Terlihat Skyla sedang berada di perpustakaan. Tiba-tiba seorang laki-laki menghampirinya.
" kenapa terlihat sedih, biasanya juga ceria?" tanya Rafael.
" lagi mau sedih aja emangnya gak boleh, lagipula tidak ada kan undang-undang yang melarang orang tidak boleh sedih.
Lagipula jangan sok perhatian juga deh sama gue, ngapain coba sok care sama gue!" ucapnya.
" untunglah cewek ya kalau cowok udah gue timpuk lo, emang salah ya kalau ada orang yang memperhatikan lo.
Salah kalau ada orang yang perhatian, dan gue salah satunya!" ucap Rafael.
"Salah, karena orang yang perhatian ke gue saat ini itu lebih keprihatinan sama gue.
Dan gue yakin lo juga cuma kasihan kan sama gue, udahlah mendingan lu pergi dari sini karena gue itu lagi kepengen sendiri.
Gue lagi males berdebat, jadi gue harap jangan memancing perdebatan saat ini!" ucapnya.
"Ohhh, oke kalau emang itu kemauan elo. Gue pergi," ucap Rafael.
"Tunggu," ucap Skyla menahan kepergian Rafael.
"Ada apa lagi, katanya gak mau di gangu?" tanya cowok itu.
" lo boleh kok duduk disini nemenin gue ngobrol, kayaknya setiap masalah kalau hanya gue ratapi nggak bakalan selesai deh!" tukasnya.
"Nah, itu lo tau. Tapi kenapa tadi terlihat murung banget, dengar ya setiap yang hidup itu pasti punya masalah kok nggak cuman manusia hewan pun pasti juga punya masalah.
Buktinya aja dua ekor kucing yang awalnya saling duduk berhadapan tiba-tiba bisa berantem kan?
Ya begitulah kehidupan tidak selalu berjalan dengan mulus dan sesuai apa yang kita harapkan. Bahkan terkadang kita sudah menyiapkan harapan itu jauh-jauh hari, tapi terkadang kita itu dikatakan oleh takdir yang sudah digariskan!" ucap Rafael.
" tumben omongan lo bijak banget, dan kayaknya baru pertama kali ini deh gue denger lo ngomong sebijak ini.
Biasanya kan lo itu orangnya bar-bar banget," tukas Skyla.
"Itu karena lo hanya tau gue dari sisi luarnya aja, lagipula orang-orang yang sudah mengenal gue pasti paham kok dengan karakter gue.
Emang sih terlihat seperti apa yang lu bilang tadi, tapi kalau lo memberikan ruang buat gue mengenal lo lebih jauh gue yakin kata bar-bar itu tudak akan lo sematkan lagi dalam diri gue!" ucapnya.
" gue mau berteman dengan siapa aja kok, dengan banyak teman bukankah itu menyenangkan.
Jadi mulai hari ini tidak ada yang namanya permusuhan, karena mulai hari ini kita adalah teman," ucap Skyla.
"Oke," sahut Rafael.
Ternyata dari jauh hal itu dilihat oleh Sekala. Raut wajah cowok itu sudah sangat lusuh sekali.
" memang salah gue itu suka sama adek sepupu gue sendiri, tapi kenapa ya perasaan ini semakin lama justru semakin kuat.
Nggak tahu dan nggak bisa menghapus dengan cara apapun meskipun gue berusaha buat menjauh, pada dasarnya semua itu juga hanya akan percuma karena kita pun masih satu rumah.
Pengen sih kembali ke rumah nenek aja biar di sana itu bisa sedikit menjaga jarak sama Skyla, tapi om sama tante pasti tidak akan mengijinkan itu.
Ahh mood gue langsung jelek saja pagi ini," dumelnya.
"Wihh, lusuh banget mukanya?" tanya salah satu teman Sekala.
"Apaan sih, biasa aja kok!" sahut Sekala.
"Yakin biasa aja setelah melihat cewek pujaan hati itu deket sama cowok lain?" tanyanya lagi.
" maksud lu apaan sih kalo ngomong itu yang jelas dong!" ujar Sekala.
" enggak ah nggak jadi, ya udah gue mau ke toilet dulu," pamitnya.
"Aneh banget sih, sumpah gak jelas banget!" gerutu Sekala.
Hatinya masih saja memanas saat mengingat Skyla yang tadi terlihat akrab dengan Rafael.
" masak gue bisa cemburu sih, harusnya kan seneng kalau adek gue itu ada yang deketin.
Tapi kenapa gue justru merasa kehilangan ya, apalagi akhir-akhir ini hubungan gue sama dia lagi nggak baik.
Kangen banget rasanya makan bareng, bahkan tidur juga pernah barengan. Rasanya moment itu sudah lama sekali nggak terjadi saat kita sudah menginjak ke usia remaja.
Skyla kecil dulu memang sering menyelinap masuk ke kamar Sekala. Dengan alasan gadis itu takut dengan gelap pada jelas-jelas kalau kamarnya terang benderang.
Sempat alasan juga kalau ada kecoak dan dia takut padahal kamarnya juga setiap hari dibersihkan oleh pembantu.
Ahhh!!
Masa kecil yang menyenangkan itu memang sulit yang untuk terulang kembali, masa di mana yang kita tahu itu hanya main dan main. Masa di mana kita mulai mengenal lingkungan sekitar tapi kita tidak merasakan sakit dengan lingkungan sekitar kita.
"Kil, gue nggak tahu deh sampai kapan perasaan ini akan terus ada di hati gue. Gue nggak tahu apakah gue bisa melupakan sosok gadis pertama yang mampu menjatuhkan hati gue sedalam ini.
Dan parahnya gadis yang menjatuhkan hati gue adalah adik sepupu gue sendiri, rasanya dunia gua berasa runtuh.
Seadanya kita tidak terhalang pembatas yang tidak kaset mata itu mungkin saat ini aku sudah menyatakan perasaan ku yang sesungguhnya.
Sehingga tidak ada lagi cowok di luar sana yang bisa seenaknya mendekati kamu karena dengan begitu kamu telah resmi menjadi milikku.
Aurel melihat pujaannya sedang termenung, otomatis gadis itu pun langsung mendekat.
"Oii, melamun aja sih Bang?" tanya Aurel.
"Emang gue Abang lo, panggil nama kaya biasanya aja. Jadi geli gue lo panggil gitu!" ujar Sekala.
" lagi melamunin apa?" tanya Aurel yang sama sekali tidak menanggapi ocehan Sekala, dirinya justru membahas hal lain.
"Kata siapa gue lagi melamun, orang gua cuma cari udara segar aja. Di dalam rasanya tuh pengap banget, mungkin karna jendela baru aja dibuka kali ya!" kilah Sekala.
Tidak mungkin cowok itu mengatakan yang sejujurnya kalau dirinya tentang melamun karena Skyla.
"Oh ya Kal, Kila mana?" tanya Aurel kemudian.
" lah dari tadi nggak sama lo?" tanya Kala.
" sama-sama si cuman tadi dia bilang mau ke toilet, makanya ini gue mau nyusulin dia.
Gue kira malahan nyamperin elo," ucapnya.
"Gak ada, dari tadi nggak nyamperin gue kok. Coba cari di tempat lain deh, gue masuk dulu ya karena sebentar lagi kelas mau dimulai!" pamit Sekala.
Cowok itu sengaja menghindar dari Aurel. Bukan karena apa-apa, Sekala tau kalau Aurel itu suka pada dirinya.
Jadi jika dirinya bersikap lebih manis dari tadi mungkin nggak di situ akan langsung baper dan mengira kalau dirinya itu memberi kesempatan.
Jelas saja dirinya itu tidak mau dicap sebagai pemberi harapan palsu, jadi sebelum itu terjadi lebih baik Aurel menganggap kalau dirinya itu cuek.
Dengan begitu gadis itu akan berfikir lagi untuk mendekatinya, atau bahkan akan lebih memilih mundur sebelum melangkah lebih jauh.