Hutan itu seperti dunia lain, itu agak gelap seperti senja dan udara di dalam sana dipenuhi dengan aura kejam, itu bukan tempat yang disukai manusia, tapi sangat cocok untuk para binatang buas.
Saat orang-orang memasuki hutan itu, mereka menemukan lebih banyak binatang buas di dalam sana. Ternyata hanya sedikit yang keluar, ada lebih banyak yang menunggu di dalam.
Begitu Adolf melewati mereka, mereka mengikuti di belakangnya.
"Tuan muda, tuan muda, tunggu biksu tua ini." Teriakan seorang lelaki tua tiba-tiba bergema di belakang.
Orang-orang melihat ke belakang dan menemukan seorang biksu tua dengan pakaian berantakan berlari ke arah Adolf.
"Ini biksu tua ini lagi," ucap beberapa orang yang mulai mengikuti Adolf dari restoran bebek nirvana.
"Dia memang terlihat buruk, tapi kekuatannya tidak dapat diremehkan, aku bahkan curiga dia pemilik kedua telapak tangan sebelumnya," yang lain menambahkan.
"Ah, aku tidak percaya itu. Meskipun dia kuat, ku pikir dia hanya raja saint, jika dia seorang saint kuno, aku pasti akan merasakan bahaya darinya tidak peduli seberapa baik dia menyembunyikan auranya."
"Siapa yang tahu! Tapi lebih baik berhati-hati kepadanya!"
Adolf menatap biksu tua itu yang sudah tiba di belakangnya dan bertanya, "untuk apa kau ke sini?"
"Ehmmm, tuan muda, biksu tua ini juga menginginkan beberapa buah umur panjang," jawabnya.
"Kau tidak akan mati bahkan jika kau tidak menyegel dirimu selama beberapa era, apa yang kau takutkan?"
"Itu benar, tuan muda, tapi biksu tua ini memiliki banyak murid, banyak dari mereka yang sudah hampir mati."
"..."
"Baiklah, karena kinerja mu memuaskan, aku akan membiarkan mu mengikuti ku," jawab Adolf, setelah itu dia tidak lagi memperhatikan biksu itu.
Biasanya, memasuki hutan umur panjang bukanlah hal yang mudah. Binatang-binatang buas di sana akan menyerang hampir setiap manusia yang mereka lihat, tapi hari ini mereka sangat tenang seolah-olah mereka adalah sekutu manusia. Adolf dan yang lainnya dapat memasuki hutan itu dengan cepat, orang-orang yang mengikuti mereka juga diuntungkan karena mengikuti mereka.
"Emmm..."
Saat orang-orang masuk lebih jauh ke dalam hutan itu, mereka tiba-tiba merasakan semacam aura kehidupan yang penuh dengan vitalitas.
"Aura ini, tidak diragukan lagi ini adalah aura pohon umur panjang."
"Itu benar-benar muncul."
"Ah, aku sudah hampir mati, aku harus mendapatkan setidaknya satu buah."
Orang yang berbicara itu adalah pria tua yang kurus kering sehingga tulang-tulangnya hampir terlihat.
Setelah mengatakan itu, dia melompat langsung ke depan. Aura raja saint yang perkasa meletus dari tubuhnya.
Dia tidak segan melewati Adolf karena keserakahannya.
Namun, dia baru melewati Adolf sejauh satu meter, sebuah cabang pohon tiba-tiba meluncur dari atas sebuah pohon dan menembus kepalanya, menyebabkan kepala itu meledak seketika.
Orang-orang yang ingin bergerak tidak memiliki pilihan lain selain menahan tubuh mereka saat mereka melihat kematian lelaki tua itu.
Di atas pohon itu, berdiri seekor monyet kecil, itu tampaknya hanya anak monyet, itu juga tidak terlihat unik, tapi anehnya, itu memiliki sepasang sayap di punggungnya.
Itu tidak memancarkan aura apapun, tapi tidak ada yang berani mempertanyakan kekuatannya karena itu membunuh raja saint hanya dengan sebuah cabang pohon.
"Monyet apa ini? Aku tidak pernah mendengar monyet memiliki sayap."
Orang-orang mulai heran.
Binatang-binatang buas terkuat di hutan itu hampir diketahui sepenuhnya, tapi tidak ada yang pernah melihat monyet kecil itu.
"Ini adalah?"
Si biksu tua itu menyipitkan matanya saat dia melihat monyet kecil itu.
Dia adalah tokoh yang dapat menutupi langit di benua desolate. Di benua itu, hampir tidak ada yang dapat mengancamnya, dia bahkan dapat berdiri bahu membahu dengan karakter kuno, tapi monyet itu tidak hanya membuatnya merasa terancam, dia bahkan merasa monyet itu dapat membunuhnya.
Tiba-tiba dia teringat sebuah legenda yang dia pikir hanya dongeng belaka.
Berpikir bahwa legenda itu benar membuat tubuhnya bergetar.
Whosss...
Monyet itu kemudian melompat ke bawah, lebih tepatnya ke arah Adolf. Itu kemudian mendarat di paha Adolf.
Perilakunya benar-benar terlihat seperti anak monyet, itu mengepakkan sayapnya dan mencicit pada Adolf.
"Ini kabar menggembirakan bahwa kamu masih hidup," Adolf tersenyum tipis sambil mengelus bulu monyet itu.
Monyet itu terus mecicit kepadanya, orang lain tidak mengerti apa yang itu maksud, tapi dia mengerti sepenuhnya.
Dia mengangguk sebagai tanggapan.
"Aku pasti akan membawa mu kali ini, kita akan menunjukkan pada surga kekuatan mu yang sesungguhnya. Nah, mari kita lanjutkan perjalanan, aku ingin melihat buah yang kau siapkan kepada ku."
...
Tidak lama kemudian, Adolf dan yang lainnya tiba di sebuah padang rumput yang sangat luas. Itu sangat aneh karena sebelumnya tidak ada tempat seperti itu di hutan itu.
Namun, orang-orang dengan pengetahuan segera tahu mengapa padang rumput itu muncul.
"Ya, pohon umur panjang ada di sini."
"Tapi di mana itu?" Tanya para junior.
"Bagaimana itu begitu mudah ditemukan, itu bukan sesuatu yang bisa dilihat dengan matamu yang fana," jawab tetua mereka.
Tapi tepat setelah tetua itu berbicara, padang rumput itu tiba-tiba bergetar. Setelah itu, sebuah pohon berwarna emas tumbuh dengan kecepatan yang tak terbayangkan. Itu menembus awan dalam sekejap, dan buah-buahan yang penuh vitalitas tumbuh di dahannya.
Saat pohon itu muncul, aura kehidupan di tempat itu langsung meningkat drastis, orang-orang merasa seolah-olah umur mereka bertambah hingga seratus tahun.
"Itu benar-benar muncul?"
Para tetua yang mengatakan bahwa pohon itu tidak mudah ditemukan membelalakkan mata mereka.
Apa yang mereka katakan tidak salah, tapi apa yang terjadi hari ini benar-benar berbeda.
"Lihat apa itu?"
Seseorang tiba-tiba menunjuk ke lokasi tertentu di pohon itu.
Ada sebuah dahan yang memancarkan cahaya emas, di sana, tiba-tiba tumbuh sebuah buah yang terlihat seperti apel. Itu juga berwarna emas dan itu memancarkan aura yang membuat orang-orang merasa seolah-olah umur mereka tidak terbatas.
"Itu adalah buah immortal yang legendaris, itu sebenarnya sudah matang."
Orang-orang yang tahu tentang pohon itu segera terkejut.
Para junior bertanya apa itu, dan para tetua menjawab dengan bersemangat.
"Buah immortal sudah tumbuh sejak jaman kuno, dikatakan itu sudah ada sejak pohon pertama kali ditemukan, tapi itu selalu dalam keadaan mentah." "Banyak yang ingin mengambilnya, tapi setiap orang yang mencoba mengambilnya dibunuh oleh pohon itu."
"Tidak ada kekurangan ahli tertinggi yang mencoba mengambilnya, tapi mereka semua dibunuh hingga tubuh mereka menjadi tanah."
"Apakah supreme pernah mencoba mengambilnya?"
"Tidak ada catatan tentang itu, tapi dikatakan ada beberapa supreme yang datang ke hutan ini secara diam-diam. Kau tahu apa yang terjadi setelah itu?"
"Apa yang terjadi?"
"Mereka menghilang tanpa jejak di hutan ini."
Hissss...
Para junior mendesis dengan ekspresi ngeri.
Para supreme adalah keberadaan yang pada dasarnya setara dengan seluruh dunia, beberapa percaya mereka dapat berubah menjadi sebuah dunia. Tidak ada yang berpikir mereka bisa mati karena itu sama saja dengan berpikir bahwa dunia dapat mati.
Di waktu yang sama, ada dua aura yang sangat mengerikan menuju ke hutan umur panjang.
Kedua aura itu meruntuhkan gunung-gunung di mana pun mereka lewat sehingga orang-orang yang melihat mereka tahu kalau mereka sedang marah besar.
...
"Ahhh, aku tidak bisa menahannya lagi, siapa yang peduli, aku mungkin akan mati sebelum tahun baru, aku tidak peduli bahkan jika aku mati sekarang."
Banyak tetua yang tidak bisa hidup lebih lama lagi memilih untuk segera bertindak.
Mereka melepaskan aura mereka dan melompat ke arah pohon itu.
"Mereka gila!" Ucap tetua yang masih tampak sehat.
"Bahkan buah biasa tidak mudah diambil, belum lagi buah immortal itu."
Bang... Bang... Bang...
Mereka bahkan belum mencapai pohon itu dan mereka sudah mulai saling bertarung sehingga menyebabkan beberapa dari mereka mati di sana.
Mereka yang selamat dari pertarungan tertawa terbahak-bahak saat mereka terbang mendekati pohon itu.
Sayangnya, mereka hanya bisa tertawa sebentar. Dahan-dahan pohon itu tiba-tiba berayun ke arah mereka seperti cambuk. Orang-orang tidak yakin bagaimana kekuatan dahan-dahan itu, tapi saat mereka menghantam tubuh tetua-tetua itu, tubuh mereka langsung meledak seperti balon.
Pemandangan itu sangat mengerikan sehingga bahkan tetua yang hanya memiliki sisa satu hari untuk hidup membeku.