"Gue nggak peduli, Ann!" Nada bicara
Shaka meninggi. "Mau hari ini atau besok,
gue juga bakal mati, kan? Jadi ya udah,
sekalian aja." Ia menghempas tubuh Ann
hingga jatuh ke tempat tidur, kemudian
menyambar kunci cadangan-yang tadi
gadis itu letakkan di meja-dan mengunci
pintu kamar dari luar.
"Ka, jangan nekad!" Ann menggedor-gedor
pintu tersebut. "Buka pintunya!"
Terlambat. Tepat ketika suara mobilnya
terdengar, ia dengan cepat mengetahui
kalau laki-laki itu sudah pergi.
Ann terjebak di sini. Tak bisa keluar.
Bahkan lewat jendela pun tidak, ada
teralis besi yang menghalanginya.
"Ayo, Ann. Pikir!" racaunya sambil
mengetuk-ngetukkan ponsel ke kening.
"Devan." Ia menggumam. Iya, Devan pasti
bisa membantunya. Tanpa membuang
waktu, ia menelepon laki-laki itu. Sial!
Panggilannya tidak tersambung.
Tak menyerah, Ann pun mencoba
mengubungi Tata karena laki-laki itu pasti
ada bersamanya sekarang.
"Ann, lo sama Bang Shaka ke mana?"