Walau masih saja diliputi rasa berdosa yang besar, tapi bicara dengan Orfe membuat hati Vaz merasa lebih baik. Pria yang selalu berusaha mendekatinya itu akhirnya memang berhasil melakukannya. Dia meruntuhkan tembok paling tebal dan tinggi yang selama ini sudah dibangun oleh Vaz. Walau menolak, Vaz akhirnya mengalah saat Orfe memeluknya. Pria itu memang membutuhkan dan menginginkannya walau Vaz menolaknya. Dia selalu ingin memeluk sosok kakak yang selama ini tidak dia miliki.
"Aku baru tahu kau pernah punya kekasih." Ucap Orfe saat itu.
"Iya aku pernah. Walau itu akhirnya menjadi pengalaman yang sangat pahit. Kami harus berpisah dengan cara seperti ini." Ucap Vaz menyimpan penyesalan.
"Apa tidak apa kita pacaran? Bukankah Basta selalu bilang itu dilarang?" Tanya Orfe lagi.
"Larangan itu ada hanya untuk dilanggar. Kau tahu itu." Ucap Vaz santai.
"Mungkin ini alasannya kita tidak boleh berpacaran. Lihatlah efeknya untukmu." Ucap Orfe santai.