"Iya, Ra. Lo jangan merasa bersalah gitu," timpal Galang dari arah belakang. Cowok itu kini berdiri di sebelah Raga. "Patah hati itu biasa. Iya kan, Ga?" tanyanya melirik sekilas orang yang ada di sampingnya itu. "Setiap orang itu harus melewati fase nangis dulu sebelum bisa sampe ke fase baik-baik aja."
"Tumben bijak," komentar Ardi.
Galang tersenyum kecut. "Gue udah capek-capek mikir kata-kata loh. Kasih apresiasi dikit gak bisa ngapa ya?" dengusnya. Cowok itu melirik sejenak orang yang kini dalam perjalanan menghampiri mereka. "Gue emang bijak kali. Gak kayak dia tuh," katanya menunjuk hidung Danu.
"Baru juga sampe udah dinistain aja," ketus Danu, "Untuk dedek sabar."
Danu meringis ketika menoleh pada Nara. "Maklumin temen-temen gue, Ra. Mereka emang pada gak punya adab."
Cewek itu tertawa ringan mendengar perkataan nyeleneh Danu, juga muka masam yang dibarengi gelengen oleh ttiga temannya yang lain, Raga, Ardi, dan Galang.