"Gak."
"Tapi mom.."
"Gue bilang gak ya gak!"
Adeline memundurkan dirinya perlahan. Ia tau jika Betty sudah menggunakan pribahasa 'gue', maka ia dalam masalah.
Keheningan membuat suasana menjadi canggung, Adeline tidak tahu apa yang harus ia lakukan.
"Kenapa? kenapa kamu mau kesana? itu neraka!"
Betty yang memecahkan keheningan membuat Adeline terbata-bata, "a-aku... aku cuma.."
"Mamah pergi, ada meeting."
Betty berjalan meninggalkan anak satu-satunya itu yang diambang kebingungan.
.
.
Adeline berjalan dengan lesu memasuki kampus.
'Gue kenapa si? bisa-bisanya...', Adeline terus menerus menggerutu dalam hati, tanpa sadar bahwa ia sudah berada di ujung koridor kampus.
"Wah lihat deh, Adeline yang bodoh datang kembali", ejek Adeline pada dirinya sendiri ketika mendapati dirinya sudah berada di lorong yang begitu jauh dari kelas utamanya.
drrttt... drrttt...
"Halo?"
"Hei, udah bangun? padahal niatnya gue mau spam call biar lo bangun", jawab Lucas dengan nada usilnya seperti biasa.
"ha..."
Helaan nafas Adeline membuat Lucas kebingungan, "Hei, what's wrong? ada masalah?"
"haha.. hahaha...", jawaban Adeline tambah membuat Lucas kebingungan.
Lucas khawatir, ia mulai panik dan terus-terusan bertanya kepada Adeline apa yang terjadi.
"Lo dimana? gue kesana."
Adeline tidak menghiraukan pertanyaan Lucas. Ia menjatuhkan tubuhnya duduk di depan pintu gudang di lorong yang sepi itu. Ia melihat ke langit-langit atap kampus, sambil menaruh tangannya di dahinya.
"Menurut lo sebenernya kenapa gue selalu mimpiin dia?", tanya Adeline tiba-tiba membuat Lucas menghentikan langkahan kakinya.
"Lo dimana..? LO DIMANA DELINE?!".
Keduanya terdiam. Untuk pertama kalinya dalam 2 tahun Adeline medengar Lucas benar-benar marah kepadanya. Terakhir kalinya nada itu dilontarkan pada dirinya adalah saat dirinya hampir tertabrak mobil 2 tahun lalu.
"Koridor ujung kampus, depan gudang", jawab Adeline sambil masih terduduk lemas di lorong tersebut.
Dengan secepat kilat Lucas berlari menuju tempat yang disebutkan Adeline tadi. "Hosh... Hosh...", nafas nya ter engah-engah.
"Haii", sapa Adeline tersenyum lebar seolah tak terjadi apa-apa.
Tanpa berkata apa-apa, Lucas langsung menghampiri Adeline dan memeluknya.