Bukankah dia seharusnya sudah mati di bunuh Lily? Mengapa sekarang di saat dirinya menganggap kalau Rey sudah mati, malah terbangun di tubuh seorang pria paruh baya dengan 'adik kecil' yang sangat besar dan tubuh yang sangat kekar ini? Begitu banyak pertanyaan berseliweran di kepalanya.
Dengan pelan dia memijat dahinya. Wanita yang sebelumnya membantu dirinya menggunakan jubah tidur, membantunya memijat kepalanya dengan lembut. Sentuhan itu membuat otot-otot di tubuh dan kepalanya menjadi rileks. Melihat Rey yang sudah kembali santai, Leon melanjutkan penjelasannya.
"Dulu pada saat kamu mengangkat kami sebagai selir, kami semua diangkat sumpah padamu. Agar memberikan nyawa dan energi kami padamu. Energi itu berasal dari intisari kami semua. Proses penyaluran energi kami adalah melalui bersetubuh." Jelas Leon dengan muka serius.
'Apa? Bersetubuh? Lelucon macam apa ini? Tapi... Memang setelah 'bermain' dengan Alicia dan Yuki tubuhku yang lemas terasa sangat enteng. Tunggu, bukankah memang seperti setiap kali bersetubuh? Apa tidak? Ah sial. Selama hidup aku belum pernah 'bermain' sekalipun dengan Lily. 'Pelepasan' ku hanya dengan menonton bok*p dan memanjakan si 'adik kecil' dengan tanganku sendiri.'
Melihat Rey yang mengernyitkan dahi, membuat Leon menutup mulutnya. Leon mengira kalau penjelasannya membuat Rey semakin pening.
"Begini saja, bagaimana kalau kita semua pergi ke taman bunga milik Anna. Dulu, kamu sering sekali ke taman bunga milik Anna untuk menenangkan diri disana jika pikiranmu penat saat mengurusi urusan kerajaan milikmu ini?" Usul Leon.
"Taman bunga?" Tanya Rey.
"Ah benar! Taman bunga milikku pasti bisa menenangkan suasana hatimu juga sayang!" ucap wanita yang sebelumnya membantu Rey mengenakan jubah tidurnya. Wanita yang disebut Anna tersebut dengan girang menyetujui usul dari Leon. Matanya yang berwarna cokelat bersinar penuh harap saat mengatakan hal itu. Kedua tangannya dikatupkan di depan dadanya yang tidak terlalu besar dengan pose mengharapkan Rey menyetujui usulan Leon juga.
"Baiklah. Tunjukkan jalannya." Kata Rey menganggukkan kepala menyetujui usulan tersebut. Tubuh mungil Anna terlonjak kegirangan mendengar persetujuan Rey.
'Hm. Tipe wanita yang enerjik dibandingkan Alicia yang memiliki tipe sensual. LIhat lah dadanya yang tidak terlalu besar itu. Sungguh menggemaskan ditubuhnya yang mungil. Mungkin akan menyenangkan jika...'
Pikiran Rey terputus saat tangannya digenggam oleh Anna. Anna kemudian menarik tubuh Rey yang sangat besar dibandingkan tubuhnya itu dengan susah payah tapi masih memberikan kesan semangat karena Rey akan mengunjungi taman bunganya.
"Apakah sayang tahu, aku sudah menambahkan koleksi bungaku di taman. Beberapa minggu terakhir, aku mulai menanamkan bibit Bunga Camellia yang sayang bawakan dari Kota Plovdila saat kamu berkunjung ke sana. Kemarin aku lihat, seharusnya saat ini Bunga Camellia mulai bermekaran. Aku yakin, sayang akan menyukainya karena kamu mengatakan bahwa Bunga Camellia memberikan arti kesetiaan." Anna menjelaskannya dengan semangat. Rambutnya yang panjang dengan model lurus berwarna lavender berayun dengan indah saat Anna berjalan di depan sambil menarik tangan Rey.
Pintu ruangan di buka oleh Felix yang berjaga di sisi luar pintu. Kini dia bisa melihat lorong panjang setelah keluar dari kamar yang diyakininya adalah kamar miliknya. Lorong itu begitu panjang hingga baginya tidak ada ujungnya lagi. Hingga akhirnya muncul pagar pembatas lantai atas.
'Sepertinya aku berada di lantai dua.' Pikir Rey.
Saat tiba di pagar pembatas, dia berhenti sejenak dan menarik tangan Anna tanpa usaha karena tubuh Anna yang mungil. Rey kemudian melongokkan kepalanya ke bawah.
'Astaga! Tidak mungkin!' Ucap Rey dengan terkejut dalam hati.
Pintu ruangan di buka oleh Felix yang berjaga di sisi luar pintu. Kini dia bisa melihat lorong panjang setelah keluar dari kamar yang diyakininya adalah kamar miliknya. Lorong itu begitu panjang hingga baginya tidak ada ujungnya lagi. Hingga akhirnya muncul pagar pembatas lantai atas.
'Sepertinya aku berada di lantai dua.' Pikir Rey.
Saat tiba di pagar pembatas, dia berhenti sejenak dan menarik tangan Anna tanpa usaha karena tubuh Anna yang mungil. Rey kemudian melongokkan kepalanya ke bawah.
'Astaga! Tidak mungkin!' Ucap Rey dengan terkejut dalam hati.
Pemandangan yang ada di hadapannya adalah banyaknya meja-meja berukuran panjang sekitar 2,5 meter dan lebar kira-kira 1,3 meter. Ada banyak jenis perjudian yang sedang berlangsung di lantai bawah. Ada judi dadu, judi rolet, judi kartu, judi chip dan lainnya. Hampir sama dengan judi yang berada di dunia tempat Rey berasal sebelumnya. Bedanya, meja yang digunakan berbahan keramik dan chip yang digunakan berbahan silver dan emas betulan. Uang yang tidak dikenalinya pun memiliki tumpukkan yang tinggi di masing-masing pemain. Meskipun Rey tidak mengetahui nilai dari uang tersebut, insting Rey mengatakan kalau uang itu bernilai tinggi terlihat dari pakaian yang digunakan di setiap pemain.
'Ini gila! Apakah perjudian juga ada di dunia ini?' Rey yang terpukau dengan pemandangan di bawahnya hanya bisa terkejut dalam diamnya. Meskipun wajah Rey datar, rasa terkejut Rey sangat terlihat di matanya.
Anna hanya bisa cekikikan melihat ekspresi terkejut Rey yang tercermin di matanya.
"Ayo, sayang." Ditariknya kembali tangan Rey menuju taman bunga milik Anna.
Ketika mereka menuruni tangga, Rey bisa melihat ukiran-ukiran indah berwarna emas yang mengukir setiap railing tangga. Tangga itu begitu lebar dan mewah yang terbagi menjadi dua bagian di sisi kanan dan kiri bangunan yang melikuk ke arah tengah lantai bawah. Keseluruhan dari ruangan itu berwarna putih dengan bermacam-macam dekorasi seperti pot bunga, hiasan dinding dan ukiran dinding yang berwarna emas. Tersebar potret dirinya dalam figura yang amat sangat besar tersebar di sisi-sisi ruangan. Ketika Rey melangkah menuruni tangga yang berwarna putih sewarna dengan warna ruangan itu, Rey bisa melihat bahwa tangga ini dilapisi karpet merah ditengahnya dari ujung tangga paling atas dan berakhir melebar di tangga paling bawah selebar tangga itu sendiri.
'Astaga! ini rumahku?' Rey yang terkejut, merasa dirinya seperti bocah kecil yang tersesat dirumah orang.
Ketika Rey memijakkan langkahnya di tangga terakhir, dia bisa melihat bahwa setiap meja judi di jaga oleh bandar yang menggunakan seragam putih-putih. Dengan profesional, mereka melayani setiap pemain yang bermain mempertaruhkan harta mereka di meja judi. Saat Rey berhenti, setiap mata di ruangan itu menatap dirinya dengan kagum. Dapat dilihat bahwa beberapa dari mereka menatapnya dengan tatapan penuh nafsu.
'Ah. Aku lupa kalau aku belum berganti pakaian.' Rey tersadar jika tubuhnya yang se*si memang pasti mengundang bir*ahi setiap orang yang dilaluinya.