"Kenapa kamu membuang makanannya?" tanya Hilman menarik satu kursi di meja makan setelah datang dan duduk di ruang makan
Niat Hilman datang adalah untuk makan malam bersama dengan anak dan menantunya. Namun, pemandangan menantunya membuang makanan sangat ia benci. Mubazir. Padahal ia sudah payah bekerja untuk membuat dapur mengepul, tapi menantunya itu sesuka hati membuangnya. Tidak bisa dibiarkan. Nanti bisa menjadi kebiasaan.
"Eh, Papa!"
"Kenapa dibuang?"
"Keasinan, Pa."