Chereads / I Love You Athena / Chapter 5 - Makan Siang Bersama

Chapter 5 - Makan Siang Bersama

"Eh, Nak Arlo ya?" tanya Violet, dia segera berdiri mengampiri lelaki itu. Arlo hanya tersenyum canggung saat Violet tersenyum ke aranya.

Athena mengerjapkan matanya beberapa kali, sebelum akhirnya duduk dengan wajah yang sedikit linglung, tidak ada hujan ataupun angin, kenapa Arlo bisa datang ke rumahnya? Athena mengambil segelas air, lalu meminumnya hingga habis.

"Ayo, duduk." Perkataan itu membuat Arlo tersadar, ia lalu berjalan ke arah bangku yang kosong. Violet tersenyum, kemudian kembali duduk di samping Athena.

"Bagaimana? Apa kita langsung ke intinya saja?" tanya Miranda, yang sesekali melihat ke arah Athena.

Athena menundukkan kepalanya, tak berani melihat ke depan ataupun mendongakkan kepalanya.

"Ya, tentu saja. Mereka harus berkenalan sebelum akhirnya menikah," jelas Violet.

Keempat orangtua itu bercakap-cakap dengan santai, mereka membicarakan pernikahan yang akan diselenggarakan dalam waktu dekat. Athena maupun Arlo sama-sama diam. Mereka tak berani menatap satu sama lain. Percakapan yang terlihat seru itu bergitu sunyi tak terdengar di telinga Athena, Athena mendongakkan kepalanya untuk melihat Arlo, sebelum akhirnya menutup mata.

***

Wanita dengan mata lentik itu mengerjap, menatap sekelilingnya dengan seksama. Dengan mudah, ia bangun dan duduk di ranjang. Kenapa ia bisa di kamar? Bukankan harusnya ia makan malam dengan keluarga Arlo? Ah, mengingat nama itu membuat kepala Athena kesakitan. Athena mengingat kejadian semalam? Oh ternyata ia pingsan, mungkin terlalu terkejut dengan keadaan yang menjengkelkan.

"Kenapa Tuhan? Kenapa Engkau, kirim dia lagi? Apa dia akan membalaskan dendam atau dia akan membunuh hambamu yang cantik ini?" Athena frustasi sendiri, bagaimana ini bisa terjadi? Sungguh takdir yang aneh.

Suara ketukan pintu, membuat Athena menoleh, ia dengan malas berjalan ke arah pintu untuk membukanya.

Athena menutup matanya sambil menguap. "Apalagi, Bun? Athena baru saja bangun. Athena belum siap kalau harus mendengarkan ocehan Bunda."

"Hehe."

Athena segera membuka matanya, betapa terkejutnya Athena melihat seorang pria tampan yang tengah terkekeh canggung ke arahnya.

"Ngapain kamu ada di sini?!" Athena berteriak seraya menyilangkan tangannya di depan dada.

"Maaf, Kak. Bunda Violet nyuruh aku manggil kakak buat sarapan," ungkap Albi.

Athena menurunkan kedua tangannya. Dia menyipitkan matanya meneliti Albi dari atas hingga bawah. Albi yang ditatap seperti itu, salah tingkah.

"Kenapa pagi-pagi gini, kamu di sini?"

"Ini udah siang, Kak. Hari ini aku mau mengajak Kakak untuk ke tempat spesial."

Athena menyerengit bingung. "KUA?"

Albi melotokan matanya. "Bukanlah!"

"Ya terus kemana, ganteng?"

Pipi Albi merona, yang membuat Athena melototkan matanya. Dasar bocah, batin Athena.

"Rahasia. Kakak siap-siap dulu. Terus sarapan, ya? Calon istri Albi itu harus rajin dan sehat," ujar Albi, lalu pergi meninggalkan Athena yang mematung.

"Jadi aku ini, calon istrinya Albi? Atau Arlo?" tanyanya, kenapa sekarang sangat membingungkannya? Athena menggelengkan kepalanya, mau Albi atau Arlo, Athena tidak mau. Dua-duanya bukan jalan terbaik.

***

Athena mengerucutkan bibirnya, saat Violet menyeretnya masuk dan sarapan di dalam mobil.

Albi tersenyum tipis melihat Athena yang mengunyah dengan wajah cemberut. Alasan utama, ia menemui Athena karena perintah ibunya, ibunya ingin Athena bertemu dengan calon suaminya, siapa lagi kalau bukan Arlo.

Ibunya menyuruh datang pagi-pagi ke rumah Athena hanya untuk mempertemukan kedua pasangan yang akan segera menikah itu, miris memang, jomblo sepertinya harus terjebak rencana para orang tua.

Mobil pun berhenti, Athena meneguk air dalam botol.

"Ayo Kak." Albi keluar terlebih dahulu, disusul Athena yang keluar dengan wajah malas.

"Ngapain, kita ke sini? Panas-panas gini enaknya ke Resto, makan-makan yang enak," celoteh Athena, dia kesal kenapa ibunya memberikan makanan sangat sedikit? Sekarang Athena jadi lapar lagi.

"Udah, ayo! Jangan ngomel." Albi menarik tangan Athena agar tidak kabur, ia tak mau usahanya sia-sia.

Athena dan Albi telah sampai di Kantor Arlo, baru satu langkah masuk ke dalam, semua pasang mata langsung tertuju ke arah mereka berdua. Athena hanya tersenyum tipis, dia bingung harus tertawa atau bagaimana. Mereka masuk kedalam lift khusus, Athena hanya menurut saja.

"Ini Kantor kamu?" tanya Athena basa-basi, wanita itu belum sadar bahwa mereka masih berpegangan.

"Bukan Kak. Aku masih jadi beban keluarga," sahut Albi dengan santai.

Athena pun refleks mencibir. "Udah besar, masih jadi beban keluarga? Sangat tidak betul."

"Memangnya, Kakak kerja apa?" tanya Albi dengan tertawa kecil.

Athena mengalihkan pandangannya, dirinya lupa kalau masih pengangguran.

Albi mengusap kepala Athena layaknya seorang Kakak. "Sesama beban keluarga itu harus saling suport, Kak."

"Maaf, nggak bisa bahasa indonesia."

Albi hanya menggelengkan kepalanya, Albi melangakahkan kaki menuju ruangan Kakaknya.

"Laper, Al," rengek Athena dengan wajah memperhatinkan.

"Iya, nanti aku beliin."

Kaki Athena terhenti di depan pintu, ia ragu untuk masuk, jantungnya mendadak jadi berdisko, apa jangan-jangan Athena terkena serangan jantung karena sang mantan.

Albi dengan sedikit memaksa menarik tangan Athena untuk masuk bersamanya.

Pintu pun terbuka, terlihat dua orang berbeda jenis sedang makan siang bersama, sangat romantis Athena saja ingin rasanya membakar mereka hidup-hidup.

"Eh, maaf mengganggu," ucap Albi, ia ingin menutup pintunya namun dengan santainya, Athena malah menorobos masuk ke dalam.

Arlo memejamkan matanya, ia merapihkan jasnya, Albi hanya terkekeh dan masuk ke dalam, menyusul Athena yang sudah duduk manis di sebrang Arlo dan Raya.

"Ada perlu apa, Al?" tanya Arlo dengan suara yang tegas, hal itu membuat Athena berdecih, mantannya ini memang so keren.

Albi menggaruk tengkuknya yang tak gatal, ia tak enak jika ada sekretaris Kakaknya di sini.

Raya tersenyum tipis, ia membereskan tempat makannya dan segera berdiri. "Kalau begitu, saya izin pamit, Pak."

Arlo menganggguk. "Terimakasih makanannya."

Raya membalas dengan senyuman, kemudian pergi dari ruangan.

"Kenapa? Ada masalah?" tanya Arlo untuke kedua kalinya, ia tak berani menatap Athena yang sibuk memperhatikan ruangannya.

"Kata Mama, Kalian harus mengahbiskan waktu bersama," jawab Albi seadanya.

"Tapi di sini masih banyak kerjaan. Tidak mungkin 'kan meninggalkannya, hanya karena orang asing?" jawab Arlo dengan santai.

Athena yang memang merasa tersindir pun berdiri, kedua matanya menatap Arlo dengan tajam, lelaki ini memag seperti iblis, apalagi dengan ucapannya, kalau boleh, ia ingin memotong lidahnya dan menjualnya ke tukang sampah.

Albi ingin mencegahnya, namun Athena sudah terlebih dahulu keluar dari ruangan Arlo.

"Kenapa, Kakak ngomong kayak gitu?!" protes Albi, Kakaknya merusak usahanya.

Arlo tersenyum sinis. "Kenapa juga, kamu harus bawa dia?!Kamu tahu? Tiga kali! Tiga kali Kakak gagal nyatakan perasaan Kakak, ke Raya. Itu semua karena dia! Wanita itu memang selalu saja menghancurkan semuanya! Di masa kini pun, dia selalu saja menggangu kebahagianku!" teriak Arlo dengan wajah merah padam, kedua tangannya menarik rambutnya sendiri untuk meluapkan amarahnya.

Albi diam tak bergeming, ia tak tahu apapun, ia juga tak tahu ada masalah apa Kakaknya dengan Athena. Albi hanya diam, melihat Arlo yang menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Albi tak berbicara apapun, begitupun dengan seseorang yang berdiri di balik pintu.