya duduk di depan pembaringan.
Diraihnya tangan ramping itu, lalu digenggamnya penuh dengan kelembutan membuat Sea mengerjabkan matanya dengan liar. Nampak rasa heran di benaknya saat melihat Banin menitikkan air matanya yang begitu hangat.
"Kenapa menangis? Apa aku akan segera mati?" tanya Sea dengan senyum yang sangat picat. Bibirnya bergetar hebat. Saat seperti itu pikiran kotor Banin datang. Jiwa bangsatnya meronta-ronta dengan liarnya.
"Banin," desis Sea seketika. Banin yang mendengar namanya dipanggil terkesima. Ternyata hari ini Sea mengingat namanya. Semoga besok pun dia akan begitu dan ada perkembangan.
"Sea, kamu sudah sadar?" tanya Banin seolah baru tersadar dari mimpi buruk.