"Ma, udah. Jangan nangis.."
"Kez, kenapa kamu kayak gitu?"
"Gitu gimana Ma?"
"Kamu nanya soal penyakitnya, dan sekarang Gerld udah enggak ada. Kamu puas?" tanya Kenin dengan air mata yang bersimbah.
"Puas? Mama tanya itu. Aku juga sedih Ma karena kehilangan adik aku. Memangnya Mama aja, kalau dari awal Mama cerita mungkin aku bakalan usahain buat cari dokter terbaik untuk kesembuhan Gerld."
"Dokter terbaik? Memangnya dia di sini di biarkan gitu?"
"Maksud aku bukan kayak gitu, tapi Mama kenapa jadi nyalahin aku? Ini semua udah takdid Ma!"
Naya menenangkan Kezira karena saat ini Kenin juga sedang emosional karena kehilangan anaknya.
Kezira menyeka air matanya, dia tidak bisa menangis terus-terusan. Kalau pun Kezira menangis dengan sejadi-jadinya, Gerld juga tidak mungkin kembali.
"Kenapa sih Tan? Aku cuman tanya karena curiga aja. Enggak ada maksud untuk apapun, bahkan untuk semua ini pun aku enggak bermaksud."
"Iya Tantr tau, tapi tenangkan diri kamu."
