Seminggu telah berlalu.
Pada pukul dua siang, matahari begitu terik di Jakarta. Orang-orang yang berlalu-lalang mengangkat payung dan mengenakan kacamata hitam.
Saat ini, Cahyadi duduk kursi pengemudi BMW sambil menunggu Giana. Dia sedang marah besar dan berbicara di telepon dengan wajah tertekan.
"Apa?! Perusahaan Sukses Jaya juga bangkrut? Brengsek! Bagaimana bisa perusahaan yang selama ini baik-baik saja mendadak bangkrut?"
Perusahaan Sukses Jaya adalah salah satu dari 70 perusahaan tempat Cahyadi berinvestasi dan selama ini juga paling menguntungkan. Tetapi, untuk beberapa alasan yang tidak diketahui, perusahaan-perusahaan yang menghasilkan uang baginya tiba-tiba menjadi sasaran para perusahaan lain di industri yang sama dalam dua hari terakhir hingga bangkrut satu per satu dan tidak ada yang tersisa.