Maya melihat ke arah cermin sebelum ia hendak beranjak dari kamar. Terlihat guratan kesedihan terpancar dari wajahnya yang mengisyaratkan jika dirinya memang sedang tidak baik-baik saja. Ada banyak rasa bercampur menjadi satu di dalam sana. Yang ada hanya butiran-butiran air mata keluar tanpa jeda.
Butuh setidaknya setengah jam dirinya bisa kembali tenang dan memastikan jika raut wajahnya sudah terlihat baik-baik saja. Tak ingin semua orang melihat dirinya lemah, hancur, dan terluka. Meskipun semua itu benar adanya. Maya ingin menunjukkan jika dirinya tegar menghadapi semua ujian ini. Apalagi di depan ibu mertua, juga Renata.
"Ayolah, May! Kamu bisa! Kamu kuat! Kamu nggak boleh lemah di depan mereka semua! Tunjukkan pada semua jika kamu bisa berdiri dengan tegak!" ucap Maya memberi semangat pada dirinya sendiri berulang kali.