|POV ELISABETH ANTSLEY|
Aku tak sabar untuk mengajari anakku untuk menggunakan sihir. Beberapa hari lalu, Jack telah menetapkan hari dimana kita akan mencoba mengajarinya masing-masing teknik yang kami miliki, seperti Jack dengan teknik berpedangnya dan aku dengan pengendalian sihir. Dan itu ditetapkan hari ini. Untuk pagi hari adalah saat yang cocok dengan melatih fleksibilitas tubuh agar dapat menggunakan pedang dengan baik, itu yang dikatakan Jack..., kemudian aku akan mendapatkan bagian siang hari untuk melatihnya setelah keringat dan kerja keras membangun otot tubuh yang sempurna.
Bagian menariknya dimana dia sudah bisa kami ajari pada umur 4 tahunnya itu. Bagaimana tidak? Dia saja sudah bisa berjalan pada umur 6 bulan, dan juga sudah bisa kuajari cara membaca di umur 3 tahunan. Menurutku, Willy adalah anak jenius yang mungkin akan sejajar dengan orang-orang terkuat Negara ini seperti Niels nantinya.
Aku sedang mnunggunya dengan tak sabar sekarang di ruang tamu bersama Dora yang mencoba menggambar-gambar acak diatas secarik kertas dengan sebuah pensil. Berbeda dengan Willy, Dora tumbuh seperti anak normal pada umumnya. Untuk saat ini, dia belum ada minat untuk mencoba membaca apa yang tertulis sebagai contoh dalam sebuah buku yang biasa dibaca willy. dia masih berusaha untuk berbicara dengan lancar dan benar untuk saat ini. Aku tak tau apakah Dora bisa mengikuti jejak kakanya nanti, aku hanya berharap dia tidak tertinggal dari yang lain.
Waktu telah menunjukkan tengah hari. Aku merasa canggung sekaligus tak sabar untuk menjadi instruktur anakku sendiri hari ini.
"Ibu, lihat ini!" suara Dora terdengar olehku. Dia menunjukkan hasil coret-coretannya kepadaku.
"Wah..,Dora sayang sepertinya ingin menjadi pelukis ya?" gurau ku sambil mengelus kepalanya.
Dia hanya mengangguk untuk meng-iyakan "Dora mau lagi!" ucapnya.
"Kau ingin menggambar lagi? Tanyaku dan dia hanya mengangguk kembali.
Aku pergi ke kamarku sementara untuk mengambil beberapa kertas kosong untuk Dora gunakan untuk dicorat-coret. Setelah kembali ke ruang tamu dan memberikan lembaran itu untuk Dora, terdengar panggilan dari luar yang sudah pasti aku mengenalnya, yaitu suara suamiku, Jack yang sudah kembali dari pelatihan Willy.
"Sayaaang, Kami pulaang"
Aku segera pergi keluar untuk menyambut mereka "Selamat datang kalian berdua"
Merasa ada yang janggal, aku melihat hewan seperti kucing berbulu di berjalan bersamaan dengan kembalinya mereka di samping Willy. Kucing itu setinggi pinggang Willy atau kira-kira setinggi lutut Jack dengan bulu tebal berwarna abu-abu dan menunjukkan ekspresi yang terlihat garang dan telinganya yang bulat. Wajah Willy juga terlihat meragukan dengan seringai kecil sambil menggaruk-garuk kepalanya.
Aku tak pernah melihat hewan seperti itu sebelumnya. Apa yang terjadi selagi mereka pergi Latihan sampai-sampai pulang membawa hewan berbulu itu?
"Um...Jack, Binatang apa yang kau bawa pulang bersama Willy itu?"
"Anu...Binatang itu mengikuti kami saat kami dalam perjalanan pulang. Tiba-tiba saja dia terus menempel dengan Willy" jawab Jack.
"Lalu mengapa kau tidak mengusirnya saja. Apakah kau mengetahui Binatang macam apa dia itu? Bagaimana jika binatang itu buas dan bisa membahayakan anak-anak?" suaraku terdengar lebih keras dari sebelumnya.
"Aku juga belum pernah melihat binatang seperti itu sebelumnya, bahkan saat aku masih menjadi petualang sekalipun. Namun sepertinya Binatang itu tidak memiliki rasa ancaman apapun, berbeda dengan kucing biasa sekalipun yang bahkan memiliki rasa ancaman yang kecil" keringat keluar dari pori-pori dahinya bersamaan dengan jawabannya tersebut.
"Lihat!, bahkan kau saja belum pernah menemui Binatang seperti itu. Kita belum tau apa yang dia makan, bagaimana caranya dia menjalani hidup"
"Kau tau sendiri kan, aku ini pecinta binatang. Aku bisa mengetahui karakteristik hewan yang bahkan aku temui. Ya walaupun beberapa binatang tidak demikian, hehehe"
Mendengar lelucon tersebut membuatku mungkin terlihat jengkel. Dia tau sekali cara membuatku jengkel seperti ini.
"Bagaimana jika kita pelihara saja bintang ini. Karena binatang ini terlihat lebih dekat dengan Willy, dia akan memutuskan nya sendiri bagaimana, sayang?
Dia asal memberi keputusan yang selalu dia buat buat sendiri. Aku hanya menghela nafas mendengar usulan nya tersebut. Aku menghampiri willy dan berlutut dan menatap wajahnya.
"Willy, kau seharusnya tau apa yang kau butuhkan. Menurutku kau tidak membutuhkan bintang ini, ya kan? Tetapi jika kau tetap mau memilikinya, maka aku tak dapat melarang hal itu. tetapi ketahuilah bahwa binatang ini pun kami belum pernah melihatnya hingga saat ini" ucapku berharap dia tidak menerimanya.
Raut wajahnya menunjukkan bahwa dia mendengarkan dan paham perkataanku dengan jelas.
Dia mulai memutuskan dengan keraguan dalam nada bicaranya "Me-menurutku..., sepertinya aku-"
"Ibu lihat ini!" belum selesai dengan kalimatnya, tiba-tiba Dora keluar dari rumah dan menghampiriku dengan menunjukkan hasil coret-coretan nya diatas secarik kertas.
sebelum aku berkomentar, Dora menoleh ke arah Jack dan willy.
"Wah, ayah sudah pulaaang" dia melepas kertas yang dia bawa dan melangkah kearah Jack.
Sebelum sampai Jack, dia menoleh ke arah Willy dan binatang yang mirip kucing itu.
"Waaaah, lucunyaaaa!!" suaranya keluar lebih keras dari sebelumnya.
Dora menghampiri binatang berbulu itu lebih cepat dibanding dia pergi kearah Jack sebelumnya.
"Tunggu Dora!, jangan dekat dekat dengan binatang itu!"
Aku mencoba pergi dan mencegahnya mendekati binatang misterius itu dengan. Namun sebelum sampai dirinya, dia sudah berada didepan binatang itu.
"Uuuuuu, tubuhnya berbulu sekali!" ucapnya melengking.
dengan menghiraukan peringatanku, dia memeluk dan menggosokkan tangannya pada wajah dan badannya yang penuh dengan bulu yang tebal.
Merasa khawatir dengan Dora, aku mengeluarkan Armament Ring ku yang berwujud Wand dan mengarahkannya ke arah binatang itu.
Disaat aku mengarahkan Wand ku kearah binatang itu, Jack menahan tanganku dan menggelengkan kepalanya sambil menurunkan tanganku yang memegang Wand tersebut dengan perlahan.
"Tenanglah sedikit, sayang. Coba perhatikan Binatang itu baik-baik" nada lembutnya membuat ku sedikit rileks sejenak setelah apa yang terjadi barusan.
Binatang itu bertingkah laku layaknya seekor kucing. Dia berguling-guling bersamaan dengan usapan yang diberikan Dora kepadanya. Tak lama Willy pun juga bergabung dengan Dora yang dari tadi melihat Dora mengusap binatang yang mengikutinya sampai kesini.
Tawa girang keluar dari mulut mereka berdua yang sedang mendekatkan diri dengan Binatang itu. Merasa suasana sudah kondusif, aku mengembalikan Wand ku kembali ke bentuk Cincin dan mendekati mereka berdua yang sedang bermain dengan binatang itu.
"Ya ampun kalian berdua ini... sepertinya kalian ini tidak punya rasa takut sama sekali yah pada Binatang ini" aku mengelus kepala mereka berdua.
"Ibu, cobalah Ibu sentuh hewan ini, hewan ini sangat berbulu dan sangat lucu" ucap Dora menyuruhku untuk menyentuh hewan itu.
"Iya bu, menurutku kuc-... Binatang ini tidak berbahaya bagi kita" Willy menyambung.
Aku tak bisa menolak permintaan Dora. Wajahnya terlihat lebih bersinar saat dia mengucapkan kata kata itu. matanya juga berkilau terkena pantulan sinar matahari tak langsung yang membuatku tak berdaya.
Perlahan Aku pun mencoba menyentuh binatang itu bersama dengan kedua anakku. Bulunya tebal seperti yang Dora katakan. Bukannya terasa terganggu saat di usap, Binatang itu terlihat nyaman dan bertingkah layaknya kucing pada umumnya. Mungkin saja Binatang ini adalah salah satu spesies kucing yang belum terdaftar dalam Kodeks.
"Kalian benar. Binatang ini terlihat menggemaskan kalau dari dekat ya"
tanpa disadari, aku malah terjebak dalam kondisi seperti ini. Aku merasa lebih rileks saat menyentuh Binatang ini dibanding sebelum aku mengetahuinya.
"Ibu Ibu..., aku ingin memilikinya" perkataan Dora barusan membuatku sedikit terkejut.
"Ya ampun, Dora. Ibu tau kau sangat suka dengan Binatang ini, tetapi kita tak boleh sembarangan membawa Binatang misterius ke dalam rumah. Apalagi memeliharanya, sayang" aku mengelus kepalanya perlahan.
"Tapi aku ingin bermain bersamanya. Dia bisa menemaniku main dirumah" wajahnya mulai menunjukkan kekecewaan mendengar jawabanku sebelumnya.
"Kau bisa bermain bersama kak Willy dirumah, sayang" jawabku.
"Tapi kan, Kak Willy tidak selalu berada dirumah" Matanya perlahan mulai berkaca-kaca.
Disamping itu Willy terlihat menundukkan kepalanya lebih rendah dengan turunnya tempo dia mengelus. Aku tak tau seperti apa ekspresi wajah yang dia keluarkan dikarenakan saking rendah nya dia menunduk. Lebih seperti dia tak tega mendengar Dora memohon seperti itu.
Tak tega akan mendengar tangisannya nanti, aku memeluk Dora berharap membuatnya tenang dan mencegahnya untuk tidak menangis.
"Maafkan Ibu, Dora" ku dekapkan kepala Dora lebih erat dengan dadaku.
"Ekhem.... Agar kalian tidak bersedih, bagaimana kalau aku sarankan, kita menanyakannya pada yang ahli terlebih dahulu tentang latar belakang Binatang ini" Jack pun angkat bicara.
Nampaknya saran Jack terdengar dapat membantu permasalahan kita ini. Jika benar binatang ini masuk kedalam jenis kucing, mungkin aku bisa mengabulkan permintaan Dora sebelumnya.
"Ah... Ide yang bagus, Sayang. Aku akan memberikan sebuah solusi. Jika Binatang ini dikonfirmasi masuk kedalam Jenis Kucing atau semacamnya, maka kita bisa memeliharanya. Dengan syarat Ibu atau Ayah akan mengawasi Kucing itu selagi bermain bersama Dora. Sebaliknya, jika Binatang itu masuk kedalam Jenis Beast yang berbahaya, mau tidak mau kita harus mengusirnya"
Ini mungkin adalah salah satu solusi agar dapat membuat Dora bisa menerima saran yang aku berikan kepadanya tanpa menolak permintaannya.
"Bagaimana denganmu, Willy?"
Pertanyaan Jack berhasil membuat kepala Willy mendongak. Dia menampakkan wajahnya kepada Jack dan terlihat berkaca-kaca seperti Dora sebelumnya, namun lebih tipis.
"Aku?" jawab Willy kebingungan
"sejak awal Binatang ini yang menemukanmu, atau bisa dikatakan kau yang Menemukannya. Jadi bagaimana menurutmu jika Binatang ini kita tanyakan kepada ahli tentang Kodeks Makhluk Hidup?" Jawab Jack.
Mendengar penjelasan Jack, Willy menunduk sejenak untuk berfikir untuk pilihan yang akan dia putuskan.
"Menurutku, cara ini bisa menjadi jalan keluar, supaya Ibu maupun Dora tidak terikat pertentangan kecil seperti ini. Maksudku itu hanyalah seekor Kuc- Binatang yang tidak dikenal kan?, di sisi Ibu, Binatang itu terlihat berbahaya, di sisi Dora, Binatang itu bisa menjadi teman bermain baginya selagi aku tidak ada" Willy mengelus kepala Dora yang berada di dekapanku perlahan. "Aku berharap Binatang itu terkonfirmasi sebagai Binatang yang tidak membahayakan, hal ini dapat membuat Ibu dan Dora dapat Menerimanya dengan seksama"
Keputusan dan penjelasannya sangat spesifik bagi dia yang baru berumur 4 tahun. Aku pun tidak tau, sejak kapan dia sangat fasih dalam berbicara seperti layaknya orang dewasa sini.
"Kau dengar itu Dora, kak Willy pun juga ingin kau bisa bermain dengan Bingatang itu"
aku mengelus kepala nya hingga dia menampakkan wajahnya kepadaku. Dora terlihat mencoba memberikan senyuman terbaiknya yang sebelumnya adalah sebuah wajah yang berkaca-kaca.
"Baiklah kalau begitu, sudah diputuskan. Aku akan membawa Binatang ini ke perpustakaan Kodeks. Aku akan meletakkan perlengkapanku dirumah terlebih dahulu" ucap Jack.
Dora melepaskan dirinya dari dekapanku dan menghampiri Jack "Bolehkah aku ikut ayah?"
"Kau mau ikut dengan ayah menanyakan binatang ini?" tanya Jack
Dora mengangguk.
"Baiklah kalau begitu, ayo kita bersiap-siap"
Sepertinya masalah kali ini sudah teratasi dengan cukup baik, walaupun aku sangat khawatir dengan anak-anakku terhadap binatang itu.
"Oh iya, Willy kau akan belajar sihir bersama dengan ibumu selagi kami pergi ya. Aku sudah memberitahumu saat di perjalanan bukan? sebaiknya kau juga bersiap-siap"
"Ah, aku hampir lupa. Padahal aku sudah menunggu kalian pulang dari tadi. Sepertinya masalah tadi membuatku melupakannya"
aku bahkan hampir melupakan tugasku untuk mengajari Willy sihir.
"Aku tahu, aku tidak melupakannya kok" senyum tipis muncul di wajah Willy.
"Ngomong-ngomong, bagaimana kau akan membawa binatang ini bersamamu?"
Setelah mendengar pertanyaan Willy, tiba tiba suasana terasa hening sejenak dengan tatapan semua tertuju kepada Willy.
"Oh iya, bagaimana cara aku membawanya ya? apakah dia akan mengikutiku sama seperti dia mengikuti Willy? atau harus ku gendong di sampingku?" Jack pun bingung.
"Aku tak yakin dia akan mengikutimu, Ayah. Sepertinya ia ingin selalu didekatku" ucap Willy menjawab salah satu pertanyaannya.
"Apa aku harus ikut denganmu? Tapi waktuku untuk Latihan penggunaan sihir bersama Ibu akan berkurang" lanjutnya.
"Sebenarnya Ibu tak masalah jika waktu untuk Latihan sihir kita terpotong, yang penting kau bisa mendapatkan pelajarannya hari ini" aku pun angkat bicara.
Jika binatang itu tak bisa dibawa atau mengikuti Jack, mau tidak mau orang yang bisa dibilang 'majikan' nya harus ikut bersama nya, yaitu Willy. Aku tak bisa menggunakan sihir untuk membawa binatang itu bersama dengan Jack, jadi sepertinya memang Willy yang harus ikut bersamanya.
"Jika tak ada pilihan lain, maka kaulah yang harus membawa binatang itu, Willy. Binatang itu selalu dekat denganmu. Aku akan menunggu dirumah dan menyiapkan makan siang" mataku tertuju kepada binatang itu yang sudah berdiri dan menyandar pada kaki Willy.
"Apakah tidak apa-apa, sayang?" ucap Jack.
"Tenang saja, cepatlah kalian pergi ke perpustakaan Kodeks, jangan membuang-buang waktu" jawabku.
"Baiklah klo begitu. Willy, letakkan perlengkapanmu terlebih dahulu, lalu kita akan berangkat"
Untuk saat ini Jack dan Willy meletakkan perlengkapan latihannya lebih dulu di depan rumah dan bersiap untuk berangkat. Sementara aku kembali kedalam dan sembari mengambil coret-coretan yang dibuat Dora tadi. Setelah mereka bersiap, mereka berangkat menuju Perpustakaan Kodeks.