Percakapan itu masih berlangsung di ruang tengah rumah Vaz. Semua ingatan Vaz kembali menyerangnya seperti puing-puing kaca yang pelan melukai hatinya. Banyak sekali yang para Xander tidak ketahui dengan dirinya. Banyak kenangan buruk juga memori sedih yang selama ini tertumpuk di bahunya. Masih meneguk teh hangat buatan Orfe, pria itu meringkuk di atas sofa. Sofa yang sama dengan yang selalu digunakan ibunya untuk melihatnya memainkan piano kesayangannya. Ya piano cokleta milik ibunya yang kini bahkan kayunya sudah mulai lapuk dan suaranya sudah sumbang.