|POV JACKSON ANTSLEY|
Aku tak tahu apakah ini pilihan yang benar tau tidak, aku hanya ingin Dora dapat bermain dengan kucing ini. Aku tak mengira akan terjadi hal semacam ini, sulit rasanya berpura-pura tenang dalam keadaan menghkawatirkan seperti ini.
Aku mengingat dimana awal Anna memanggilku untuk masuk kedalam tabung kaca tersebut.
"Kalian tunggu dan bermainlah tanpa ayah sementara, ayah akan segera kembali. Sepertinya Bibi Anna sudah menyelesaikan identifikasinya. Ayah berharap binatang itu tidak berbahaya bagi kalian"
"Baik ayah" ucap mereka berdua dengan ekspresi Dora yang yang lebih bahagia dibanding Willy.
Aku mengira saat itu Anna benar benar telah menyelesaikan identifikasinya itu. Sebelum tiba disaat dia menyuruhku melihat bagian dimana ia mengetuk dari mantra sihir yang ia gunakan untuk melihat bagian organ dalam tubuh binatang itu.
Anna berkata bahwa Binatang yang 'menemui' Willy tidak memiliki jantung sama sekali. Awalnya aku merasa Anna memberikan sebuah lelucon singkat yang biasa dia lakukan kepadaku dulu, namun nyatanya berbeda.
Dengan bantuan mantra lain milknya, dia berhasil menemukan sebuah benda yang kami akui adalah sebuah Artefak terletak pada Jantung seekor kucing berada, memang dilihat dari fisiknya juga mirip kucing pada umumnya. Anna merasa bahwa Artefak itulah inti dari Kucing ini, mekanisme pengganti jantungnya yang tidak ada.
Tidak sampai disitu, aku juga penasaran dengan Aura dan Mana yang dimilikinya. Saat pertama aku melihatnya, aku tak merasakan aura apapun darinya. Entah itu karena sistem kehidupan yang sebenarnya sudah tidak berfungsi kembali. Anna pun mencoba untuk melihat ukuran Mana yang dimiliki kucing itu dengan sebuah Skill khusus dari Keluarganya itu. banyak Elf yang juga bisa menggunakan skill tersebut, berbeda dengan ras lainnya dimana sedikit dari mereka yang dapat menggunakan Skill tersebut.
Pada bagian inilah dimana aku kembali mengkhawatirkan keadaan anak anakku dan Kucing yang akan kami jaga ini. Anna menggunakan Skill itu dengan perlahan tepat dihadapanku dimana ia mulai gemetar lembut tak karuan dengan matanya yang melebar dan kepalanya yang sedikit demi sedikit mendongak keatas.
Anna terjatuh dalam keadaan terduduk dengan kedua tangan yang menopang tubuhnya di belakang. Keringat yang muncul dari sela sela rambut di ujung dahinya mengalir tak karuan seperti aliran sungai yang terpecah oleh bebatuan bebatuan besar. Giginya ikut bergetar dengan pandangan melihat keatas yang seakan akan dia sedang melihat sebuah monster besar dihadapannya yang siap menerkam kapan saja.
Aku pun mencoba menenangkannya dengan membawa segelas air putih yang ku ambil diatas meja. Anna menjelaskan kepadaku apa yang dia lihat barusan dengan skill miliknya itu. aku tak menyangka sebuah Artefak dapat menyimpan Mana yang bahkan lebih besar dari milikku. Anna berasumsi bahwa Mana itulah sumber tenaga kehidupan yang mebuat Kucing ini tetap hidup.
Aku tak tahu apakah aku harus menceritakan kejadian ini kepada Liz atau tidak. Aku khawatir dia akan menolak kucing ini kembali seperti awal dia melihatnya. Aku takut tak bisa memenuhi permintaan yang Dora inginkan saat ini. Mengingat dia sangat gembira melihat binatang ini pertama kali sampai dia mendekatinya dengan cepat.
"Ayah..."
Sekarang terdapat suara yang menggema di pikiranku. Sesuatu menarik narik bajuku.
"AYAH..."
Suara itu semakin lama semakin jelas.
"AYAAAAAH"
Suara barusan tiba tiba saja menyadarkanku dari sebuah ingatan yang terjadi sebelumnya. Tiba tiba saja kami sudah berada di depan layanan informasi. Suara Dora yang terdengar cukup keras di Lobby yang sunyi ini membuat seisi ruangan melihat dirinya berteriak.
"Ayah, Kalungmu"
Willy menaikkan tangannya dengan 2 buah kalung dan diarahkannya kepadaku. Pengingat tambahan dari Willy, aku harus mengembalikan kalung yang dipakai untuk memasuki Divisi Kodeks.
Aku menurunkan Kucing ini yang berada di dekapanku ini sebelum aku mengambil kalung yang dipegang oleh Willy dan memeberikannya kepada staf layanan informasi yang ada didepanku bersamaan dengan milikku. Aku menundukkan kepalaku kepada staf yang menerima kalung yang kuberikan tanda terima kasih.
Kami berjalan menuju pintu keluar gedung perpustakaan setelah beberapa kejadian yang aku tak bisa bilang itu menakjubkan atau tidak.
"Ayah..., kau tidak apa apa?" tanya Dora dengan nada khawatirnya.
Aku mengusap kepalanya berharap menghilangkan rasa khawatirnya terhadapku itu.
"Ayah baik baik saja, sayang. Kita bisa pulang sekarang" ucapku dengan suara lembut.
Kami pun keluar dari gedung dengan diriku yang menggandeng tangan Willy di sebelah kanan dan Dora disebelah kiriku, dan tak lupa seekor Kucing berada di samping kanan Willy.
===========
POV WILLIAM ANTSLEY|
Sepertinya ada yang tidak beres dengan Jack. Dimulai dari saat dia meninggalkan Anna dan ruangan identifikasi dia berjalan dengan melamun tanpa memperdulikan sekitarnya itu. Disaat sudah keluar gedung juga dia terus menundukkan kepalanya sedikit lebih kebawah. Rasanya dia menggandeng kami berdua seperti halnya kami sedang menuntun orang buta pergi menuju tujuannya.
Aku rasa ini ada kaitannya dengan kejadian yang dialami Anna saat berada di dalam kaca silinder tadi. Terlihat dari luar dia hanya menatap dan menggerakan mulutnya seketika sampai matanya sedikit berkilau. Tak lama dia terjatuh tanpa ada yang menyentuhnya, dia jatuh dengan sendirinya tanpa dorongan atau tarikan apapun. Entah itu akibat dia kelelahan atau karena kucing ini yang membuatnya seperti itu.
Aku berharap tidak ada masalah yang timbul kembali. Tetapi wajah murung Jack membuatku gelisah dan mungkin saja dapat terjadi hal yang tidak diinginkan.
Aku mencoba mengayunkan tangan kami yang tergandeng.
"Ayah... luruskan pandanganmu. Kau bisa menabrak seseorang jika jalan seperti itu"
Dia menggelengkan kepalanya guna untuk menyadarkan pikiran yang mungkin penuh dengan masalahnya itu.
"Kau harus memesan kereta kuda untuk kita pulang kerumah, kau tak ingin Ibu menunggu kan" ucapku dengan tangan lainnya menunjuk salah satu kereta kuda yang sedang parkir.
"Kau benar, Willy. Maaf karena ayah melamun. Sekarang ayo kita pulang"
dengan nadanya yang tenang, seketika dialah yang sekarang menuntun kami menuju salah satu kereta kuda didepan. Dengan cepat ekspresinya berubah menjadi orang yang lebih berenergik, tapi aku yakin, dia tak akan bisa menahan ekspresi itu lama-lama.
Dan betul saja, disaat kami sudah berada didalam gerbong kereta kuda yang sudah berjalan ini, Jack kembali melamun menatap keluar jendela dengan satu tangan yang menopang dagunya. Sering kali dia mengedipkan matanya dibalik kacamata yang ia pakai itu.
Saat ini posisiku sekarang berada berseberangan dengan Jack dan Dora yang sedang mengelus bulu-bulu kucing itu berada di samping kananku. Jack mungkin mengabil posisi sendirian agar dia bisa tenang melamun kearah jendela gerbong itu. Untuk seumurannya, dia memiliki banyak tekanan masalah yang muncul belakangan ini seperti perdebatan antara Ibu dan Dora. Aku jadi merasa kasihan dengan dirinya yang secara rohani lebih muda dariku ini.
Entah apakah aku dapat memberikan sebuah nasihat atau semacamnya sebagai seorang pekerja biasa yang berada dalam tubuh anak 4 tahun ini. Aku tak yakin dia akan menceritakan apa yang terjadi sebelumnya, namun aku harus mencobanya, intuisi orang tua.
Aku berpindah tempat ke samping Jack duduk dengan wajahnya yang menghadap kearahku, namun pandangan datarnya mengarah keluar jendela dengan cahaya matahari yang memancari kacamata miliknya itu. Sepertinya dia tidak merasakan diriku yang berpindah ke sebelahnya.
Aku mencoba menoleh kearah Dora yang sedang asyik mengelus kucing itu berharap dia tidak terpancing dengan pembicaraan yang akan aku mulai. Aku mencoba menepuk paha Jack untuk menyadarkan dirinya.
Dengan cepat dia mengedipkan matanya dan memandang dimana tanganku menepuk.
"Apa yang sedang Ayah pikirkan sampai melamun terus menerus sejak tadi" aku menggoyangkan kaki miliknya agar dia tetap tersadar.
"Hehehe, tidak ada yang perlu kau khawatirkan. Ayah hanya sedang memikirkan sebuah pelatihan apa yang akan aku berikan selanjutnya untukmu esok hari" dia mengelus pipiku dengan lembut dengan telapak tangannya yang terasa kasar.
Sudah jelas bagiku kalau itu adalah sebuah pengalihan belaka. Mungkin anak seusiaku ini akan percaya dengan omongannya itu, tapi tidak dengan diriku ini. Kau tidak bisa menipuku dengan cara seperti ini Jack, kau harus mencari pengalihan lain.
"Apa kau mengkhawatirkan Bibi Anna yang kelihatan tak sehat tadi?"
Aku mencoba mendesak langsung ke inti permasalahan yang mungkin sedang ia pikirkan saat ini. Matanya melebar terkejut dengan elusan tangannya yang terkaku secara tiba tiba.
"A-apa maksudmu, Willy?" Jack membuat senyuman palsu untuk menutupi ekspresi aslinya.
"Aku melihat ia tiba tiba jatuh saat dia sedang menatap Kucing itu dari luar saat aku bermain dengan Dora. Apa yang sebenarnya terjadi, Ayah" aku mencoba membuat mimik seserius mungkin dengan wajah anak anak ini. Entah tipuan apa lagi yang akan dia lontarkan kembali kepadaku.
"Ummm Bibi Anna saat itu sudah kehabisan tenaga untuk mengidentifikasi Kucing ini, jadi dia tiba tiba terjatuh saat itu"
Sebuah alasan klasik keluar dari mulutnya yang sederhana seperti itu. Apakah dia akan terus mengelabuhiku seperti itu?
"Apakah terjadi sesuatu dengan Kucing itu, Ayah?" aku terus menyudutkan Jack terkait dengan permasalahan yang terjadi sebelumnya.
"Tidak ada apa apa, Willy. dikarenakan suatu kondisi, Kucing ini butuh tambahan beberapa mantra untuk diidentifikasi"
Jika dia terus mengelak seperti itu, aku tak akan mendapatkan jawaban yang tepat. Mungkin aku harus memancingnya.
"Apa kau menyembunyikan sesuatu terhadap kami?" aku membuat wajahku lebih serius dengan menurunkan alisku dan sedikit memberatkan nada suara yang kukeluarkan.
Wajahnya berubah kaget dan tangannya berhenti mengelus. Keringat kekhawatiran mulai muncul dari pori pori wajahnya yang sedikit menegang itu.
"A-apa yang kau bicarakan, Willy? aku tak tahu apa maksud dari-"
sebelum dia menyelesaikan kalimatnya, dengan cepat pandangannya berubah kearah jendela. Sebuah cahaya terpantul dari kacamatanya semakin terang dan terang.
"MENUNDUK!!!"
Tangan kirinya meraih belakang leherku dan tangan kanannya yang meraih bahu milik Dora lalu membuat tubuh kami jatuh ke bawah.
-DUUUAAAARRRR-
Suara ledakan datang entah itu 2 sampai 3 kali hingga membuat telingaku berdenging keras seperti terkena granat suara. aku mencoba mengangkat kepalaku yang tersungkur di alas kayu ini. Ledakan itu sepertinya membuat gerbong kereta ini menjadi terbalik melihat aku terbangun berada di samping jendela dekat Dora mengelus kucing kami dan sebuah penghalang hexagonal berwarna jingga yang melindungi kami berempat.
Aku mengusap mataku berusaha membantu penglihatan kami dari dalam gerbong kereta yang terisi asap.
"Apa yang terjadi???" suaraku terdengar serak dari biasanya.
Aku bertanya tanya entah pada diriku sendiri atau mungkin ada seseorang yang menanggapi pertanyaanku. Jack dan Dora terbangun dan melihat lihat keadaan sekitar. Tak lama penghalang yang melindungi kami perlahan pudar menghilang.
"Tuan!! Apa kalian baik baik saja" seorang kusir yang membawa kereta kuda ini menampakkan kepalanya dari balik jendela yang menghubungkan antara gerbong ini dengan kuda yang ia jalankan.
"Dora, Willy apa kalian terluka?" Jack mengecek tubuh kami satu per satu melihat luka yang mungkin ditimbulkan dari ledakan yang terjadi tadi.
Terlihat Dora mendapatkan sebuah goresan di dahinya yang mungkin akibat Jack menundukkannya dengan keras. Dora menggigit bibirnya dan mengusap usap luka di dahinya berada bersamaan dengan desis yang dibuatnya agar tidak menangis.
Sebuah bayangan seseorang yang ditutupi asap datang dari satu-satunya pintu dan memasuki gerbong yang kami naiki. Tak lama penampakannya terlihat dihadapanku dengan pakaian jubah usangnya dan sebuah masker yang menutup bagian hidung sampai ke leher.
"Aku akan mengambil ini" terdengar suara samar seorang lelaki dari balik masker yang ia gunakan itu. dia mengambil kucing yang kami bawa tadi dengan mudahnya dan memasukkannya kedalam sebuah karung lalu kabur dari balik asap itu.
Disaat dia ingin keluar, Jack dengan berdiri sedikit demi sedikit dibantu dengan tangan yang menumpu pada lututnya.
"Pak Kusir, tolong Jaga anak anak ini sebentar untukku. Ada sesuatu yang harus aku ambil kembali" Jack meminta tanpa memandang kusir itu dan langsung melompat keluar dari Jendela yang sudah hancur tempat dia awal melamun.
"Tunggu dulu, Tuan... kau mau kemana!" pak kusir mengeluarkan kepalanya melihat arah Jack melompat pergi.
"Sepertinya dia ingin mengambil kembali Kucing yang dicuri perampok tadi" ucapku sambil membantu Dora untuk duduk dan mencoba keluar dari gerbong terlebih dahulu sebelum terjadi sesuatu yang membahayakan.
"Sebaiknya kita keluar dari sini dulu Dora" tanpa menunggu jawaban darinya, dengan berjongkok aku merangkul Dora keluar dari Gerbong kereta ini.
Aku tak tahu dimana lokasi kami sekarang ini berada, suasana diluar mulai ramai. sedikit demi sedikit orang orang menghampiri kami dan ada beberapa yang membantu menghilangkan api dan asap yang terdapat di gerbong bagian luar.
Kusir kuda yang membawa kami datang menghampiriku dengan nafas yang terengah-engah dan langkah kakinya yang kecil. Dia terduduk dengan melipat kakinya dan melihat luka yang ada pada dahi Dora dan mencoba mengangkat tubuhnya keatas paha tebal miliknya.
"Seorang Anak Kecil Terluka! Siapapun yang bisa menggunakan sihir penyembuh, tolong sembuhkan Anak ini" teriak Kusir itu membantu mencarikan bantuan.
"Aku dapat melakukannya!" seorang ibu-ibu ras elf berlari menghampiri kami dari kerumunan dengan tangannya yang melambai diatas.
"Tolong berikan dia pertolongan pertama, nyonya" ucap kusir tersebut dengan lembut.
Aku hanya duduk terdiam melihat Dora yang sedang dilakukan penyembuhan yang sama seperti dulu Liz lakukan kepadaku saat masih bayi.
"Ibu..." Suara samar keluar dari mulut Dora dengan matanya yang terkatup menahan perih luka di dahinya. Dia menginginkan sosok Liz yang harusnya berada di posisis si penyembuh.
Sepertinya ini adalah kali pertamaku disaat kami yang bisa dikatakan 'dirampok'. Bahkan dikehidupanku sebelumnya aku tak pernah tau rasanya dirampok seperti ini, sebuah penyerangan nyata layaknya komplotan teroris.
Tak lama terdengar beberapa langkah kaki dengan suara berisik dari setiap hentakannya itu.
"Beri jalan!" 3 orang prajurit dengan pakaian yang sama saat aku pergi pelatihan datang mendekati tempat kejadian penyerangan dari belakang kerumunan. 2 diantaranya membentuk posisi agar kerumunan berhenti mendekat dan 1 orang tanpa pelindung kepalanya datang menghampiri kusir di sampingku.
prajurit itu terlihat seperti binaragawan yang ditutupi oleh armor dengan rambutnya yang berwarna abu gelap dan brewok tipis yang menutupi dagi dari telinga kiri hingga ke kanan.
Prajurit itu berlutut sejajarkan pandangannya terhadap sang Kusir "Apa kau bisa jelaskan apa yang terjadi disini, tuan? Sepertinya kau salah satu korban yang terkena dampaknya." Ucapnya dengan suara berat seperti layaknya Pria besar pemimpin regu.
"Aku... sebenarnya aku tak tau bagaimana hal ini bisa terjadi, tiba tiba saja kereta gerbong yang kubawa terguncang kesamping sampai kuda ini pun berhenti mendadak. Sepertinya ada seorang perampok yang menembakkan sihir api mengarah gerbong ini, dan 2 anak kecil ini juga korban dari serangan perampok itu"
pak Kusir itu berusaha menjelaskan kejadian menurut pandangannya yang sedang membawa kami kembali pulang. Setelah dia mengatakan kami berdua juga merupakan korban, prajurit itupun menoleh kearah Dora yang sedah disembuhkan, kemudian beralih kearahku.
"Adik kecil, bisakah kau memberitahu paman apa yang terjadi tadi?"
Tanpa mengkhawatirkan keadaanku yang lusuh ini, dia langsung melontarkan pertanyaannya seperti itu.
"Ka-kami bertiga sedang dalam perjalanan pulang tadi, tiba tiba saja ada sebuah ledakan yang membuat kami jadi seperti ini. Setelah ledakan itu, Seseorang datang mencuri seekor binatang yang baru saja di identifikasi. Ayahku pergi lebih dulu untuk mengejarnya, aku tak tau ada berapa orang yang berpartisipasi dalam perampokan ini"
kuharap dengan penjelasan seadanya dariku itu dapat membantunya mencari petunjuk baru.
"Lalu apa kau mengetahui penampilannya seperti apa?" kepalanya maju lebih dekat hingga mungkin berjarak kurang lebih 30cm dari wajahku.
"Dia menggunakan sebuah jubah gelap dengan sebuah masker mulut hingga leher. Aku tak tau detailnya karena asap yang menghalangi didalam" lanjutku.
Prajurit itu mengangkat tangannya ke dagunya seperti sedang memikirkan suatu petunjuk. Dia pun bangkit berdiri dan melihat sekitar kerumunan.
"Selanjutnya, apakah ada saksi mata kemana perampok atau seseorang yang mengejarnya pergi?!" Teriakannya terdengar jelas dari bawah sini dengan mulutnya yang melebar itu.
"Orang tua dari anak itu terlihat pergi ke arah gang sebelah sana" Kusir kami menjawabnya dengan menunjuk sebuah gang sempit tanpa ada seseorang didalamnya.
"Baiklah kalau begitu. Kalian berdua, ayo kita tangkap biang masalah ini"
Prajurit tanpa pelindung kepala itu memberikan komando kepada 2 prajurit lainnya yang mengatur kerumunan dibelakang.
"Baik!"
"UNTUK PARA KERUMUNAN DISINI DIHARAPKAN UNTUK SEGERA BUBAR DAN JANGAN MEMBUAT KERUSUHAN TAMBAHAN, BUBAR!" prajurit tanpa pelindung kepala itu berteriak membubarkan para penduduk yang berkerumun.
Aku berpura pura membuat diriku tegar dan tetap berani di hadapan orang oran, namun nyaliku menciut memikirkan apa yang sebenarnya terjadi sekarang. Aku tak pernah membayangkan kejadian seperti ini datang disaat aku belum siap dalam menjalani hidupku di dunia ini.
Jack sendiri terlihat benar benar khawatir dengan Kucing yang diambil oleh perampok itu, padahal itu hanyalah seekor kucing yang baru ditemui. Seperti firasatku, nampaknya ada sesuatu yang terjadi dengan Kucing yang kami bawa tadi. Sekali lagi aku hanya berharap tidak terjadi sesuatu yang mengerikan terhadap aku maupun keluargaku hanya karena masalah sepele seperti ini.