Tangisan Prisya kembali banjir, dia sekarang sudah sesegukan. "Marsell ... gue juga ... sayang sama lo." Air mata itu terjun dengan begitu deras.
"Sekarang bangun ya," pinta Prisya yang terdengar begitu penuh dengan harapan. "Lo menanyakan apakah gue mau jadi pacar lo lagi kan?" tanya Prisya disertai dnegan sebuah senyuman yang begitu lebar.
"Gue mau," jawab Prisya sendiri sambil menganggukkan kepalanya. "Sekarang lo jangan tidur, lo bangun ... kita jalanin semuanya lagi ...."
Rasa penyesalan itu begitu terasa. "Marsell!" teriak Prisya yang sudah merasa kesal. "Bangun! Marsell! MARSELL!!!" teriak Prisya dengan sangat kencang.
Dengan penuh rasa frustrasi bercampur dengan sebuah penyesalan, Prisya mengacak-acak rambutnya. Penampilannya sudah jauh dari kata rapi.
"Marsell! Bangun, jangan kayak gini! Jangan tinggalin gue!" teriak Prisya dengan isak tangis yang semakin menjadi-jadi. "Gue gak mau berpisah sama lo, gue sayang sama lo! Marsell!"