Lelaki itu masih diam menatap Athena dengan raut tak terbaca, matanya sempat mengunci mata coklat Athena sebelum ia membuang pandangan.
Lidah Athena terasa keluh untuk mengucapkan satu kata pun, Athena mencoba menahan sesuatu yang sempat menghantam dadanya, rasa rindu. "Apa kabar, Arlo?" sambungnya dengan nada rendah.
Ini terlalu cepat untuk Arlo. Setelah beberapa tahun putus, Arlo tidak pernah berfikir untuk bertemu dengan Athena dua kali begitupun sebaliknya.
"Baik," jawab Arlo pelan, sebenarnya dia malas menjawab pertanyaan Athena yang tidak penting itu, tetapi dia tidak mungkin melakukan semua itu di depan banyak orang.
Athena menghela nafas, ia tersenyum kecut, tatapannya kembali jatuh ke meja di samping Arlo. "Laptop--"
"Jika ingin membicarakan soal ganti rugi, silahkan anda membicarakannya dengan sekertaris saya," jawab Arlo dingin. Semua orang perlahan mulai tak memperdulikan kejadian ini, mereka kembali melakukan aktivitas masing-masing.
"Anda? ... Saya?" beo an Athena membuat lelaki itu menatapnya dengan alis terangkat.
"Kenapa?" tanya Arlo.
Athena menggelengkan kepalanya dengan senyuman tipis di bibirnya. Athena beralih menatap seseorang yang berdiri bersebrangan dengan Arlo.
Athena baru sadar jika Arlo tidak sendiri, dia bersama perempuan yang terlihat sangat cantik tetapi masih dibawahnya menurut Athena sendiri, yang terlalu kepedean.
Siapa perempuan ini, apa dia sekretaris yang dimaksud Arlo? Atau sekaligus pacarnya Arlo? Athena terdiam memikirkan status mantannya ini.
"Kalau begitu saya pergi, silahkan anda membicarakan hal ini dengan sekertaris saya, permisi." Tanpa banyak basa-basi lagi, Arlo pergi meninggalkan ruangan.
"Mbak?"
"Ah, iya?" Athena sedikit terkejut dengan sekertaris Arlo yang memanggilnya disaat ia memperhatikan Arlo yang mulai menjauh dari pandangannya.
"Oh iya, tunggu sebentar," ucap Athena, dia mengambil ponselnya dari saku celananya.
"Cari toko elektronik yang kualitasnya bagus yah. Sin. Besok saya akan ke sana." Setelah mendapatkan balasan sebrang, Athena memutuskan panggilan lalu kembali mengantongi ponselnya. "Teman saya akan carikan toko elektronik untuk ganti rugi laptop dan handphone."
Perempuan itu mengangguk. "Saya rasa tidak ada keperluan yang perlu dibahas lagi, permisi."
Perempuan itu pergi meninggalkan Athena yang masih memikirkan sesuatu, kenapa rasanya nyesek? Apa dirinya belum bisa move on dari Arlo? Athena menggelengkan kepalanya cepat, tidak mungkin! Dia harus bisa move on, ayolah melupakan seorang Arlo itu tidaklah sulit, mungkin.
***
Sore ini Athena terlihat resah, bagaimana tidak, dua kali ia bertemu dengan si mantan yang terlihat makin kece saja.
Wajahnya, alisnya, apalagi bibir kecilnya mampu membuat Mira meronta-ronta, kenapa dulu ia bisa berpaling dari Arlo yang nyaris terlihat sempurna?
Athena menjadi semakin menyesal karena telah mengkhianati ketulusan Arlo, mungkin mau seberapapun ia menyesal dan meminta maaf, Arlo tidak akan memaafkannya.
Athena menghela nafas panjang, kenapa hidupnya begitu banyak drama? Belum lagi dia akan di jodohkan dengan anak musuh dari ibunya itu.
"Aku harus move on! Pokoknya harus! Apalagi aku mau dijodohin! Pokoknya aku harus buka hati untuk sang calon!" teriak Athena pada dirinya sendiri, dia bertekad akan melupakan Arlo seutuhnya, dia tidak mau menyedihkan seperti ini karena ini bukan sifat dirinya.
Memang tidak mudah melupakan seseorang yang pernah menjadi bagian dalam hidup kita. Masa lalu adalah pelajaran, tapi bukan berarti kita harus berlarut-larut?
"Pokoknya aku harus move on! Kalau perlu aku undang seorang ustadz, untuk keluarin setan gamon yang ada di badan ini! Ayo Then kamu pasti bisa! Kamu itu cantik, banyak juga yang suka!" teriak Athena yang terus menyemangati dirinya sendiri agar tidak menjadi gadis yang gagal move on. Bahkan Athena berdiri di atas ranjang sambil melihat ke atap.
"Arlo ganteng sih, Bismillah jadi calon istrinya Byun Baekhyun!" lanjut Athena yang tak kalah kencang, dia bahagia bisa berteriak sekencang ini, Athena juga tidak perduli jika ada yang mendengarnya.
Pokoknya ia lega, ia harus bisa membuang Arlo secara permanen. Ya harus.
Athena melihat sekelilingnya, yang terdapat banyak barang pemberian dari Arlo. Mulai dari boneka, bunga, bahkan seprei yang ia tiduri pun pemberian dari Arlo.
Athena berkacak pinggang, kenapa ia bisa gagal move on seperti ini? Mungkin Athena sudah gagal move on di stadium empat. Miris, sekali hidupnya.
Athena berpikir sebentar, matanya tiba-tiba melotot ketika mengingat sesuatu. Athena turun dari ranjang, ia berlari menuju kamar orang tuanya.
Tok! Tok!
"Bun, Yah! Buka dong!"
Tidak ada sahutan.
"Bunda! Ayah! Ini anak kalian, kok dicuekin sih!" gerutu Athena sambil terus mengetuk kamar orang tuanya itu. Ayolah ini belum malam, tetapi kenapa orang tuanya melakukannya di hari siang pikir Athena.
Pintu terbuka menampakkan Mata bundanya yang seperti sehabis menangis, ini tidak mungkin kan? Pikiran negatif tiba-tiba berkeliaran di otaknya? Apakah dia akan menjadi anak broken home?
"Thena, Bunda-"
"Bunda!" teriak Athena sambil menangis histeris, dia memeluk Bundanya dengan erat, ia tahu semuanya pasti berat, Athena juga tahu rasanya kehilangan seseorang yang kita cintai.
"Bunda, tenang aja ya. Ada Athena yang selalu ada untuk Bunda," ucap Athena yang terlihat sedih, ia mengusap pelan punggung Violet. "Ya kalaupun Bunda selalu ngeselin, Athena tetep sayang kok sama Bunda, jadi Bunda jangan sedih. Nanti makin jelek."
Athena melepaskan pelukannya, ia menatap Bundanya dalam. "Bunda, tenang aja. Athea punya banyak kenalan Duda keren loh, nanti Athena kenalin."
Violet, dengan gemas lansung memukul Athena.
"Aw, sakit Bun!" rengek Athena, ibunya ini hobi sekali memukul pantatnya yang tepos ini, sudah tepos nanti makin tepos, makin sedih deh.
Wajah Violet merah, dia kesal dengan pikiran negatif Athena. "Kamu ini! Kamu pikir Bunda mau cerai?! Ya nggak lah! Kamu tuh ya pikiran nya selalu aja julid," cereos Violet ia kesal sendiri dengan Athena.
"Bunda prediksi kamu pasti jadi ibu-ibu yang suka julidin tetangga dan selalu ngomongin orang!"
Mata Athena membulat, dia tidak akan sejulid itu, mungkin. "Wah! Bunda ini sangat tidak bersahabat! Bibir sexi Athena ini nggak akan se-gabut itu sampai harus ngomongin orang, Bun."
Wajah Athena tiba-tiba menjadi alim dan tenang. "Kata para kyai juga kita tidak boleh membicarakan keburukan orang lain, Bun. Nggak baik tahu. Dan Athena nggak mau mencampuri urusan orang lain."
Wajah kesal Violet, menjadi diam. Dia tersenyum hangat melihat anaknya yang mungkin sudah bisa berpikiran dewasa, dia merasa bangga menjadi orangtuanya Athena.
"Tetapi kalau fakta mah lain lagi Bun. Athena bakal nyinyirin lima waktu dalam sehari, deh!"
Senyuman Violet luntur, anaknya ini memang tidak bisa dibanggakan. Baru saja ia terharu, sudah dibuat kesal lagi.
"Kamu ini ya! Anak siapa sih kamu? Kok bar-bar banget!" sewot Violet berkacak pinggang, ia geleng-geleng kepala mengingat anaknya yang tak beres ini.
Athen pun mengikuti gaya bicara Violet. "Bunda dulu ngidam apa sih? Kok Athena bisa bar-bar gini!" ejek Athena ia berkacak pinggang, menatap Ibunya dengan kekehan.
Violet menghela nafas panjang.
"Sudahlah, Bunda pusing bicara sama kamu. Ada apa? Kenapa kamu ketuk-ketuk pintu? Ganggu aja!"
Wajah Athea berubah menjadi serius, Violet diam dia tidak bisa mendeteksi wajah putri tunggalnya ini, dia takut kena prank lagi.
"Sebenarnya ..."