Sinar rembulan sudah bersinar terang menerangi gelapnya malam yang sunyi, untuk Prisya dan orang yang tidak merasakan kebahagiaan. Prisya dengan santai memandangi bintang-bintang yang tengah bersinar dari balkon kamarnya.
Napas Prisya menjadi cepat setelah dirinya melihat postingan Mamahnya yang sedang bersama dengan suami barunya, dengan kata lain adalah Papah tirinya. Melihat Mamahnya yang bahagia dengan suami barunya, terlebih sedang di club malam membuat perasaan sesak dalam dirinya muncul.
Bagaimana Prisya tidak merasakan sesak saat melihat sosok wanita yang seharusnya menjadi panutan untuk dirinya, tapi malah berbuat seperti itu. Di mana sisi, perilaku, dan juga sifat yang bisa dirinya contoh?
Prisya menggeleng-gelengkan kepalanya dan kemudian melangkahkan kaki pergi dari balkon ini. Prisya pergi dari Rumah tanpa memberi tahu orang rumah akan tujuan ke mana dirinya akan pergi sekarang.
Tujuan dari perjalanan malam yang Prisya lakukan sekarang adalah untuk mencari sebuah ketenangan, tidak mudah untuk menahan dirinya saat mendadak teringat akan masa lalu kelurganya.
*****
Kening Prisya mengernyit saat baru saja dirinya melihat cowok yang dia rasa cukup tidak asing dengannya, Prisya baru sadar kalau orang yang ada di sampingnya adalah orang yang dia kenali saat dirinya tengah menunggu minuman yang dia pesan.
"Ini minuman gue," ucap cowok itu sambil menarik gelas yang berisikan cairan yang mengandung kadar alkohol di dalamnya.
Ada satu minuman yang datang dan diberikan pada Prisya. Untung saja dirinya tidak meminum minuman milik orang itu, terlebih saat dirinya ingat akan pertemuan pertama mereka yang sama-sama melibatkan minuman.
Mereka asyik dengan minuman mereka masing-masing. Dari raut wajah mereka, terlihat sebuah masalah yang tergariskan. Sepertinya alasan yang membuat cowok itu memilih datang ke Bar seperti Prisya karena ada sebuah hal yang mungkin tidak bisa dia pendam sendirian.
Sama halnya dengan Prisya, tapi untuk masalah yang dirasakan entah sama atau mungkin berbeda. Prisya belum sampai di titik mabuk, dia sekarang malah jauh lebih fokus memperhatikan Marsell yang terus-terusan minum.
*****
Waktu berlalu dengan sendirinya. Sampai sekarang Prisya masih berada di Bar ini, dirinya masih betah di sini bukan sebab dia yang masih ingin minum. Alasan utama yang membuat Prisya masih betah di sini, karena Prisya sedang menunggu Marsell.
"Sekalian dengan punya dia," ujar Marsell sambil memberikan uang. Ternyata sedari tadi Marsell acuh terhadap Prisya, tapi dirinya masih memikirkan Prisya bahkan sampai ingat untuk membayarkan minuman yang sudah Prisya nikmati.
Mendadak Prisya bingung akan apa yang harus dia ucapkan sekarang, Prisya sudah bisa menebak kalau Marsell akan mengabaikan perkataannya saat dirinya memilih untuk menolak untuk dibayarkan oleh Marsell. Akhirnya Prisya hanya bisa berkata, "Makasih ya."
Melihat Marsell yang bangkit dan kemudian melangkahkan kaki, akhirnya Prisya juga melakukan hal yang sama. Prisya mengikuti ke mana Marsell melangkahkan kaki sampai akhirnya secara tidak sengaja Prisya menahan Marsell yang semula langkahnya sudah sempoyongan.
"Lo udah mabuk berat," ujar Prisya setelah sedari tadi dirinya memperhatikan ekspresi Marsell yang memang sudah terlihat seperti orang yang kehilangan kesadarannya.
Alasan yang membuat Prisya sedari tadi masih memilih untuk diam di sana, padahal dia sudah selesai minum karena Prisya merasa khawatir terhadap Marsell dan benar saja. Kekhawatirannya terbukti saat sekarang Marsell berjalan dengan langkah yang begitu sempoyongan.
"Lo pulang sama gue aja ya?" tanya Prisya meminta persetujuan dari orang yang akan dia ajak pulang. Marsell memang sudah tidak berada dalam kesadarannya, tapi tetap saja Prisya masih harus meminta persetujuan dari Marsell.
Dikarenakan Marsell yang tidak menolak, akhirnya Prisya langsung membopong Marsell masuk ke dalam mobilnya. Prisya melajukan mobilnya dengan begitu santai sambil beberapa kali melirik ke arah di mana Marsell berada, memperhatikannya beberapa saat.
Prisya bingung sendiri sekarang. "Eh—Rumah lo arahnya ke mana?" tanya Prisya dengan cukup serius sambil mempertikan Marsell dan juga menunggu jawaban dari Marsell.
"Gue gak mau pulang ke Rumah," jawab Marsell. Hembusan napas Marsell terlihat begitu berat yang membuat Prisya bingung akan apa yang harus dia lakukan sekarang.
Setelah beberapa saat berpikir, akhirnya Prisya bisa mengambil kesimpulan atas apa yang bisa dia lakukan sekarang. "Bagaimana kalau lo pulang ke pulang ke Rumah gue?" tanya Prisya tanpa melirik ke arah Marsell sebab dirinya tengah fokus memperhatikan jalanan yang sekarang tengah ramai.
Beberapa saat tidak mendengar sebuah jawaban dari Marsell, akhirnya Prisya melirik ke samping dan ternyata orang yang dia ajak berbicara sudah tidak sadarkan diri. Marsell sudah masuk ke alam tidurnya, sepertinya efek dari kebanyakan minum tadi.
Ya Tuhan, kenapa harus bertemu dengan manusia seperti dia?
*****
Prisya menepuk-nepuk lengan Marsell sambil berucap, "Bangun. Hei, bangun udah sampai. Jangan berharap kalau lo akan gue gendong. Lo berat, nanti gue penyek kalau gendong lo masuk ke Rumah." Prisya terus-terusan menepuk-nepuk Marsell yang begitu lelap tertidur.
"Woy! Kalau lo gak bangun juga, gue tinggal lo di sini. Gue mau masuk karena gue ngantuk, bye!" teriak Prisya tepat di samping telinga Marsell.
Beberapa kali Marsell mengerjap-ngerjap matanya sampai akhirnya Marsell terbangun dan melihat ekspresi Prisya yang terlihat kesal. "Mau tidur di sini atau di dalam?" tanya Prisya sambil terus memperhatikan Marsell.
Prisya melangkahkan kakinya lebih dahulu keluar dari mobil dan kemudian berjalan sambil membopong Marsell. Merasa berat sebab menggendong Marsell, akhirnya Prisya melepaskan Marsell dengan begitu saja dan Marsell jatuh di atas kasur.
Niat awal hanya menjatuhkan Marsell, tapi karena dirinya juga merasa lelah akhirnya Prisya juga ikut terjatuh ke kasur tanpa di sengaja. Masih dalam keadaan yang tidak sepenuhnya sadar, tapi Marsell dengan sigap menggerakan tangannya yang membuat kepala Prisya terpentuh pada tangannya.
Tap
Kedua bola mata makhluk Tuhan itu bertemu, memperhatikan keindahan bola mata orang yang ada di hadapannya. Apa yang baru saja mereka lihat menggunakan mata berjalan tersalurkan pada hati mereka, sehingga ada sebuah perasaan yang sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata oleh mereka berdua.
Prisya dengan seketika bangkit saat dia merasakan ada sebuah rasa yang semakin lama semakin begitu terasa. "Gue harus ke kamar gue, lo tidur di sini." Tidak menunggu jawaban dari Marsell, Prisya langsung melangkahkan kakinya dengan begitu cepat keluar dari kamar ini meninggalkan Marsell sendirian dengan ketidak sadarannya.
Sampai di kamarnya, Prisya memperhatikan bayangan dirinya yang ada di cermin. Prisya menelan salivanya saat dia merasakan ada sesuatu yang dia rasa cukup aneh dalam hatinya saat dia tengah memperhatikan detail wajah Marsell.
"Gue gak mungkin suka sama dia," ucap Prisya sambil menggeleg-gelengkan kepala dan juga menepuk-nepuk pipinya.
Apa mungkin Prisya memang suka pada Marsell?