Chereads / Tuan Muda yang Mahakuasa / Chapter 45 - Jalan Jiwa, Dunia Adalah Jiwa Ku

Chapter 45 - Jalan Jiwa, Dunia Adalah Jiwa Ku

Adolf tetap acuh tak acuh meskipun dialah yang telah membunuh kedua paragon itu.

Setelah itu, dia langsung terbang ke bawah di mana Miya dan Snow berada.

Kedua gadis itu menatapnya dengan ekspresi rumit, mereka tidak tahu harus mengatakan apa.

Biksu tua itu sedikit lebih tenang, dia berkata, "tuan muda, biksu tua ini juga akan mati jika bertarung dengan anda sekarang."

"Kapanpun kau akan tetap akan mati jika kau bertarung dengan ku," jawab Adolf.

"..."

"Ehmmm, ehmmm, tuan muda."

"Aku tahu yang kau inginkan."

Adolf mengeluarkan beberapa buah dan melemparkan mereka ke biksu tua itu.

"Kau telah membantu ku sebelumnya, seperti yang aku janjikan, aku akan memberimu hadiah yang memuaskan."

Setelah mengatakan itu, dia mengeluarkan kotak besi yang dia ambil sebelumnya.

Melihat kotak besi itu, mata biksu tua itu bersinar cerah. Tapi dia dengan cepat berpura-pura.

"Tuan muda, buah-buah ini sudah cukup," ucapnya.

Kata-katanya tidak menyebabkan Adolf berhenti, dia kemudian membuka kotak besi itu.

Di dalam kotak besi ternyata ada sebuah buku yang tampak masih baru. Sampul buku itu terdiri dari warna emas, putih, dan hitam. Kertas-kertasnya juga memiliki tiga warna.

Di bagian emas buku itu tertulis kata "Budha", di bagian putih "Dewa", dan di bagian hitam "Iblis".

Buku itu tampak seperti buku biasa, tapi kata Budha, Dewa, dan Iblis di sampul buku itu memberi ilusi seolah-olah ada Budha, Dewa, dan Iblis di dalam sana.

"Ini?" Biksu tua itu tertegun.

Miya dan Snow menunjukkan ekspresi bingung, mereka merasa buku itu sangat luar biasa, tapi mereka tidak dapat mengetahui buku apa itu.

Adolf secara membuka kertas berwarna emas dari buku itu.

Setelah itu, cahaya emas yang sangat cerah bersinar dari kertas itu sehingga cahaya matahari tampak seperti kegelapan.

Di kertas itu, ada gambar budha yang duduk di tengah mayat yang tak terhitung jumlahnya. Tidak seperti budha pada umumnya, budha di gambar itu menunjukkan ekspresi acuh tak acuh pada mayat itu.

Saat biksu tua itu melihat gambar itu, dia tampak tenggelam ke dalam ilusi.

Setelah itu, matanya tertutup dan dia jatuh ke tanah.

Adolf langsung menutup buku itu begitu biksu itu jatuh.

Dia kemudian memasukkan kembali buku itu ke dalam kotak besi itu dan menutupnya sebelum memasukkannya ke dalam cincin penyimpanan.

"Ayo pergi, kita sudah selesai di sini," ucapnya pada Miya dan Snow.

Dia mengatur posisi tongkatnya sebelum mengambil langkah.

Miya dan Snow menatap cincin penyimpanannya, tapi mereka tidak menanyakan apa-apa, mereka dengan cepat mengikutinya. Sebelum melangkah, Snow menatap biksu yang sekarang tampak tertidur dan bertanya pada Adolf, "bagaimana dengan biksu ini?"

"Jangan pedulikan dia, setidaknya dia tidak akan mati," jawab Adolf.

Tepat setelah Adolf berbicara, monyet kecil itu melompat ke bahunya.

Itu menatap biksu itu dan menunjukkan ekspresi jijik seolah-olah ia melihat kotoran. Itu tampaknya tidak senang dengan keberadaan biksu itu di hutan itu.

Saat Adolf pergi keluar hutan itu, binatang-binatang buas di hutan itu tidak lagi mengikutinya, tapi masing-masing dari mereka memberi hormat kepadanya saat dia melewati mereka.

Tidak lama kemudian, dia, Miya, dan Snow akhirnya tiba di area luar hutan. Namun, di sana tidak ada orang lain, bahkan kota kecil itu menjadi sangat sepi, orang-orang tampaknya melarikan diri dari sana.

Bagaimanapun, tempat itu berada tepat di samping hutan itu, Adolf masih bisa mengendalikan hutan itu dari sana.

Miya menatap hutan yang baru saja dia tinggalkan sebelum menatap Adolf, dia berkata, "tuan muda, kekuatan yang anda gunakan sebelumnya memang kekuatan dari hutan ini, tapi tubuh anda yang tidak terluka, itu murni kekuatan tubuh anda, benarkan?"

Mendengar kata-katanya, Adolf tersenyum tipis.

"Kau pintar," ucapnya.

"Tapi bagaimana tubuh anda dapat menahan serangan-serangan itu?" Tanya Snow.

Miya juga menatapnya dengan ragu.

Mereka memang sudah melihat kekuatan tubuhnya sebelumnya, tapi serangan-serangan itu benar-benar berbeda, mereka adalah serangan paragon. Apakah tubuhnya begitu kuat sehingga bahkan serangan paragons tidak dapat melukainya?

Berpikir tentang itu membuat kedua gadis itu takut. Jika tubuhnya sudah sekuat itu dengan basis kultivasinya yang sekarang, lalu siapa yang bisa melukainya di dunia ini?

Adolf tersenyum sekali lagi sebelum menjawab, "bukan hal mustahil bagi seorang golden spiritual untuk memiliki kekuatan tempur yang setara dengan paragon atau bahkan lebih kuat, vitalitas tubuh ku kebetulan mencapai titik semacam itu."

"..."

Saat mereka sedang tertegun, Adolf menatap matahari yang sudah hampir tenggelam.

Dalam hati dia berkata, 'tahap kedua; Jalan Jiwa, dunia adalah jiwa ku.'