"Aku sudah terbiasa untuk tidak lagi percaya akan namanya cinta. Hubungan yang terjalin sekian lama pun seolah tiada artinya ketika kamu mengatakan ingin pisah. Sunyi, sepi, pedih, dan terluka. Itulah yang aku rasakan saat ini dan mungkin juga akan tetap ku rasakan beberapa hari nanti. Sementara kamu, mungkin saja sudah bisa melukis senyuman kembali."
Hawa menulis apa yang tengah ia rasakan pada selembar tisu yang ada di dalam kamar. Dirinya menuangkan semua isi hatinya pada selembar tisu itu dengan air mata yang terus bercucuran membasahi pipi.
Di depan semua orang ia berusaha tegar, tapi saat sendiri ... hatinya benar-benar remuk redam tak bersisa!
Hawa tidak ingin mempersulit Maya dengan terus menerus mendengarkan curhatannya. Karena itu di depan Maya, ia berusaha tidak terjadi apa-apa.