Shaka meminum seteguk kemudian
mengembalikan gelas tersebut pada Ann.
Ia berusaha mengatur napasnya yang kini
kian terasa sulit.
"Darah." Kedua mata hazel Ann
membelalak kaget ketika melihat bercak
merah tertinggal di bagian bawah bibir
Shaka. "Lo batuk darah," katanya panik.
Ia dengan cepat menarik selembar kain
-sapu tangan dari saku jas putih milik
kakaknya, menggunakannya untuk mengelap darah.
Tangan Ann kini bergerak turun,
membuka kepalan tangan Shaka dan
mengelap darah yang laki-laki itu
sembunyikan di sana. Ia tak senaif
itu, hingga tak menyadari kalau Shaka
berusaha menyembunyikan sesuatu di
tangannya.
Shaka terdiam memandangi gadis itu. Ia
baru sadar kalau Ann mengenakan gaun
kelihatannya seperti gaun untuk acara
formal-saat ini, belum lagi tatanan
rambut yang sedikit acak-acakan dan
make up yang sudah luntur. "Punggung lo
pasti pegel-pegel, semalaman tidur dengan
posisi duduk kaya gini," ujarnya sembari
merapikan rambut gadis itu.