Chereads / DUA HATI / Chapter 19 - Bab 19. Mengapa?

Chapter 19 - Bab 19. Mengapa?

Bab 19. Mengapa?

Ketika kita merasa sendiri, ketika kita merasa asing dengan orang-orang di sekitar kita padahal kita dekat dengan mereka.

Ketika kita memilih diam daripada berbicara karena merasa hanya akan percuma. Ketika hati sudah memilih jalannya sendiri, diam dan menyendiri adalah menjadi pilihan.

Sakit itu bisa dirasakan dan bisa dicari obatnya udah sakitnya itu adalah sakit flu atau sakit fisik lainnya. Tapi?

Bagaimana jika hati yang sakit, sanggupkah kita mengobati sakit hati itu sendiri!

Sedangkan kita tidak pernah tahu sampai kapan kita akan merasa bahwa hati kita itu tidak baik-baik saja. 

Sampai kapan kita akan merasa bahwa diri ini adalah yang paling bersalah kepada sebenarnya bukan!

Nesa, wanita paruh baya itu ternyata menyimpan banyak kisah tentang dukannya dalam berumah tangga bersama William.

Kalau saja, gadis itu tidak buru-buru mengambil keputusan mungkin hal ini tidak akan terjadi. 

Pernikahannya dengan William di karuniai anak perempuan Bernama Moon.

" kau boleh menyiksaku dengan perasaan ini, kau boleh menyalahkan tentang keterbukaan ku di masa dulu.

Tapi jangan kaitkan dengan anakku, dulu sebelumnya bukankah kau berjanji jika kau akan menganggap anakku itu seperti anak kandungmu sendiri.

Mengapa? Setelah kehadiran Moon semua itu berubah. Mengapa aku tidak boleh memperhatikan anakku sendiri, meskipun aku yakin anakku itu akan terjamin hidupnya bersama keluarga adikku.

Aku ini ibunya, jelas jika aku merasa rindu dengannya!" ujar Nesa. 

" sudah berapa kali aku bilang kalau aku tidak mau membahas ini dulu, sudah ke berapa kali aku bilang kalau aku tidak ingin membahas ini untuk saat ini.

Kau tidak mendengarkan apa kataku, aku hanya menyuruh mau untuk fokus mengurus Moon. Skala, dia sudah besar dan dia sudah bisa mengurus dirinya sendiri.

Setiap bulan juga aku tetap mengirim uang untuknya, lalu apa lagi yang harus di permasalahkan?" tanya William. 

" aku hanya ingin kau sedikit peduli dengannya, aku hanya ingin kau sedikit saja memperhatikannya. Agar dia tidak merasa kalau kau membedakan antara dia dan Moon. 

Aku hanya meminta itu saja apa kau tidak bisa melakukannya, mengapa?" tanya Nesa. 

" jelas karena mereka berdua itu berbeda, kau tau Moon adalah darah dagingku sendiri sedangkan Skala dia adalah anak dari laki-laki pecundang yang tidak mau bertanggung jawab terhadapmu."

"Stop! Sudah cukup kau menghina anakku. Sudah cukup kau menghindarinya selama ini di depanku, kau boleh tidak mengakuinya tapi kau jangan pernah menghinanya!" sentak Nesa. 

Entah mengapa wanita paruh baya itu seperti tidak bahan lagi untuk hidup bersama dengan William. 

Selama ini dirinya menahan semua rasa sakitnya, rasa rindunya selalu ditahan untuk bertemu dengan Skala. 

Seharusnya minggu depan mereka pulang ke Indonesia, tapi karena suaminya itu lagi-lagi beralasan bahwa sedang sibuk akhirnya mereka gagal pulang.

Untung saja, Nesa belum sempat memberitahu tentang rencananya untuk pulang ke Indonesia itu pada Skala.

Karena putranya itu pasti akan sangat kecewa, putranya itu pasti akan menganggap kalau dirinya hanya memberikan harapan palsu.

Nesa masuk ke dalam kamarnya, melihat putrinya yang sedang tertidur lelap.

Bukan karena wanita paruh baya itu tidak menyayangi putrinya, tapi putrinya itu adalah anak yang beruntung yang mendapatkan kasih sayang yang begitu besar dari ayahnya.

Sedangkan, ketika dirinya melihat anak sulungnya ia begitu merasa kasihan.

Bahkan dirinya tidak tahu di mana laki-laki yang tidak bertanggung jawab itu sekarang, kabar terakhir laki-laki itu juga sudah punya anak dari istrinya.

"Maafkan Mama sayang, sebenarnya mama sangat rindu tapi keadaan memaksa mama untuk tetap berada di sini.

Kalau mama pergi mama akan kehilangan Moon, sama seperti mama menyayangimu mama juga sangat menyayangi Moon.

Mama tidak ingin kehilangan salah satu diantara kalian, mama hanya ingin kita itu sama-sama berkumpul."

Skala menatap layar ponselnya, lima menit yang lalu whatsapp mamanya itu aktif. 

Tapi mengapa pesan text nya belum dibalas sama sekali oleh mamanya.

Apakah sesibuk itu mamanya sehingga mengabaikan pesan dari dirinya.

" sebenarnya ada apa sih sama mama dari kemarin gue hubungin nggak bisa-bisa, ini gue kirim pesan juga nggak dibales bahkan nggak dibaca sama sekali.

Orang barusan juga online," tukas Skala. 

Sedih sekali rasanya ketika jauh dari orang yang paling kita sayang, orang yang kita harapkan selalu ada di samping kita tetapi nyatanya justru terpaksa harus ldr.

Skala, tidak terlalu dekat dengan Papanya. Bahkan dirinya mengirim pesan kepada papanya itu kalau uang bulanannya habis.

Entah mengapa Skala justru merasa asing dengan Papanya sendiri, bahkan dirinya itu lebih dekat dengan Fano. 

"Woii, cemburu aja sih lo?" tanya Skyla. 

" apaan sih orang enggak juga, eh lo itu lagi sakit jangan deket-deket sama gue nanti nular!" ucap Skala. 

" emang mau gue tularin elo, iya biar di sama-sama ngerasain hahah!" ucap Kila. 

" sialan lo ya, kalau lagi sakit itu berdoa biar cepet sembuh bukannya malah pengen yang lain aku rasain. Dasar!" tukas Kala. 

" enggaklah gue juga cuma bercanda kok, gue itu cuman heran aja dari tadi lo nggak keluar kamar. Emangnya nggak laper apa itu di bawah mama udah masak-masakan kesukaan lo. 

Dari tadi juga mama manggil-manggil lo tapi nggak lo jawab," jelas Kila. 

" emang iya, iya sorry soalnya gue nggak dengar kalau ada yang manggil. Ya udah deh habis ini gue bakal langsung turun ke bawah kok," ujar Skala. 

Sangat berbeda sekali dengan keluarganya, keluarga Skyla itu begitu hangat sekali.

Perhatian kedua orang tua Kila itu melebihi perhatian dari kedua orang tua kandungnya sendiri.

" sayangnya mereka itu cuman om dan Tante gue, kenapa rasanya sedih banget ya. Andai aja mama sama papa itu seperti mereka, dan mereka itu tidak terlalu mengurusi bisnisnya itu saya nggak punya banyak waktu luang untuk keluarga.

Moon, kenapa rasanya itu iri banget ketika melihat Moon yang selalu dekat dengan mereka sedangkan gue jauh banget.

Pasti menjadi Moon itu rasanya beruntung sekali, setiap hari selalu bisa apa oleh ketua orang tuanya sedangkan gue-" ucapannya tertahan. 

Ingin sekali meneteskan air mata tapi rasanya tidak pantas jika seorang laki-laki itu menangis. Apalagi hanya karena masalah kurangnya perhatian seperti ini, dirinya sudah dewasa jadi harus bisa menilai harus bisa berfikir kalau memang orang tuanya itu sedang sibuk bekerja.

Lagipula mereka bekerja juga untuk masa depannya, mereka berkerja agar dirinya itu bisa hidup enak dan layak.

Sebenarnya kakek dan nenek Skala itu masih ada tapi laki-laki itu lebih memilih tinggal bersama om dan juga tantenya. 

Selain itu dulu memang karena ada Skyla yang bisa selalu diajak bermain.