|POV WILLIAM ANTSLEY|
Pertarungan antara kepala sipir dengan seorang ayah rumah tangga akan segera dimulai.
Sulit dimengerti mengapa situasinya berubah cukup drastis. Yang kupikirkan sebelum berangkat latihan tadi hanyalah semacam pelatihan apa yang akan diberikan Jack dan Liz nantinya. Aku tak mengira akan terjadi hal seperti ini, seorang sipir yang keras kepala ingin menggunakan Oto untuk menyelesaikan masalah kejahatan yang cukup berat ini.
Aku mengerti itu adalah tindakan yang bagus, namun Jack tidak menyetujuinya untuk menggunakan Oto. Awalnya aku hanya tahu ada sesuatu yang tak beres dengan Oto ini, aku tak mengetahui ada sesuatu yang ada didalam tubuhnya itu yang di incar para penjahat.
Sejenak aku memikirkan ada seseorang sebelum kami menemukan Oto, menanamkan sesuatu didalamnya berupa obat terlarangl. Hal ini masuk akal mengingat karakter penjahat di bumi banyak yang melakukan bisnis obat terlarang ini untuk menghasilkan uang dengan jumlah yang banyak.
Namun jika Jack berkata ia baru mengetahuinya saat melakukan identifikasi kemarin, maka besar kemungkinan ada kaitannya dengan kejadian dalam tabung kaca itu. Aku tak tahu obat macam apa yang dapat membuat Anna terlihat gelisah ketakutan. Aku juga berfikir bahwa 'sesuatu' itu bukanlah obat, namun sebuah senjata yang dapat berguna bagi organisasi mereka itu.
Dan Orang bernama Mavis Gilbert ini mengambil paksa Oto untuk menjadikannya sebuah hadiah bila Jack dapat menang melawannya. Aku tak tahu apakah Mavis ini adalah seorang maniak bertarung atau bukan, tetapi dia sangat percaya diri menghadapi Jack. Mereka sama-sama berada pada tingkat Alexandrite yang dimana tingkatan tersebut terbilang cukup tinggi.
Jack bilang mungkin aku bisa mendapat pelajaran saat melihat mereka duel, tetapi mereka malah pergi menjauh dariku untuk mendapatkan tempat yang layak. Aku harus segera menyusul mereka dan melihatnya dengan jarak yang memadai agar aku dapat menyaksikan dengan jelas sekaligus tempat yang aman dari serangan mereka.
Aku belum pernah melihat Jack bertarung sebelumnya, ia mungkin melakukannya saat ia merebut Oto dari perampok kemarin, namun sayangnya aku tak ada untuk menyaksikannya.
Aku pergi ke sebuah gundukan yang lebih tinggi dari tempat mereka melakukan duel dan melihatnya dari balik gundukan.
"Kedua pihak siap pada posisi!"
Robert berada di pinggir arena yang cukup luas dengan rumput yang lebih pendek dibanding daerah sekitarnya bersamaan dengan Oto yang sedang berguling-guling didalam sebuah Barrier khusus yang berbeda dengan Barrier yang digunakan untuk melewati Corrupted Fluid tadi.
Aku bisa melihat Jack yang bergaya santai tanpa terlihat merasa waspada terhadap lawannya layaknya ia sudah tau seberapa kuat musuhnya itu, sedangkan Mavis yang memasang sikap siaga sebelum memulai pertarungan, siap untuk memenangkan duel.
Jack seharusnya dapat memberiku sebuah motivasi bagaimana caranya menghadapi Lawan dalam bertarung, namun kelihatannya si Mavis itulah yang memberiku sebuah gambaran untuk melakukan persiapan.
"MULAI!!"
Setelah prajurit bernama Robert itu berteriak, Mavis menghentakkan kakinya hingga membuat tanah sekitar bergetar dan menerjang sambil mengeluarkan Armamentnya yang merupakan tipe pedang besar 2 tangan seperti Jack.
Di lain sisi, Jack juga mengeluarkan Armamentnya tanpa bergerak dari tempatnya, menunggu serangan dari Mavis. Kedua pedang mereka saling bertubrukan satu sama lain membentuk tanda silang hingga menimbulkan beberapa percikan dan getaran diikuti gelombang kejut yang menggoyahkan partikel-partikel seperti debu disekitarnya.
Wajah Mavis lebih mengekspresikan kesenangan dengan seringai besar yang mengumbar tanda kepercayaan diri yang tinggi, dibanding dengan Jack dengan senyum tipis andalannya.
Setelah beberapa detik mereka saling menekan pedang lawannya, Jack melepas tangan kirinya dari genggaman pedang miliknya dan mengepalkannya. Jack mencoba memukul pinggang Mavis dengan bantuan elemen angin yang ia kuasai untuk mempercepat pukulan tersebut.
Tanpa mengetahui hal itu, Mavis terkena serangan telak dari Jack hingga seringai besarnya itu berubah menjadi mulut yang berlubang, ditambah melemahnya dorongan pedangnya terhadap Jack.
Mavis melompat mundur untuk sejenak dan diam seperti sedang memikirkan sesuatu dengan wajahnya yang serius.
POV MAVIS GILBERT|
Sial... pukulannya saja sudah menyakitkan bagiku, apalagi dengan serangan lain miliknya yang akan ia lancarkan nanti. Julukan Pengawal pribadi ternyata bukan sembarang julukan, ia benar-benar kuat. Aku mengerti mengapa Robert sempat memperingatiku agar tidak macam-macam terhadapnya, tetapi aku juga memiliki harga diri sebagai seorang kepala sipir di kota tercintaku. Dan aku tak menyangka pedang besar yang seharusnya digunakan dengan 2 tangan, bisa ia pakai hanya dengan sebelah tangan.
"Ada apa...? Apa kau punya semacam penyakit pada paru-paru? Sepertinya nafasmu mulai tak beraturan" Jackson mengejek, seringai besar yang belum kulihat darinya telah diperlihatkan.
"Heh, aku hanya sedikit sesak tahu" jawabku, tetap waspada terhadapnya.
"Lalu... apa kau masih ingin melanjutkannya?" Jackson menantang, pedangnya diangkat ke bahu.
"Apa kau bercanda? Duel Ini baru saja dimulai"
[Skill: Barrier: Duble]
[Skill: Strengthen Body]
[Skill: Accel]
[Skill: Greater Mobility]
[Fire Magic: Armament Aura]
Aku menggunakan beberapa skil untuk membantuku mempermudah untuk menyerangnya dan elemen api yang kupoles pada Armamentku untuk membuat senjata ini memiliki aura berapi semangat kemenangan berwarna kuning.
"Sekarang aku merasa bisa mengalahkanmu, Jackson" teriakku, bersiap dengan posisi menyerang
[Skill: Barrier]
[Skill: Accel]
[Wind Magic: Aerodynamic]
[Wind Magic: Light Step]
[Wind Magic: Armament Aura]
Melihat aku selesai memperkuat diri, Jackson juga melakukan hal yang sama dengan caranya sendiri. Baru saja aku mengatakan hal yang bodoh, sebelum ia memperkuat dirinya sendiri.
"Majulah!" teriak Jackson, dirinya telah siap.
Akupun menerjangnya kembali dengan semangat untuk memenangkan duel ini. dengan barrier dua kali lipat milikku, aku tak merasa tak gentar untuk menyerangnya secara terang-terangan.
[Wind Magic: Shock Wind]
Disaat aku berada di udara hendak mengayunkan pedangku, secara tiba-tiba ia merapalkan sihir angin pada tangan kirinya dan menembakkan kearahku hingga membuat lapisan barrier pertamaku hampir hancur. Serangannya tersebut sempat membuatku berhenti dari laju terjangku dan kembali ke permukaan dengan posisi yang belum siap. Disaat itulah Jackson menerjangku dengan sangat cepat sembari merapal sebuah mantra.
[Wind Magic: Shock Wind]
Ia kembali melancarkan serangannya, namun tangannya langsung bersentuhan dengan lapisan pertama barrierku hingga membuatnya hancur. Ayunan horizontal Pedang miliknya datang dari arah kiri.
Akupun menangkis pedang miliknya dengan sekuat tenaga dan terus memperhatikan tangan kirinya untuk mencegah terjadinya pukulan yang ia lancarkan pertama kali. Gesekan antara kedua pedang yang masing-masing kami gunakan saat ini membuat sebuah kobaran api yang cukup besar melewati sela-sela antara diriku dan Jackson.
aku tak tahu ekspresi seperti apa yang aku perlihatkan padanya, tetapi aku merasa khawatir dengan variasi serangan selanjutnya. Saat kami saling bertatap untuk beberapa saat, ia menampakkan seringainya padaku. Aku merasakan akan ada serangan yang akan ia lakukan.
Daripada mengambil resiko untuk menahan serangan yang akan ia lancarkan, aku memilih untuk melompat mundur memperkecil kemungkinan aku terkena serangannya tersebut.
Aku tak yakin Jackson bertarung dengan sungguh-sungguh untuk melawanku. Ia terlihat santai tanpa memperlihatkan wajah gelisah atau semacamnya selama pertarungan, ini seperti dia memberiku kemudahan.
Aku tahu kalau dia adalah Alexandrite yang lebih Superior dariku, tetapi aku tak berpikir akan sejauh ini perbedaannya. Sebenarnya sedekat apa dirinya untuk meraih tingkat Sapphire?
Saat ini aku hanya memiliki selapis barrier saja, aku tak bisa menyerang seceroboh sebelumnya. Sepertinya sekarang saatnya bagiku untuk menyerangnya dari jarak jauh.
Aku kembali mengatur pernafasanku perlahan sebelum menyerang. Aku mengangkat pedang milikku setinggi-tingginya diatas kepalaku dengan kedua tangan untuk bersiap untuk ku ayunkan.
Disini aku benar-benar yakin bahwa Jackson memberiku sebuah kemudahan untuk melawannya, dia benar-benar santai menunggu serangan dariku dengan senyum tipis yang tak bisa lepas dari wajahnya itu, bersama dengan pedangnya yang ia sangkutkan diatas bahunya.
Ini mungkin mustahil untuk mengalahkannya, melihat bagaimana caranya ia menanggapi sikap menyerangku ini, namun aku harus mencobanya selagi ada kesempatan.
[Fire Magic: Great Fiery Slash]
Aku mengayunkan pedangku ini sekuat tenaga secara Vertikal hingga ujung pedangnya mengenai permukaan tanah. Sebuah kobaran api keluar dari ayunan tersebut dan menerjang Jackson.
Terlihat Jackson samar-samar karena terhalang kobaran api yang terus bergerak, namun aku dapat mengetahui ia juga sedang mempersiapkan serangannya untuk menanggapi kobaran api yang bergerak ke arah dirinya.
Jackson memposisikan pedangnya dengan genggaman setinggi kepala disebelah kirinya hingga tangan kanannya berada tepat dibawah jamggut tipisnya. Kelihatannya ia ingin mengayunkan pedangnya juga.
[Wind Magic: Whirlwind Slash]
Berbeda dariku dengan pedang yang berayun didepanku dari atas kepala menuju permukaan tanah, Jackson mengayun pedangnya memutar kebawah setengah lingkaran hingga kekanan. Ayunannya tersebut membuat sebuah gelombang angin horizontal kehijauan yang bergerak kearah kobaran api milikku.
Tabrakan akan terjadi antara tebasan api milikku dengan tebasan angin miliknya. Aku tak tahu apakah apiku dapat mengalahkan angin miliknya itu, tetapi yang pasti... kedua serangan yang kami keluarkan terlihat dahsyat.
Tebasannya menabrak tebasan milikku hingga membuat apinya menyebar ke segala arah. Untungnya tempat yang kami gunakan untuk duel ini rumputnya tidak tinggi dibandingkan yang lain.
Aku memang tak mau mempercayai apa yang aku lihat setelahnya, tapi Tebasan angin miliknya mampu menghancurkan laju kobaran api milikku. Lebih parah lagi, tebasan angin miliknya terus melaju kearahku dan memanfaatkan element api milikku. Sehingga tebasan angin itu menjadi sebuah tebasa berapi yang lebih besar seperti sebuah awan yang terbang rendah.
Aku tak tahu apakah aku bisa menghindar atau menahan serangannya itu. untuk kabur sendiri, lebar kobaran api itu cukup besar hingga aku tak bisa melihat keberadaan Jackson. Saat ini aku hanya memiliki selapis Barrier, aku tak yakin hanya dengan selapis Barrier ini aku dapat bertahan atau tidak. Dengan skill memperkuat tubuh, mungkin aku dapat memperkecil kerusakan dari serangan itu.
Aku menancapkan pedangku yang masih membara di tanah sambil berlutut. Pancaran sinar berwarna kuning dari api itu membuatku tak bisa membuka mataku dengan benar. Panasnya juga membuatnya lebih sulit untuk melihat kedepan. Aku menundukkan kepala dan menunggu serangan itu, berharap aku dapat bertahan darinya.
Aku dapat merasakan api itu datang dengan angin yang cukup panas tertembus Barrierku. perlahan-lahan retakkan Barrierku juga mulai terdengar di telingaku. Aku tak tahu berapa lama serangannya akan berlangsung.
Aku tak mengira hal ini tapi... Barrierku pecah lebih cepat dari yang kuduga. Tebasan angin milik Jackson juga masih berlangsung bahkan setelah Barrierku hancur. Sepertinya serangan sebelumnya itu hanyalah bekas kobaran api milikku yang dimanfaatkan oleh angin miliknya.
Sayatan demi sayatan mengenai tubuhku, lengan hingga kaki yang berusaha bertahan dari tebasan anginnya tersebut. Tak dapat menahannya lebih lama lagi tanganku terlepas dari genggaman pedang yang kutancapkan di tanah dan terpental kebelakang.
Sial, rasanya sakit sekali. Padahal itu hanyalah angin tapi tajamnya seperti pisau dapur rumah saat tak sengaja menggores jariku. Untungnya api sebelumnya tak berdampak luka bakar pada diriku, tetapi tetap saja, angin ini saja sudah buruk.
Setelah tebasan itu selesai melewatiku, Aku mencoba membuka mata untuk melihat keadaan sekitar.
"Aku yang menang"
Aku dapat melihat Jackson yang ternyata sudah berada di atas tubuhku berjongkok dengan posisi tangan kanannya yang dikelilingin elemen angin dan siap menyentil dahiku, menutupi pandanganku terhadap Wajahnya.
Sepertinya ini kekalahan yang sangat memalukan sepanjang hidupku. Aku tak mau berduel dengannya lagi.
...CTAK...
POV WILLIAM ANTSLEY|
"Dan pemenangnya Jackson Antsley!" Teriak Robert, menentukan pemenang duel.
Aku tak percaya gaya bertarung mereka berdua benar-benar diluar ekspetasiku, jadi ini pertarungan dari 2 orang tingkat Alexandrite. Tetapi Jack benar-benar jauh lebih unggul dibandingkan dengan Mavis, terlebih lagi gerakan tidak lazim macam apa yang digunakan Jack itu.
Disaat tebasan angin itu berhasil membuat Mavis terpental kebelakang, ia tiba-tiba saja menghilang dari tempatnya. Tanpa kusadari, dia sudah berada diatas tubuh Mavis. Aku tak bisa melihat pergerakannya itu tadi, Ternyata Jack benar-benar orang yang hebat.
Aku berlari menghampiri Jack dengan Robert yang ikut bergerak didepanku. Pedang milik Mavis yang membara perlahan menghilang dari tempatnya, berubah menjadi cincin kembali di jari Mavis. Aku dapat melihatnya tergeletak ditanah dengan wajah yang tertutup menghadap langit dan Jack yang sudah menyingkir dari tubuh Mavis.
"Tadi itu hebat sekali, Ayah" aku memeluknya dari belakang.
Pandanganku teralihkan pada Mavis, tubuhnya terdapat banyak luka seperti sayatan pisau cukur, namun lebih panjang. Aku tak mengetahui bagaiman rasanya terkena serangan tadi hingga menjadi seperti ini.
Robert berlutut disamping Mavis, mencermati setiap luka yang berada pada setiap tubuhnya. "Lukanya terlihat cukup parah, apakah kau bisa menggunakan sihir penyembuh?" tanya Robert, pandangannya beralih pada Jack yang berada didepannya.
"Tidak perlu khawatir, disini ada kolam yang bisa menyembuhkan luka" Jack tersenyum, berharap kekhawatiran Robert dapat dialihkan.
"Benarkah? Apakah kolam seperti itu ada di tempat seperti ini?" tanya Robert, matanya melebar terkejut mendengar hal tersebut.
"Itu benar, aku sudah pernah mengunjunginya kemarin. Kolam itu benar-benar sejuk dan membuat energi kembali pulih" Jawabku, mengisi pertanyaan Robert.
"Syukurlah kalau begitu, berarti kita tak perlu sihir penyembuh kan?" Robert menghela nafas lega.
"Ya...semacam itulah, kita hanya perlu menceburkannya kedalam kolam dan bersabar" terdengar ada keraguan dari perkataanya tersebut.
"Kalau begitu ayo kita berangkat kesana. Biar aku yang membawa tubuh Mavis dengan sihir anginku" Jack mengangkat tangannya dan merapalkan sihir untuk dapat membawa tubuh Mavis.
Jack mengarahkan telapak tangan kanannya yang terbuka pada Mavis yang terbaring ditanah.
[Wind Magic: Levitate]
Pusaran angin datang dari arah punggung Mavis yang semakin membesar, mengangkat tubuhnya perlahan-lahan hingga melayang diudara setinggi bahu Jack.
"Pesiapan sudah selesai, ayo Kita Berangkat" Ucap Jack berjalan perlahan menuju Blessing Pool.