Chereads / Story of a Reincarnator / Chapter 22 - Konflik (2)

Chapter 22 - Konflik (2)

|POV ROBERT|

Kelihatannya situasi ini tidak berjalan dengan lancar. Aku tak tahu apa yang ada dalam pikirannya saat ini, tetapi dia tetap menentang ajakanku untuk menemui Mavis dan melakukan penyelidikan terhadap kasus ini.

Jack sepertinya mengetahui suatu informasi tentang benda yang ada dalam Kucing tersebut yang tidak kami ketahui. Mungkin itu salah satu alasan mengapa ia sangat khawatir melepaskan kucingnya itu.

"Aku tak dapat membantumu, pak Robert." suaranya terdengar lebih berat dengan wajah yang serius.

Melihatnya seserius itu membuatku menjadi gugup untuk terus meyakinkannya.

"Ketua..." Norman tampak ragu dengan usaha yang sudah kulakukan sejauh ini.

Dengan menelan ludah, aku mencoba mengajaknya dengan hati-hati. "Pikirkanlah baik-baik, Jack. Kita bisa menyelesaikan masalah ini sampai tuntas bersama-sama. Apa kau tak menginginkan hal itu? banyangkan salah satu kejahatan yang sulit diberantas ini dapat terselesaikan hanya dengan seekor Kucing milikmu, kita akan diapresiasi karena tindakan yang kita lakukan itu, Jack. Dan bersama-sama kita dapat melindungi kucing ini dari penjahat sepertinya" butiran keringat mulai muncul dari pori-pori wajahku.

"Lalu apa? Menggunakan Oto dan menjadikannya sebagai umpan? Maaf saja, aku pernah melakukan hal yang sama dan berakhir dengan gagal. Tolong beritahu kepada sipir Mavis itu bahwa aku takkan menyerahkan Oto untuk keperluan apapun yang ia rencanakan. Dan aku sendiri sudah lebih dari cukup untuk melindungi Oto dari penjahat seperti mereka!" suaranya keluar lebih keras hingga beberap orang sekitar terpancing pandangannya.

Dari cara dia mengucapkan kalimat itu, dia benar benar teguh pada pilihannya. Melihat dia membentak seperti itu juga membuatku merinding dan tak ingin menjadikannya musuh. Sebenarnya aku tak mengharapkan ia akan seserius ini, aku hanya mencoba mengajaknya dengan baik-baik. Aku tak ingin dia menganggapku sebagai seorang pengganggu.

"Tidak usah repot-repot!, aku sudah mendengarnya langsung!" sebuah teriakan datang dari arah punggungku yang membuat wajah serius Jack kembali normal mencaritahu keberdaannya.

Seketika kami bertiga menengok kebelakang mencari sumber suara itu. Suara yang tak asing itu ternyata keluar dari mulut Mavis tanpa menggunakan topi sipir nya yang sedang duduk sendirian di bangku taman yang panjang tepat didepan patung Niels dengan kedua tangan yang berada diatas kaki yang ia silang.

Aku tak tahu mengapa Mavis juga berada di sini, padahal beberapa menit sebelumnya saat kami bertiga masih bertanya kepada orang sekitar, dia tidak ada disekitar. Bahkan pagi buta tadi ia masih berada di Penjara.

"Sipir Mavis!?" tanyaku terkejut melihatnya.

Mavis berdiri dari tempat duduknya dan berjalan santai menuju kearah kami dengan tangan yang masuk kedalam masing-masing saku celananya.

"Sepertinya ajakanmu itu tidak berjalan lancar ya, Robert" ucapnya, terus berjalan dengan seringai tipis pada mulutnya.

"Maaf, dia sepertinya tidak bisa-"

"Jadi kau sudah mendengarnya langsung ya!? Kalau begitu pergilah. Ada sesuatu yang harus kulakukan juga saat ini, jadi kami pergi dulu" protes Jack pada Mavis, memotong kalimatku saat berbicara.

Jack hendak pergi bersama dengan Anak dan Kucing miliknya itu meninggalkan kami.

"Atas dasar apa kau berbicara seperti itu? kau tidak berhak pergi dari sini sebelum aku memperkenalkan diri" ucap Mavis, membuat Jack berhenti berjalan.

"Apa maksud dari perkataanmu itu?" Jack berbalik, tatapan nya terlihat kosong saat bertanya.

Mavis berhenti dan berdiri disebelahku, melepaskan kedua tangannya dari saku celana.

Ia membungkukkan tubuhnya dengan postur perkenalan layaknya bangsawan. "Perkenalkan, namaku Mavis Gilbert. Dan aku adalah seorang Kepala Sipir di Penjara Arnhemia" suaranya terdengar lembut setiap ia melakukan perkenalan seperti itu.

"Aku Jack. Jadi... karena kau sudah melakukan perkenalan, maka aku pergi dulu ya. Selamat tinggal" Jack kembali berbalik dengan satu tangan melambai.

Tak terlihat rasa hormat sama sekali, Jack mulai berjalan menjauh bersama anaknya yang diikuti kucing itu.

"Tunggu dulu Jack, biarkan sipir Mavis berbicara terlebih dahulu!" teriakku, tangan kananku mencoba menggapainya yang sudah menjauh.

Aku yakin dia pasti mendengar teriakanku, namun dia benar-benar menghiraukannya seperti angin yang berhembus melewatinya. Mavis tampak biasa saja melihat mereka pergi meninggalkannya tanpa hormat.

Aku tak tahu seberapa pentingnya pelatihan yang akan dia lakukan itu, namun orang seperti Jack adalah seseorang yang mau mendengarkan omongan orang lain yang mengajaknya bicara. Berbeda dengan saat ini, dia menghiraukan omongan Mavis. Mungkin karena Mavis berencana membawa Kucing miliknya untuk dapat membantu menyelesaikan masalah ini.

"heh... Jadi begitu ya sifat sebenarnya orang itu" gumam Mavis, melepas pose perkenalan bangsawan yang dia lakukan sebelumnya.

Mavis mengangkat tangan kanannya keatas dan seketika terlihat sebuah pancaran cahaya berwarna putih.

"Apa yang mau kau lakukan?" tanyaku, memikirkan apa yang ia rencanakan.

Ia pun mengarahkan telapak tangan yang bersinar itu kearah mereka.

[Skill: Chain Grasp]

Seketika seutas rantai menjulur keluar dari telapak tangannya dan mencengkram Kucing yang berada disamping anak lelaki Jack yang bernama Willy. sontak Kucing itu tercengram, Jack dan Willy langsung mengalihkan pandangannya pada Kucing mereka.

"Hei!" teriak mereka berdua terkejut, wajah mereka tertuju kearah kami.

Rantai itu ditarik bersama kucing itu ke hadapan Mavis. Tak lama Kucing yang bernama Oto ini sudah berada ditangan Mavis dengan meronta-ronta hingga bulunya bertebaran.

Tubuh mereka berbalik arah menghadap kami. "Mengapa kau mengambil paksa Kucing kami hah!? Apa masalahmu!?" Teriak Willy sekuat tenaga, tangannya menunjuk.

Setelah Willy berteriak, seketika Tangan kiri Jack datang menutupi wajah anaknya tanda untuk berhenti. Wajah Jack tampak normal dan tenang dibandingkan sebelumnya saat ini, seolah-olah dia bersabar menahan emosi yang tak terbendung.

Dia berjalan perlahan menghampiri kami dengan tangan kirinya yang dimasukkan kedalam saku celananya, dan tangan lainnya terangkat hingga telapak tangannya sejajar dengan kepala. Terlihat tangan kanannya dikelilingi sebuah pusaran angin seukuran telapak tangannya.

"Beraninya kau mengambil paksa Oto dariku..." ucapnya lembut namun terdengar jelas, matanya tetap santai dari balik kacamata yang ia pakai itu.

Semakin lama pusaran angin itu semakin besar hingga seukuran kepalanya sampai rambutnya bergerak secara acak mengikuti angin disekitarnya. Aku tak tau sihir angin apa yang ia rapalkan itu, tetapi rasanya itu akan menimbulkan luka yang serius jika mengenainya.

Untuk berjaga-jaga aku mengeluarkan Armamentku dan bersiap dari sihir yang ia siapkan. Kedua bawahanku juga berjaga di sisi ku dengan Armament Ring wujud pedangnya. Aku tak tahu kenapa, namun saat melihat kearah Mavis, dia tetap santai berdiri dengan wajah tanpa senyuman itu dan Kucing yang bergerak terus menerus di tangan kanannya.

Untuk sesaat, sihir itu seukuran dengan tubuh anaknya. "Cukup" Mavis menyodorkan tangan kirinya dengan telapak tangan yang rapat niat memberhentikan sihirnya, sementara Jack menatapnya bingung.

Ia pun memperlihatkan seringainya kembali. "Karena kita berdua bersikeras dengan keputusan kita masing masing, bagaimana jika kita Berduel untuk menentukan pulihannya?" ucapnya percaya diri.

"Pertanyaan bodoh. Mengapa aku harus menurutimu untuk melakukan sebuah Duel?, itu hal yang sia-sia dilakukan" tolaknya, alisnya terangkat satu.

"Ayolah... aku dengar kau ini berada pada tingkat Alexandrite, apakah aku benar? Karena aku juga tingkat Alexandrite, maka dari itu aku sekaligus ingin menentukan siapakah diantara kita yang lebih kuat pada tingkat Alexandrite. Dan untuk ketentuannya... jika kau menang, aku akan mengembalikan Kucing ini, tetapi jika aku yang menang, aku akan membawa kucing untuk kuteliti dan sebagai hewan yang akan menumpaskan kejahatan, bagaimana?" ajaknya dengan percaya diri, matanya berbinar mengharapkan apa yang ia inginkan.

"Tunggu dulu, Mavis... jadi ini rencanamu!? Hanya untuk mengetahui siapa yang lebih kuat, kau mengajaknya untuk duel!? Aku bukan bermaksud untuk merendahkanmu, tapi Jack itu leb-"

"Apa kau meremehkanku, Robert!?" sebelum menyelesaikan kalimatku, ia memotongnya dengan tatapan mengintimidasi, menghilangkan mata yang berbinar sebelumnya.

Sudah kubilang sebelumnya, untuk apa aku meremehkannya? Sudah jelas bahwa dia juga 1 tingkat lebih tinggi dariku, Namun lain ceritanya dengan Jack. Dia ibarat seseorang yang mendekati pada tingkat Sapphire, sedangkan ia berada di daerah yang lebih mendekati tingkat dibawahnya dibandingkan tingkat diatasnya.

"Tapi..." aku menggerutu, menundukkan kepala untuk memalingkan pandangannya.

Sesaat aku mendengar sihir angin yang Jack rapalkan sebelumnya telah ia batalkan. Jack membawa tangan kanannya menutupi bagian mata dengan jari di sekitar keningnya.

"Terkadang aku selalu bertanya tanya saat seseorang berbicara mirip seperti yang kau bicarakan. Mengapa kau sangat tertarik untuk duel denganku hah!? Apa hanya karena kita memiliki tingkat yang sama? Jujur saja aku tidak peduli dengan tingkat armament yang orang lain miliki. Seseorang yang berada 1 tingkat dibawah musuhnya saja dapat mengalahkannya" jawabnya, dengan sedikit gelengan kepala.

"Dia bisa melakukannya karena mereka memanfaatkan ini" Jack mengetuk kepala dari samping menggunakan telunjuknya.

"Selain itu..." intonasi suaranya berubah drastis dengan sebuah kalimat pendek yang ia ucapkan.

Jack mengambil nafas dalam lalu mengeluarkannya perlahan. "Untuk mengambil kembali kucingku itu tanpa melukai kalian berempat secara frontal, maka aku akan menerima permintaan duel darimu sebagai tantangan resmi yang kau ajukan, kau senang?" Jack menerima tantangan duel dari Mavis dengan suara lantang, namun dari wajahnya, ia terlihat ragu-ragu dan terpaksa melakukannya.

"Tunggu dulu, Ayah!... bagaimana dengan pelatihanku?" Willy berlari mendekati Jack sambil berteriak.

Disaat Willy berada disampingnya, Jack menempatkan tangannya dikepala Willy. "Dengan syarat!..., aku yang menentukan tempat untuk kita berduel. Karena kami seharusnya dalam perjalanan untuk melakukan pelatihan di suatu tempat, maka aku akan mengajak kalian ke tempat latihanku bersama anakku ini. disana terdapat kolam yang dapat menyembuhkan luka dengan cepat jika terdapat luka yang cukup fatal, bagaimana?" teriaknya lebih jelas dan serius dibanding sebelumnya.

"Tunggu, kau bilang 'kalian'? maksudmu aku dan kedua bawahanku ini juga harus ikut?" tanyaku heran, mendengar Jack juga mengajak kami kesana.

"Ya Robert, Kau juga harus ikut sebagai penengah dan juga saksi. Tetapi sebaiknya kedua bawahanmu ini harus kembali ke pos mereka berjaga, menggantikanmu yang pergi bersamaku. Aku akan berbicara pada petinggimu perihal jam istirahat yang kau ambil ini" Mavis semangat menjawab, memberikan tugas dadakan kepadaku.

"Baiklah kalau begitu. Demi menyelesaikan masalah ini, aku akan menjadi penengah bagi kalian berdua" ucapku siap, mengembalikan Armamentku ke bentuk cincin semula.

"Tetapi..., aku memintamu membiarkan Kucing itu bergerak dengan semestinya. Aku janji tidak akan kabur dengannya" teriak Jack meminta persyaratan.

"Maaf aku tak bisa membiarkannya dengan bebas. Meskipun kau berbicara seperti itu, aku juga memiliki kekhawatiran kau akan menyerangku saat ada kesempatan" jawabnya menolak permintaan Jack.

Dari kejauhan, aku dapat melihat wajah ketidaksetujuan Jack, mendengar penolakan dari Mavis.

"Tetapi, aku akan memberikan Barrier pada kucing ini untuk dapat bergerak layaknya kucing, tetapi dia tetap bersamaku, bagaimana?" ucap Mavis memberikan solusi pada Jack.

"Cih, aku mengerti. Yang penting jangan sampai dia terluka, atau kau akan terima akibatnya" jawab Jack, wajahnya kesalnya tak bisa disembunyikan.

Mavis menggunakan skill membuat Barrier untuk Kucing yang ia pegang dan diberi sebuah skill rantai yang mirip sebelumnya menyatu dengan Barrier agar tidak dapat pergi kemana-mana. Aku berharap mereka berdua dapat memahami situasi yang sedang mereka hadapi saat ini. aku tak ingin membuat mereka terpecah belah.

POV JACKSON ANTSLEY|

"Apakah ayah yakin dengan keputusan yang ayah pilih?" tanya Willy heran.

Aku juga tak tahu apakah ini pilihan tepat yang kuambil atau tidak, namun si Mavis ini mengambil Oto dengan paksa untuk menjadikannya sebuah pertukaran. Sebenarnya aku bisa merebut kembali dengan paksa Oto darinya, namun cara itu bisa diartikan seperti pilihan kasar. Aku tak ingin mengikuti egoku untuk melukainya secara terpaksa hanya untuk mengambil Oto kembali. Lagipula dari awal niatnya memang baik, yaitu memberantas masalah yang terjadi belakangan ini. Tetapi caranya saja yang salah.

"Tak apa, Willy. kau juga dapat memanfaatkan situasi ini nanti untuk belajar cara bertarung yang benar" jawabku, memberikan sisi eleganku.

Aku dapat melihat tatapan jijik yang ia hunuskan padaku seperti sebuah pedang yang menusuk tepat di dadaku. Aku memahaminya karena mungkin ia belum mengenal dengan namanya 'gaya'.

"Jika ini dapat membantuku dalam perkembanganku, maka aku bersiap mempelajarinya. Lagipula aku juga penasaran bagaimana cara kalian bertarung" seringai mulus dipancarkannya, menghilangkan tatapan jijik sebelumnya.

"Baiklah kalau begitu, kita sepakat melakukan duel pada tempat yang akan kita tuju. Mari kita berangkat"

Dengan ini kami bertiga pergi bersama ke tempat pelatihan dengan aku dan Willy yang menunjukkan jalan.

POV MAVIS GILBERT|

Sungguh Kesempatan yang cukup langka, aku akan berduel dengan mantan pengawal kerajaan ini yaitu Jackson Antsley. Sebenarnya awal niatku hanya ingin meneliti benda yang diincar orang Kartel itu, namun mendengar bahwa benda itu berada dalam tubuh kucing yang dimiliki Jackson ini, aku cukup bersemangat untuk menantangnya duel.

Aku tak ingin Robert mengetahui hal ini, maka dari itu aku pergi secara terpisah setelah Robert pergi mencari keberadaannya. Sungguh sebuah keberuntungan dapat menemukannya saat dia sedang dalam perjalanan menuju suatu tempat bersama dengan kucingnya juga.

Namun sangat disayangkan, Jack menolak ajakan dari Robert untuk membantu menyelesaikan masalah ini. Aku terpaksa mengambil Kucing miliknya guna memberikannya sebuah pilihan. Dan disinilah kesempatanku untuk memberinya pilihan lewat duel. Aku penasaran sekuat apa dia di tingkat Alexandrite yang sama denganku ini.

Saat ini kami sedang dalam perjalanan ke sebuah tempat yang ingin mereka tuju sebelumnya, karena dia yang menentukan tempatnya untuk duel, pastinya akan bagus saat dipikir-pikir. Dan juga dia bilang kalau tempat itu adalah tempat latihan bersama anaknya yang masih kecil itu. aku tak tahu berapa umurnya tetapi untuk seukurannya itu aku tak yakin apakah dia bisa berlatih dengan ayahnya, Jackson.

Aku terkadang berbincang-bincang dengan Robert dibelakang sembari mengikuti Jackson dan anaknya melewati bukit, sungai hingga sampai di sebuah air terjun. Melihat Jackson membuat Barrier pada dirinya dan anaknya, akupun mengikutinya untuk membuat Barrier bersama dengan Robert.

Aku belum pernah ke tempat ini sebelumnya dan Jackson mengejutkanku dan Robert saat ia memasuki air terjut tersebut seolah ada sebuah jalan didalamnya. Dengan waktu takjub yang sementara, aku dan Robert mengikutinya dari belakang masuk menembus air terjun itu.

Benar-benar diluar dugaan, saat aku dan Robert menyusulnya dari belakang, aku melihat sekeliling dan sebuah Cermin besar. Apakah Cermin ini sebuah alat teleportasi untuk berpindah ke tempat lain? Atau tempat duelnya berada disini? Ini terasa sempit.

"Sekarang apa?" tanyaku menggema, melihat sekeliling tempat.

"Kau ingin mencoba masuk lebih dulu atau biarkan aku memandumu?" Jackson kembali bertanya, memberikan sebuah pilihan juga dengan suara yang menggema.

"Bagaimana cara menggunakan alat teleportasi ini?" tanyaku kembali, bergerak menuju cermin itu.

"Ini bukanlah alat teleportasi. Ini hanya sebuah gerbang" jawabnya, sebelah tangannya menepuk sisi benda tersebut.

"Kalau begitu sebaiknya kau saja yang memandu kami. Lalu kami akan ikuti dari belakang" aku memilih pilihan secara sederhana.

"Baiklah, tetap aktifkan Barrier kalian saat melewati gerbang ini, termasuk kucing itu" ucapnya dengan wajah yang tampak serius.

Jackson bersama dengan anaknya berjalan masuk melewati gerbang itu yang ternyata tertutup sebuah air yang mengalir dari atap-atapnya. Tak pikir panjang, aku dan Robert menyusul mereka dari belakang bersama dengan Kucingnya.

Aku tak tahu seperti apa tempat yang akan kita tuju saat ini tetapi hal ini membuat jantungku berdebar-debar memikirkannya. Tiba disaat aku dapat melihat sebuah cahaya dari dalam sini yang sebelumnya tak terlihat karena terhalang Jackson didepanku.

Sulit dipercaya ketika aku sudah keluar dari sisi lain gerbang tadi, aku dan Robert berhenti sejenak setelah apa yang kami berdua lihat. Apa yang aku pikirkan sama sekali bukan yang terpampang jelas didepan mataku. Sebuah dataran luas yang ditutupi rumput dengan beberapa gundukan diantaranya dan sebuah Pohon yang berukuran raksasa. Aku tak tahu bagaimana dengan ekspresi yang diperlihatkan Robert, namun mataku benar-benar dimanjakan dengan pemandangan yang sangat indah ini.

"Aku tak pernah melihat atau mengetahui tempat ini sebelumnya" ucap Robert secara tiba-tiba, membuatku meliriknya.

Sama sepertiku, Robert terkagum dengan pemandangan ini juga. Kami yang biasanya berada di dalam kota mungkin sulit membayangkan tempat seperti ini di pikiranku.

Aku melihat sekeliling hingga mataku berhenti pada Jackson yang sudah sampai di Pohon raksasa itu bersama dengan anaknya. Akupun bergegas menyusul mereka dengan Robert dibelakangku.

"Jadi bisa kita mulai?" ajakku tak sabar memulai duel.

"Sepertinya kau lebih bersemangat untuk melakukan duel. Bagaimana dengan peraturannya?" tanya Jackson, meletakkan tas miliknya didekat anaknya.

"Dia yang menyerah dan tak bisa melanjutkan duel ini, maka akan dinyatakan kalah. Dan juga jangan sampai kau membun- ehem... menghabisi lawan" jawabku menyebutkan peraturan yang dia tanyakan.

Aku hampir mengatakan kata 'membunuh' pada Jackson didekat anaknya itu. Aku yakin Jackson akan mengerti dengan perkataanku barusan.

"Kalau begitu mari kita ke tempat yang datar dan luas areanya" ucap Jackson, berjalan ketempat yang ia akan ia tuju.

Aku juga berfikir untuk mencari tempat yang jauh dari anaknya untuk melihat kami melakukan duel ini dan Jackson sudah mengatakannya terlebih dulu.

Saat kami sampai di area yang cukup bagus, aku dan Jackson menjaga jarak sekitar 10 meter bersiap memulai Duel.

"Kedua pihak siap pada Posisi" Robert bersiap memulai duel antara aku dan Jackson.

Jantungku berdetak lebih cepat mendengar Robert bersiap memulai jalannya duel yang membuat aku membuat posisi bertarung andalanku. Aku dapat melihat pose Jackson yang santai dengan kedua tangannya yang memberi jarak dari setiap saku celananya.

"MULAI!!"