Laura menghabiskan sepiring pecel dan empat buah gorengan ditambah dengan es teh. Sepertinya dia mengidap sindrom malabsorbsi, sehingga seberapapun banyaknya dia makan, tubuhnya akan tetap langsing.
Hari sudah semakin siang, niatnya ingin gowes mengelilingi kampung lalu ke kota. Tetapi apalah daya ketika pecel lontong melambai-lambai, dan es teh seperti air pegunungan yang jernih mengalir sampai jauh di tengah gurun Sahara. Maka iman-pun goyah tak kuasa menahan nafsunya.
Laura ditawari oleh pemilik warung untuk rebahan di bilik dekat warung, ya bisa dibilang gazebo. Dia segera meng-iyakan tawaran Bu Prapti, si pemilik warung. Dia memperkenalkan diri setelah Laura menanyai namanya.
Tidak berselang lama, beberapa mobil truk datang dan parkir di depan warung Bu Prapti, hampir menutup penampakan warung bahkan, dan juga sepeda Laura.
Beberapa orang sopir dan keneknya turun lalu segera memesan nasi dan lauk pauknya. Bu Prapti dengan sigap langsung melayani pesanan mereka.
