Chereads / Love in Light & Darkness by 勇 / Chapter 1 - Prolog : senyuman hangat

Love in Light & Darkness by 勇

YuuSa
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 8.3k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Prolog : senyuman hangat

Paris – Perancis.

Laina memandang sedih cincin berwarna perak yang berkilauan terkena cahaya rembulan. Ia telah melepaskannya… tak hanya melepaskan cincin pernikahannya itu namun juga telah melepas statusnya dari seroang istri menjadi mantan istri. Laina lelah dengan kehidupannya, ia muak dengan semua hal terutama pada kata cinta dan pada pria yang mengatakan hal itu padanya dengan penuh kebohongan.

"Sebenarnya. Apa itu cinta?, bagaimana rasanya dicintai dengan tulus oleh seseorang?," guman Laina dengan lirih, ia bertanya-tanya sambil melihat beberapa pasangan yang begitu romantis dengan pasangan mereka di sepanjang jalan di pinggir sungai Seine.

"Apakah orang sepertiku memang tidak boleh dicintai?," guman Laina bertanya pada dirinya sendiri. Laina sadar, dirinya memang hidup di dunia yang gelap dan kotor, terlebih ia adalah ketua mafia yang menguasai Prancis saat ini.

Sejak mengenal kata cinta, hati dingin Laina menjadi hangat dan terus menginginkan kehangatan itu, bahkan ia sampai ingin memutuskan untuk mengundurkan diri dari statusnya yang ketua mafia, dan ingin menyerahkan kembali status itu kepada pamannya yang kini hidup damai sebagai penjual bunga. Namun nyatanya semua pria yang Laina kenal tak pernah dengan tulus memberikan perasaan hangat itu, mereka semua hanya ingin harta dan kekuasaan Laina. Bahkan pria yang Laina anggap berbeda, ternyata juga sama. Ia hanya menginginkan hal yang sama seperti pria yang mendekati Laina kebanyakan yang beberapa telah Laina bunuh karena emosi dan beberapa Laina lepaskan dengan hidup menderita karena telah membohonginya.

"Haruskah aku membunuhmu juga?," guman Laina dengan tatapan kosong. Ia emosi namun juga telah hampa seakan ia sudah bosan dengan kehidupannya yang entah kemana arahnya. Bahkan ia tidak tau mana yang baik mana yang jahat, dan tidak lagi bisa membedakan mana yang putih dan hitam. Laina hidup dalam kehidupan berwarna hitam sejak pertama lahir di dunia, lalu kehidupannya yang menjadi berwarna abu-abu sejak mengenal cinta.

Laina tersenyum, "lebih baik aku yang mengakhiri ini semua. Selamat berbahagia dengan hidupmu Alex!," teriak Laina yang sudah tak lagi memikirkan pria yang kini sudah menjadi mantan suaminya itu karena tepat pada hari ini mereka telah resmi bercerai.

Sekali lagi, Laina menatap cincinya beberapa menit sebelum akhirnya ia naik ke atas pinggiran jembatan yang membentang untuk menyebrangi sungai utama kota paris itu. Ia pun secara bersamaan melemparkan cincinnya dan dirinya sendiri kedalam sungai Seine yang membuat bebrapa orang pejalan kaki malam itu yang melihatnya berteriak histeris karena ada seorang wanita yang melompat dari pinggir jembatan sungai Seine.

"Cahaya atau kegelapan. Mana yang akan kau pilih?."

Suara seseorang nampak bertanya pada sosok Laina yang sedang merasakan sesak luar biasa karena tenggelam dimana ia tidak bisa bernafas dalam air, namun ia terlihat tenang dan pasrah, bahkan saat mendengar suara yang bertanya padanya, ia hanya bisa tersenyum karena ia jadi merasa hidupnya selama ini sungguh lucu. Tentu saja ia yang sudah hidup dalam kegelapan apakah masih bisa memilih antara gelap dan cahaya?.

"Jika boleh memilih, tentu saja aku akan memilih cahaya bukan?," batin Laina yang berharap namun ia tau itu hanya menjadi harapan yang sia-sia.

Walaupun Laina hidup bergelimang harta karena ia merupakan seorang pemimpin organisasi mafia yang berkuasa di kota Paris, namun rasanya Laina hidup hanya untuk dipermainkan perasaannya oleh pria yang tidak pernah mencintainya dengan tulus, bahkan oleh suaminya sendiri yang berselingkuh dengan terang-terangan di depannya seolah dirinya hanyalah boneka pajangan di ruamah mereka, atau mungkin sejak awal dirinya memanglah hanya sebuah boneka untuk dimainkan oleh suaminya itu karena Laina terlena dengan cinta palsunya.

Tak hanya itu, Bahkan seluruh hartanya telah jatuh ke tangan suami bangsatnya itu. Namun kini kata suami tidaklah tepat karena Laina telah bercerai dengannya dan mengakhiri hidupnya dengan tenang tanpa memikirkan apapun, berharap ia akan pergi ke surga yang damai, walaupun dirinya yang kotor tak merasa pantas untuk mengharapkan surga, ditambah hatinya yang sedikit dibebani rasa dendam karena ia masih merasakan sakit oleh perlakuan para pria yang selama ini mendekatinya hanya untuk hartanya semata walaupun ia sudah membunuh mereka dan menyiksa mereka, tapi hatinya tak pernah terima dan puas setelah melakukan itu semua.

Hanya cinta yang tulus yang mampu menghilangkan api dendam dalam diri Laina, namun tidak pernah ada yang mencintai Laina dengan tulus.

Di akhir hidupnya akhirnya Laina sadar. Ia hanya ingin hidup dengan seseorang yang mencintainya dengan tulus. Ia tidak peduli dengan harta dan tahta. Ia hanya ingin merasakan kehangatan sebuah cinta yang tulus dari seseorang.

Ia ingin hidup dibawah cahaya yang hangat…

"Tapi semuanya sudah terlambat… neraka sedang menungguku pasti."

Saat semuanya menjadi gelap, sebuah suara kembali bertanya pada Laina dengan pertanyaan yang sama dimana pertanyaan itu berasal dari suaranya sendiri, dan seseorang yang menjawab pertanyaan Laina yang tidak Laina tau wujudnya karena ia telah tenggelam dalam kegelapan.

"Cahaya atau kegelapan. Mana yang akan kau pilih?."

"Jika menjadi malam yang gelap menjadikan dirimu dapat bersinar terang, maka aku akan memilih kegelapan untukmu…." Jawab seseorang dengan tersenyum hangat pada Laina.

***

Laina membuka matanya dengan keringat dingin yang telah membasahi pelipisnya, tangan Laina bergetar dan terasa dingin, bahkan tubuhnya juga terasa sangat dingin seperti ia baru saja tenggelam dalam air yang sangat dingin. Namun setelah di ingat-ingat, bukankah dirinya memang sengaja meneggelamkan dirinya ke sungai Seine yang dingin malam itu?. Dirinya seharusnya sudah mati, tapi….

"Nona Carissa anda telah sadar!. Saya akan panggilkan yang lain!." guman seorang wanita dengan pakaian pelayan dan ia pun pergi berlari tergesa-gesa, meninggalkan Laina yang barus saja dipanggil dengan nama Carissa itu, dimana Laina terlihat bingung dengan keadaannya hingga ia menengok ke arah cermin dan mendapati penampilan dirinya yang sangat cantik dengan surai rambut Panjang bergelombang dengan warna keperakan yang indah dan matanya yang berwarna biru cerah membuat penampilannya bak seorang peri di negeri dongeng.

"Si-siapa?!," Laina terkejut bukan main saat melihat penampilan asingnya itu, ia juga terkejut ketika ia membuka mata dan ia telah berada di sebuah kasur yang sangat empuk dengan selimut lembut yang tebal dan hangat, ditambah kasur dan ruangan itu begitu mewah dengan arsitektur bergaya zaman pertengahan sampai-sampai Laina terpukau dan tidak sadar jika beberapa orang telah masuk kedalam ruang kamarnya yang besar melebihi besarnya rumahnya.

"Carissa… kamu sudah sadar. Bagaimana keadaanmu?, apakah ada yang sakit?," tanya seorang wanita yang sangat cantik dengan rambut blondenya yang sangat ditata rapih, dan mata berwarna biru seperti miliknya yang ia lihat di pantulan cermin, begitupula dengan pakaiannya yang sangat indah karena memakai gaun yang sangat cocok untuknya.

Laina yang dipanggil dengan nama Carissa terdiam dan dengan bingung menatap satu-persatu orang-orang yang memasuki kamarnya itu dengan pakaian yang aneh menurut Laina karena mereka semua memakai pakaian yang seperti pakaian bangsawan bergaya abad pertengahan yang sangat mewah, bahkan wanita dan prianya sungguh cantik-cantik dan tampan-tampan.

"Yang Mulia, biarkan saya memeriksanya lagi," ucap seorang pria pada wanita yang terlihat khawatir dengan Laina yang masih bingung.

Wanita cantik yang dipanggil yang mulia itu segera menepihkan dirinya dan membiarkan seorang pria yang berpenampilan rapih dengan setelan jas berwarna putih dengan list berwarna emas yang juga dihiasi beberapa lencana yang menunjukan bahwa dirinya adalah seorang dokter kerajaan itu memeriksa Laina. Pria itu membawa sebuah tas seperti koper kecil berwarna coklat yang terbuat dari kulit yang dipoles begitu bagus, lalu ia mengeluarkan beberapa alat yang mirip dengan sebuah stetoskop dan memeriksa tangan serta detak jantung Laina yang masih terpukau sekaligus bingung dengan keadannya.

"Sepertinya tidak ada yang buruk Yang Mulia. Sebaiknya kita melanjutkan ritual besok karena keadaan putri Carissa yang butuh istirahat," terang pria berjas putih itu pada wanita cantik tadi dan seorang pria yang memiliki rambut berwarna perak dengan mata berwarna merah gelap.

"Hm. Baiklah… kau bisa pergi," ucap pria yang dipanggil Yang Mulia itu.

"Kalau begitu saya permisi, Yang mulia raja Raymond. semoga anda diberkahi tiga cahaya suci yang agung," ucap pria itu lalu keluar ruangan meninggalkan Laina yang masih bingung, dan dua orang yang kini Laina ketahui bahwa mereka adalah sepasang suami istri juga seorang yang memegang status tertinggi di kerajaan Vos Lunar sebagai raja dan ratu.

"Mereka orang tuaku?," batin Laina masih dengan bingung karena perlahan ada beberapa ingatan yang masuk dalam kepalanya.

"Carissa, sayang. Apakah kamu sudah baik-bak saja?. Jika belum, kita dapat menunda ritual pemberkatan cahaya setelah tiga hari lagi…" jelas ratu yang tak lain adalah ibu Carissa.

"Ya, itu benar. Jangan memaksakan dirimu. Tapi jika kau sudah tidak apa-apa, lebih cepat lebih baik untuk melaksanakan ritual. Penjagaan juga sudah diperketat. Kau tidak perlu khawatir akan ada yang menyerang lagi," jelas Raja yang juga merupakan ayah Carissa.

Laina masih diam berfikir dengan keadaannya, "apakah aku hidup kembali?!," batinnya.

Raja dan ratu yang melihat putri mereka hanya terdiam memilih untuk membiarkan Carissa untuk istirahat dan melanjutkan pertanyaan nanti.

Laina pun tenggelam dalam fikirannya dan sepenuhnya telah menyadari bahwa dirinya bereinkarnasi menjadi seorang putri mahkota kerajaan Vos Lunar yang Bernama Carissa Elaine, dimana seharusnya hari Ini ia melakukan pemberkatan cahaya sebagai tanda kedewasaannya dan calon penerus tahta kerajaan, dimana ia juga mengemban tanggung jawab lain sebagai seorang yang diberkahi cahaya karena ia lahir tepat pada hari dimana pahlawan cahaya mengalahkan Obscurite Regle sang penguasa kegelapan yang pernah membuat dunia tenggelam dalam kekacauan dan kegelapan selama seratus tahun.

Laina juga mengingat ingatan Carissa yang kini menjadi ingatannya juga, dimana dalam ingatan itu ia yang sedang menjalani pemberkatan cahaya tiba-tiba diserang dan di culik oleh sekelompok orang berjubah hitam yang terdiri dari tiga orang yang entah apa yang mereka rencanakan dari menculik dirinya. Namun karena Carissa berusaha memberontak dan menggunakan sedikit sihir yang belum bisa ia kendalikan, akhirnya Carissa terjatuh ke sungai Seina dan tenggelam disana.

Saat itulah Laina secara bersamaan telah menjadi Carissa dimana mereka yang seharusnya sama-sama mati tenggelam di sungai, namun kini Laina hidup sebagai Carissa yang juga dinyatakan masih hidup karena seseorang telah menolongnya dari tenggelam di sungai Seina.

Seorang pria berambut hitam, mata ungu gelap, dan pakaian yang juga serba hitam. Hanya itu yang dapat Carissa ingat saat ini untuk orang yang menolongnya saat dirinya tenggelam di sungai Seina.

"Siapa yang menolongku?. Aku ingin bertemu dengannya lagi…" guman Carissa yang entah kenapa masih merasakan kehangatan genggaman tangan dari pria yang telah menolongnya.

Tok... tok… tok….

Seorang pria berpakaian pelayan mengetuk pintu kamar Carissa lalu masuk dengan membawa nampan berwarna putih dengan ukiran-ukiran ala Baroque dengan bunga berwarna emas, dimana di dalam nampan itu terdapat sebuah teko kaca yang bening memperlihatkan isinya.

"Tuan putri Carissa. Saya membawakan teh herbal hangat untuk anda. Silahkan di minum. Semoga anda segera membaik…" jelas pelayan pria itu dengan sopan dan ramah. Namun ada satu hal yang membuat Carissa tidak bisa berhenti berpaling darinya, yaitu karena senyuman samarnya yang begitu hangat yang terselimuti oleh cahaya matahari yang menembus jendela kamar Carissa, membuat Carissa kembali menginginkan perasaan cinta yang hangat itu.

"Apakah aku bisa mendapatkan cinta yang tulus di dunia ini?."