Selepas berbincang dengan kedua orang tuanya, Maya kembali ke kamar. Menghempaskan perlahan tubuhnya ke atas tempat tidur berukuran king yang pegasnya masih terasa kuat. Dirinya menenggelamkan wajah di atas tumpukan bantal. Perasaan tidak karuan yang mencuat di pikiran, juga hatinya mulai sedikit memudar meski belum sepenuhnya.
Logikanya memaksa untuk tidak berpikir buruk kepada Haris, sayangnya tidak berjalan seperti yang diharapkan. Hatinya meyakini jika Haris baik-baik saja dan selalu dapat menjaga janji suci pernikahan mereka. Tapi pikirannya mengatakan hal sebaliknya. "Tidak ada yang tahu hati manusia!" begitu yang dikatakan pikiran Maya.
"Mungkinkah mas Haris ….?" Belum sempat ia melanjutkan ucapannya, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu di depan kamar yang membuyarkan pikiran buruknya sesaat.
"Masuk aja, nggak dikunci!" seru Maya lebih keras agar seseorang yang tengah menunggu di depan pintu dapat mendengar suaranya.
