Seorang perempuan dengan postur tubuh ideal, pipi yang sedikit chubby, hidung yang terlihat imut, rambut hitam panjang yang sekarang dia biarkan terurai indah tengah melangkahkan kakinya dengan begitu santai dengan sebuah minuman dingin di tangannya.
Perempuan itu mempunyai paras yang enak untuk dipandang, tapi dengan raut wajah yang seolah menunjukkan kalau dirinya adalah cewek yang jutek. Sepanjang berjalan, ia mengabaikan banyak pasang mata yang tertuju padanya. Perempuan itu bernama Prisyadila, lebih lengkapnya Prisyadila Aranasha.
"Kenapa lo ngambil minuman gue seenaknya?!" tanya dengan nada bicara yang begitu kesal saat minuman dingin yang tengah dia pegang mendadak diambil oleh cowok yang baru selesai berolahraga. Keringat masih bercucuran di tubuhnya.
Cowok itu menghentikan kegiatannya, yaitu minum dan kemudian menatap orang yang baru saja mengajukan pertanyaan padanya. Dengan kata lain cowok itu tengah menatap Prisyadila, memperhatikannya dengan begitu serius.
"Bukan buat gue?" tanya cowok itu dengan begitu santai.
Dirinya merasa begitu asyik memperhatikan cewek bertubuh tinggi sekitar 160 cm yang sekarang tengah menggunakan seragam putih abu. Muncul sebuah perasaan tertarik dalam dirinya saat sedang memperhatikan Prisyadila yang sekarang tengah memasang ekspresi yang jutek.
Alasan yang membuat cowok itu dengan santai mengambil minuman yang dibawa oleh Prisya sebab biasanya banyak anak cewek yang sengaja membawakan minuman untuknya setelah dia selesai berolah raga. Maka dari itu, saat melihat cewek itu berjalan ke arahnya sambil memegang botol minuman ia berpikir kalau botol itu untuknya.
Prisya memutar bola matanya malas. "Pede banget buat lo, memangnya lo siapa?" tanya Prisya sambil terus menatap cowok yang ada di hadapannya.
Prisya merasa tidak kenal dengan cowok yang ada di hadapannya, maka tidak ada alasan yang membuat dirinya dengah sengaja memberikan minuman untuk cowok itu.
Cewek itu membelalakkan matanya saat melihat cowok itu yang malah kembali meminum minumannya, karena ia pikir cowok itu akan mengembalikan minuman miliknya.
"Kenapa malah diminum la—
Kalimat Prisya terhenti sebab cowok itu menempelkan bibirnya dengan bibir Prisya. Terasa sebuah cairan yang masuk ke mulutnya dan dengan tiba-tiba dirinya menelan cairan itu. Rasa minumannya tidak terlalu berubah, hanya saja ada sebuah rasa tambahan di dalamnya.
"Udah gue bantu untuk lo menikmatinya," ucap cowok itu dengan begitu enteng. Cowok itu mengukirkan senyumannya saat memperhatikan cewek yang ada di hadapannya terlihat bengong dan tidak percaya dengan apa yang sudah dirinya lakukan barusan.
Kedua mata Prisya menatap tajam cowok yang ada di hadapannya. "What? Menikmati? Lo siapa, seenaknya nyium gue di tempat umum lagi?!" Prisya benar-benar marah dengan apa yang sudah cowok itu lakukan barusan, ia merasa tidak terima dengan semua hal yang sudah terjadi padanya barusan.
Cowok itu bukan cowok yang dia kenal, makanya ia marah saat cowok itu melakukan hal itu padanya. Dengan begitu santai cowok itu tersenyum lebar.
"Calon suami lo," ujar cowok itu sambil terus memperhatikan Prisya dengan tatapan yang terlihat seperti ada sebuah ketertarikan di dalamnya.
"Dih, najis gue punya suami kayak lo!" ketus Prisya sambil menatap cowok itu dengan tatapan yang penuh dengan kekesalan. Dirinya sama sekali tidak menginginkan kalau dia sampai mempunyai suami seperti cowok yang ada di hadapannya.
Cowok itu mempunyai tubuh yang tinggi sekitar 179 cm, wajah yang tampan, hidung yang mancung. Dari penampilan serta fisik cowok ini memang oke, tidak heran jika banyak cewek yang dengan sengaja memberikan minuman untuknya.
Hal yang membuat Prisya enggan mempunyai cowok seperti dia, karena Prisya sedang dalam keadaan yang sangat kesal. "Cowok aneh!" ketus Prisya dan kemudian mengambil botol minuman yang semula tengah cowok itu pegang.
Prisya berjalan menjauh dari lapangan untuk menuju ke sebuah tempat yang dia rasa bisa membuat dirinya merasakan sebuah ketenangan yang jauh dari keramaian.
*****
Prisya tengah menatap lurus awan yang terlihat tengah bergerak, pikirannya tengah terbang. Sampai saat ini Prisya masih belum bisa menerima kenyataan kalau ternyata keluarga yang ia harapkan akan menjadi tempat di mana dirinya tumbuh besar dengan sebuah kasih sayang dan juga perhatian, ternyata sudah hancur berantakan.
Sebuah senyuman terukir di bibirnya, senyuman itu Prisya gunakan untuk menyembunyikan perasaan sedih yang ada dalam dirinya. Tidak terbiasa mendapatkan sebuah kasih sayang dan juga perhatian ternyata ditambah dengan sebuah perpecahan yang membuat dirinya kehilangan kedua orang tuanya.
Entah bagaimana cara yang bisa dilakukan agar dirinya bisa menerima semua ini. Rasanya jauh lebih baik dirinya berada dalam lingkungan yang tidak bisa memberikan sebuah perhatian serta kasih sayang untuknya, tapi ia masih mempunyai orang tua yang lengkap dibandingkan dengan sekarang.
Semuanya terasa jauh lebih hampa, dirinya menemukan titik kekosongan dalam dirinya yang membuat dirinya menjadi punya kebiasaan yang jauh dari sifatnya yang dulu. Sekarang Prisya termasuk ke dalam kategori bad student, padahal sebelumnya Prisya tidak seperti ini.
"Lagi mikirin apa? Gue?"
Pertanyaan yang baru saja Prisya dengar membuat dirinya memalingkan pandangannya ke arah dari mana dia mendengar suara. Melihat siapa yang sekarang berada di sampingnya membuat Prisya memelototkan matanya dengan penuh kekesalan.
"Ngapain lo ke sini?" tanya Prisya dengan penuh kekesalan. Prisya masih merasa kesal pada cowok yang semula sudah mengambil minumannya dan juga mengambil ciumannya begitu saja, kejadian tadi masih terputas dengan begitu jelas dalam ingatan Prisya.
"Ini tempat umum, siapa pun berhak ke sini termasuk dengan gue." Cowok itu berucap sambil menunjuk ke arah dirinya sendiri.
Apa yang sudah cowok itu ucapkan memang tidak ada salahnya, karena semua orang berhak untuk datang ke Rooftop—termasuk dengan dirinya.
Tatapan Prisya semakin penuh dengan kekesalan. "Gue tahu ini tempat umum, tapi kenapa lo milih berdiri di samping gue?! Tempat ini luas, silakan cari tempat yang lain." Ketenangan Prisya terganggu dengan kehadiran cowok itu.
"Gue maunya di sini," jawab cowok itu dengan begitu enteng.
Mendengar jawaban yang sama sekali tidak dia sukai dan tidak bisa dia terima, akhirnya Prisya memilih untuk melangkahkan kaki dengan niat untuk meninggalkan cowok aneh yang sudah mengaku kalau dirinya adalah calon suaminya. Namun, tangan Prisya ditahan oleh cowok itu.
"Ada apa lagi sih?!" keus Prisya yang penuh dengan kekesalan.
"Lo cewek, kenapa ngonsumsi soda?" Agak sedikit aneh saja saat melihat ada cewek yang dengan santai berjalan sambil membawa satu botol minuman dingin yang mengandung soda.
Mendengar pertanyaan ini membuat Prisya menatap cowok itu dengan penuh keseriusan. "Asal lo tahu, gue bisa aja ngonsumsi alkohol kalau gue mau."
Kalimat yang baru saja Prisya ucapkan membuat cowok itu terdiam dengan sebuah rasa heran yang terus berputar di kepalanya, ia menatap Prisya sejenak. "Lo serius suka ngonsumsi alkohol?"