Dadanya yang bidang mengintip dari balik jubahnya seolah-olah meneriakkan kata 'Raba aku! Sentuh aku!' dengan keras kepada orang-orang itu.
"Bukankah seharusnya aku mengganti pakaian terlebih dahulu sebelum bertemu dengan orang-orang ini?" Bisik Rey kepada Anna. Badan Anna yang mungil mengharuskan Rey menunduk agar bisa berbisik di telinga Anna. Put*ng Rey yang mengintip dari jubah Rey membuat sebagian besar dari orang yang ada diruangan itu terkesiap. Ketika Rey melirik, beberapa dari mereka bahkan ada yang tersipu hingga wajah mereka seperti terbakar.
"Hihihi. Maaf sayang, aku lupa. Aku terlalu semangat untuk membawamu ke tamanku secepat mungkin." Anna yang terkikik, menutup sebagian wajahnya yang memerah karena juga melihat put*ng Rey yang mengintip.
Rey hanya bisa memutar bola matanya dan menegakkan tubuhnya lagi.
"Ayo cepat." Ujar Rey menyuruh Anna untuk segera membawanya kembali ke tujuan awal mereka.
Kini mereka berada di pintu belakang yang dibuka oleh penjaga yang bertugas menjaga pintu belakang tersebut. Seragam penjaga itu sama seperti seragam yang dikenakan oleh Felix. Berseragam putih dengan aksesoris berwarna emas dan di sisi pinggangnya tersampirkan pedang dengan sarung hitam bercorak emas..
Pemandangan pertama yang dilihat Rey adalah halaman yang amat sangat luas hingga bagi Rey halamannya ini bisa mencapai 3 lapangan sepak bola di dunianya. Di halaman itu terdapat pepohonan dan tanaman boxwood sebagai pagar di sekeliling jalan setapak. Beberapa bunga asoka juga menghiasi pinggiran gazebo yang berada di tengah halaman tersebut.
Gazebo berwarna putih yang tingginya sekitar 3 meter tersebut terlihat sangat indah di tengah-tengah halaman tersebut.
'Sepertinya gazebo itu tempat bersantai sambil minum teh di sore hari.' Pikir Rey.
Anna mengajak Rey ke taman bunganya yang berada di sisi kanan halaman. Taman bunga tersebut berada di dalam rumah kaca yang sangat besar. Ketika pintu rumah kaca tersebut dibuka, Rey dan yang lainnya di sambut hangat dengan macam-macam jenis dan macam-macam warna bunga yang ada di dalam rumah kaca itu.
Genggaman tangan Anna semakin menguat karena terlalu bersemangat setelah melihat ekspresi kagum Rey.
"Indah bukan, sayang?" Kata Anna dengan riang.
"Ya. Ini luar biasa. Kamu melakukan pekerjaan yang bagus terhadap taman ini, Anna." Jawab Rey dengan memberikan senyum tulusnya pada Anna.
Anna yang mendengar pujian dari Rey, tersipu malu dan segera memeluk Rey. Rey yang terkejut hanya bisa memeluk balik tubuh Anna yang mungil. Dengan tanpa berpikir dua kali, kedua tangan Anna meraih wajah Rey dan mendekatkan bibir Anna yang tipis ke bibir Rey. Keduanya saling melumat bibir masing-masing. Tidak perlu waktu lama, mereka berdua sudah hanyut di dunia mereka sendiri.
"Ehem." Terdengar suara berdeham yang berat menginterupsi dunia Rey dan Anna.
"Bukankah kita ada tujuan mengapa kita semua berkumpul disini?" Kata Damian. Damian dan yang lainnya yang sedari tadi mengikuti Rey dan Anna dalam diam, akhirnya membuat Damian gusar karena Rey dan Anna yang sibuk terlena dengan dunia mereka berdua tanpa menghiraukan mereka dan tujuan mereka ke taman bunga milik Anna ini.
"Ups. Hehe. Maaf." Kata Anna dengan tersipu malu.
Akhirnya Anna mengajak mereka semua ke tengah-tengah rumah kaca yang sudah tersedia bangku-bangku untuk mereka semua duduk. Di tengah ruangan terdapat meja bundar dengan empat kursi yang mengelilingi meja tersebut. Bagian tengah rumah kaca tidak di penuhi dengan bunga-bunga hasil rawatan Anna. Melainkan terdapat meja bundar untuk bersantai dengan dikelilingi oleh bunga-bunga tersebut. di sekeliling bundaran tengah rumah kaca, terdapat bangku-bangku panjang untuk mereka duduk. Orang yang duduk di tengah tentu saja Rey, di temani oleh Anna si pemilik rumah kaca, Damian, Alicia, dan Leon. Sisa lainnya duduk di bangku panjang yang tersedia.
"Jadi, bisakah kamu melanjutkan penjelasanmu tadi, Leon? Ataukah ada yang lainnya yang ingin menjelaskannya padaku apa yang sebenarnya sedang terjadi saat ini dengan, mungin kata-kata yang bisa kumengerti?" Kata Rey sembari menyilangkan kakinya dan melipat kedua tangannya di dada. Ketika Rey menyelesaikan pertanyaannya, beberapa pelayan menyajikan seteko teh dan beberapa cangkir untuk Rey dan yang lainnya.
'Bahkan untuk satu set cangkir dan tekonya saja juga mewah seperti ini." Ucap Rey dalam hati merasa kagum pada teko dan cangkir teh yang disajikan para pelayan. Pelayan yang menggunakan pakaian khas mereka yang berwarna hitam putih akhirnya keluar dari ruangan rumah kaca setelah mereka selesai menyajikan teh dan kue-kue sebagai pelengkap di atas meja.
"Baiklah. Biar aku lanjutkan penjelasanku." Kata Leon dengan menyenderkan punggungnya ke bangku dan menyilangkan kakinya dengan pose santai karena baginya, cerita dia akan menjadi panjang dan melelahkan bagi Rey. Di pandangan Leon, Rey sepertinya kehilangan ingatannya akibat sihir yang dikirimkan kepadanya dan belum di ketahui siapa pengirim sihir jahat tersebut. Ini adalah kesimpulan dari pemikiran kedua belas selir yang melihat respon Rey yang seperti orang linglung karena tidak mengetahui apa yang terjadi, bahkan tidak mengenali mereka dan siapa dirinya sebenarnya.
"Kamu adalah Dewa Judi yang telah mengambil kekuasaan dari Kerajaan Porteus yang dipimpin oleh Raja Salem tiga tahun yang lalu. Raja Salem adalah raja yang selama ini memimpin wilayah dan perjudian di daerah utara. Karena kepemimpinannya yang kejam, kamu yang berasal entah dari mana, memutuskan untuk merebut tahta Raja Salem dan memperbaiki sistem kepemimpinan yang telah dibuat oleh Raja Salem. Kepemimpinan Raja Salem telah membuat banyak kerugian bagi penduduknya." Leon menjeda penjelasannya sejenak. Dia mengambil cangkir tehnya dan menyisipnya perlahan dengan mata tetap terarah kepada Rey. Aroma dan rasa dari teh chamomile yang menenangkan terasa di indera perasa Leon. Dia sedang menilai, apakah Rey masih sanggup menerima info yang akan diberikannya setelah ini.
Melihat ekspresi Rey yang masih kalem mendengarkan dan memahami penjelasannya, Leon melanjutkan kembali penjelasannya yang tertunda. Senyum Leon dibalik cangkir dapat tertangkap mata oleh Rey.
"Lanjutkan." Ucap Rey dengan mengangguk kecil mempertegas bahwa dirinya masih sanggup menerima informasi selanjutnya.
"Baiklah." Leon meletakkan kembali cangkir teh miliknya.
"Pada masa kepemimpinan Raja Salem, penduduk diwajibkan membayar pajak yang tinggi. Namun kecintaannya terhadap judi, membuatnya berpikir licik untuk lebih memeras penduduknya. Dia akan memberikan hadiah tertinggi kepada siapa pun yang bisa mengalahkannya, Karena iming-iming inilah, penduduk dengan bodohnya mengikuti permainan Raja Salem. Namun tentu saja, dia melakukan hal licik dengan cara curang agar tidak ada satu pun penduduknya yang menang. Hal yang menjijikan adalah siapa pun yang kalah, tidak hanya harta mereka yang direnggut, Istri dan anak perempuan mereka pun akan di renggut secara paksa sebagai jaminan sampai mereka bisa mengembalikan uang hasil kalah judi."