Di sepanjang perjalanan baik Rafeael maupun Skyla tidak henti-hentinya berdebat.
Skyla cewek bar-bar yang tidak mau kalah, sedangkan Rafael adalah cowok jutek yang kata-katanya pedes level 100.
"Lo itu gue anter bukannya makasih, ngomel mulu!" ujar Rafael.
"Gue gak nyuruh ya!" bela Skyla.
"Dasar cewek aneh, gue bener-bener akan nurunin lo di sini kalau elo gak berhenti ngoceh!" tegas Rafael. Kupingnya sudah sangat panas karena mendengarkan ocehan Skyla.
"Biarin!" lawan Skyla. Dia sama sekali tidak takut dengan ancaman Rafael.
Dan itu benar-benar menyulut kemarahan Rafael.
"Turun lo!" ucap Rafael.
Skyla mendongak, mengarahkan pandangan matanya pada sosok di depannya.
"Oke!" jawab Skyla.
Gadis itu kemudian turun dari motor Rafael. Ia benar-benar gak habis fikir jika ancaman dari Rafael itu tidak main-main.
Dan akhirnya ia pun harus merasakan panasnya sinar matahari yang terik karena Rafael sudah pergi dengan menggemborkan motornya.
"Aghhr sial!" umpatnya sambil berjalan.
Tidak kuat dengan panasnya sinar matahari yang terus menerpa kulitnya, Skyla pun akhirnya berhenti di salah datu halte.
"HALTE CINTA!" bacanya.
"Aneh-aneh aja, mana ada sih halte cinta," ucapnya.
Skyla pun duduk di halte tersebut. Lama sekali ia menunggu taksi yang lewat Karena kebetulan ponselnya juga lobet jadi ia tidak bisa memesan taksi secara online.
Tiba-tiba saat pandangan matanya mengarah ke jalan raya, ia menemukan sosok yang baru beberapa menit yang lalu mmembuatnya mengumpat di sepanjang jalan.
"Ngapain sih tuh cowok! Udah nurunin gue di jalan, sekarang pakek acara nongolin muka lagi!" geram Skyla.
Cowok yang di pandanginya itu pun perlahan mendekat! Tentu saja itu membuatnya semakin geram.
Belum juga Rafael menghentikan motornya Skyla sudah mencegatnya terlebih dulu. Otomatis itu membuat Rafael terkejut.
"Apaaan sih!" cerca Rafael.
"Mau ngapain lagi lo! Belum puas udah turunin gue di sini? Mana panas-panas gini lagi." Skyla mengomel saat motor Rafael sudah berhenti.
"Salah sendiri lo berisik!" ucap Rafael.
"Gue cuma ngomong yang sebenarnya aja yaa, bukan berisik!" elak Skyla yang tidak mau kalah.
"Terserah! Buruan naik, entar gue di bilang gak tanggung jawab lagi nurunin anak orang di pinggir jalan!" suruh Rafael.
Ia bukanlah cowok brengsek yang bisa tega meninggalkan wanita di pinggir jalan sendirian.
"Masih punya hati lo?" solot Skyla.
"Menurut loa!" hardik Rafael. "Buruan naik atau gue bener-bener bakalan tinggalin elo"! ancam Rafael.
Di daearah sini memang agak susah nyari taksi yang lewat karena kebanyakan suka pada mesen taksi online.
Yaa semenjak apa-apa bisa di onlinekan memang banyak membawa perubahan bagi kendaraan umum.
"Iya udah iyaa gue naik nih!" ucap Skyla. Ia pasrah karena memang sudah lebih dari 30 puluh menit saat dirinya di turunkan oleh cowok di depannya ini tidak ada satu pun taksi yang lewat.
"Jangan berisik!" ucap Rafael memberikan peringatan. Cowok itu memang tidak suka dengan orang berisik.
Entah mengapa ia begitu menginginkan kehidupan yang tenang tanpa adanya tekanan pada dirinya.
Skala, adalah cowok tampan yang merupakan putra dari William dan Nesa.
Ia tumbuh menjadi pemuda yang pemberani dan kuat. Dia juga selalu menjaga Skyla sepupunya.
"Ini bunga buat saudara tercinta aku!" ucap Skala.
"Hah apaan ini? Kayak gini yang elo bilang bunga?" Skyla menajamkan pandangannya pada bunga yang di bawa oleh Skala.
"Iya ini bunga! Biarpun gak wangi tapi bunga ini bakalan selalu menghiasi hari-hari kamu entar kalau kamu kangen sama aku!" oceh Skala yang terdengar garing di pendengaran Skyla.
"Udah ngocehnya? Ada-ada aja kamu ih, orang kita juga ketemu kan tiap hari!" protes Skyla. Pasalnya Skala ngomongnya udah kaya orang mau pindah pulau aja.
"Ya kan siapa tau nanti habis kuliah aku kerjanya gak di Indo, masak iya saudara aky satu-satunya ini gak kangen sama aku?" ucap Skala.
"Ah makin ngaco deh kamu! Lagian kita kan saudara, mana mungkin sih kita gak bakal ketemu lagi." Kemudian gadis itu melangkah pergi meninggalkan Skala yang masih memegang bunga di tangannya.
Dari kecil mereka memang sering bermain bersama, tak heran jika lama-lama itu menumbuhkan rasa sayang satu sama lain.
Rasa sayang sebagai saudara itu wajar! Tapi yang tidak wajar adalah rasa sayangya Skala pada Skyla yang lebih dari saudara.
Entah mengapa Skala tidak rela jika saudaranya itu dekat dengan cowok lain, padahal mereka jelas-jelas hanya saudara.
Contohnya kemarin saat Skyla di antar pulang oleh cowok. Skala rasanya tidak terima.
Hatinya bergejolak, seperti ada rasa cemburu yang anehhya Skala pun tidak tau mengapa ia bisa merakan perasaan itu.
"Lo kenapa diem aja? Masuk yuk!" ajak Skyla. Gadis itu telah kembali berada di depannya setelah beberapa menit yang lalu masuk karena panggilan mamanya.
"Iyaa," jawabnya gugup.
Entah mengapa bayangan yang baru saja melintas di fikirannya membuatnya gugup.
"Lo kenapa? Kesambet?" tanya Skyla spontan.
"Enggak! Sembarangan aja lo!" cercanya.
Enak saja dirinya di bilang kesambet. Kesambet cinta mungkin, eisst.
Mereka berdua pun masuk ke dalam. Di ruang makan nampak ibu Sahara tengah menyiapkan makan siang untuk mereka.
"Masak apa Tan?" tanya Skala yang sudah duduk di kursi ruang makan.
"Masak ayam kecap sama sambal nih, kesukaan om kamu," jawab Sahara.
"Wahh, aku juga suka kali Tan!" ucap Skala.
"Wahh kebeberan dong!" seru Sahara.
"Dia mah apa aja suka Mah!" timpal Skyla.
"Dih malu-maluin gue lo ya?" omel Skala.
"Biarin!" ejak Skyla.
"Kila, gak boleh gitu sama abangnya!" tegur Sahara.
Meskipun Skala dan Skyla lahirnya duluan Skyla tetaplah Skala seharusnya di panggil abang oleh Skyla.
"Dihh tuaan juga aku Mah!" protes Skyla.
"Tapi dia tetap abang kamu, kan Skala anaknya kakak Mamah!" jelas Sahara.
"Iya-iyaa Mah! Tau kok aku." Gadis itu pun duduk kemudian mengambil nasi yang ada di depannya.
"Tuh dengerin kalau orang tua ngomong!" ucap Skala senang. Ia merasa menang karena mendapatkan pembelaan.
"Seneng kan lo di belain Mamah!" dengus Skyla.
"Senang lah! Bangga dong jadi abang!" ucapnya sambil menegakkan duduknya.
"Sombongnyaa! Kesedak baru tau rasa lo!" ucap Skyla.
Baru saja ia selesai berucap cowok di sampingnya ini batuk-batuk karena tersedak.
"Nyumpahin gue lo ya?" hardik Skala.
"Ihh siapa? Enggak yaa. Gue cuma ngomong aja kok!" belanya.
Tidak tega melihat Skala batuk-batuk sambil memegangi dadanya yang mungkin terasa penuh dengan makanan Skyla pun mengambilkan minum untuk Skala.
"Nih minum dulu!" suruh Skyla. Gadis itu menyodorkan gelas berisi cairan bening kepada Skala.
"Makasih, baik banget sih adek gue!" ucapnya dengan suara yang di buat-buat.
Seperti itulah keseruan di rumah Sahara setiap harinya. Sejak kecil Skala memang tinggal bersamanya karena orang tuanya harus mengurus bisnisnya di luar negri.
"La, gue-" ucapnya tertahan.