Baru saja Kenicth membawa mamanya keluar dari tempat itu. Tiba-tiba sebuah suara keluar dari mulut Dave.
"Tunggu!" Kenicth dan Mirna berhenti seketika. Dave yang sudah melihat pergerakan Mirna dan Kenicth segera bergerak mendekati mereka.
"Aku sudah mengetahuinya sejak kemarin kamu berbincang dengan, Pak Firdaus. Tapi yang buat aku kecewa kenapa kamu tidak bicara terus terang denganku. Mirna aku mencintaimu apa adanya bahkan ketika kamu bilang bahwa kebahagiaanmu bertemu dengan satu-satunya darah daging kamu, aku berusaha keras untuk mencarinya meskipun aku tidak tahu harus mengawalinya darimana ketika mencarinya. Apa aku nggak pernah berharga di matamu, Mirna. Kalau aku bisa menyayangimu apa kamu pikir aku tidak bisa menyayangimu?"
Kenicth dan Mirna terpaku. Kalimat demi kalimat yang keluar dari mulut Dave seperti roller coster yang tak ada hentinya namun penuh makna. Pria itu memang sudah cukup dewasa namun seperti kekanakan ketika pikiran bertubi menimpanya.