Chereads / Fons Cafe #2 / Chapter 20 - Episode 59

Chapter 20 - Episode 59

Hari ini berita David akan menikah sudah tersiar ke seluruh negeri. Dan ngerinya lagi, ponsel serta telepon rumah David tak kunjung berhenti berdering. Hal itu sungguh membuatnya pusing.

Dan yang paling membuat pusing adalah ketika Ibunya memintanya untuk pulang dan tinggal bersama dengan mereka.

"Tidak bisa Okasan! Aku harus tinggal di sini, karena aku bisa telat ke lokasi syuting jika aku pulang ke rumah dulu..."

"Tidak ada bantahan. Datanglah, dan jelaskan siapa perempuan itu! Oh, bawa perempuan itu sekalian ke rumah!"

David menutup ponselnya. Sejak media massa itu mengumumkan tentang beritanya akan menikah, dia semakin pusing. Bahkan, manajernya sendiri mengomelinya karena dia tidak memberitahu apa-apa pada manajernya itu.

Begitu pula Kris, yang baru kembali dari Jepang, untuk perjalanan bisnisnya. Leo, Tatsuya dan Carlos pun juga ikutan kaget karena mereka merasa di khianati, tidak diberitahu langsung oleh David.

David melihat kartu nama Tyas yang terletak di atas nakasnya. Kehidupan sebagai lajang, dengan rumah yang di dominasi dengan warna serba putih, sesuai dengan warna favoritnya adalah hal yang sangat menyenangkan. Tapi semuanya berubah semenjak berita tentang dirinya akan menikah.

Sepertinya, tidak ada salahnya bagi David untuk mencobanya. Terlepas dari status Tyas sebagai pramugari.

Masih dengan keadaan yang baru bangun tidur, memakai kaos putih, dan celana putih pendeknya, serta keadaan rambut yang berantakan, David meraih ponselnya lalu dia mulai mengetik beberapa nomor yang merupakan nomor ponsel dari Tyas.

"Halo?"

"Oh hai, hello. This is me, David. Can we meet?"

-----

Berakhirlah David kini berada di Fons. Dan Kris berada di hadapannya seperti biasa.

"Hei, sebenarnya kau melakukan ini untuk apa sih?"

"Balas dendam," jawab David. "Semua karena Indah! Gadis menyebalkan yang sudah membuatku seperti ini!" Seru David, lalu dia menyedot dengan kesal jus sirsak tanpa gulanya itu dengan cepat.

"Hei, hei! Pelan-pelan Vid!" Seru Kris, "Lalu, siapa sebenarnya perempuan ini yang membuatmu tidak meminum tequila maupun vodka untuk menemuinya? Apa gadis ini benar-benar sempurna bagimu?"

"Mungkin bagiku, tidak untuk Ibuku."

"Itu pertanda yang buruk berarti," sahut Kris. "David, apa kau yakin kalau Ibumu akan menjodohkanmu dengan salah satu perempuan dari kampungnya jika kau gagal menikah kali ini?"

David menghela napas panjang. "Sejak kapan Ibuku bercanda soal hal yang dia ingin lakukan kepadaku?"

"Betul juga ya."

Kriiing!!!

Sosok perempuan tinggi dan ramping yang sempat bertemu dengan David beberapa hari lalu itupun masuk ke dalam Fons, dan ia pun duduk di sudut Fons. Sepertinya. Dia tidak menyadari kehadiran David yang ada di meja bar.

David meninggalkan Kris, lalu mendekati Tyas.

"Mm... halo. Ingat denganku?"

Tyas menoleh kepadanya, dan tersenyum. "Tentu."

"Maaf sudah membuatmu menunggu," kata David.

"Tidak. Aku baru sampai beberapa menit yang lalu," kata Tyas. "Jadi... apa yang ingin kau bicarakan padaku?"

David tidak terlihat gugup lagi. Seketika, dia ingin melihat apa mungkin gadis di depannya ini merupakan gadis yang pernah dikenalinya dulu. Jadi, David akan berusaha.

"Masih tentang yang kemarin. Aku ingin kau menjadi kekasihku," pinta David, "Aku tahu kau mungkin menganggapku gila. Tapi, aku tidak bisa melakukan apa-apa selain meminta tolong padamu. Aku punya cerita yang panjang, itupun jika kau mau mendengarnya."

Tyas tersenyum, "Ceritakanlah. Aku akan mendengarkanmu."

David pun mulai bercerita, kenapa dia meminta Tyas untuk menjadi kekasihnya, dan calon istrinya. Setelah itu, Tyas mengatakan hal yang tak diduga oleh David sebelumnya.

"Baiklah. Aku, dengan senang hati akan menikahimu," kata Tyas. "Aku sudah melihatmu di TV beberapa hari ini. Bahkan di majalah dan koran. Aku tak menyangka akan ada orang yang sangat tenar sepertimu, tiba-tiba datang padaku, dan memintaku untuk menjadi istrinya. Sungguh mengejutkan untukku."

David tertawa. Dia lega sekali mendengar ucapan Tyas barusan. Tawa David pun menular pada Tyas. Entah apa yang membuatnya tertawa, tapi Tyas dapat dengan mudah tertawa setelah kejadian menyedihkan yang dilakulan Juan saat dia kembali dari Spanyol beberapa hari lalu.

Seolah tawanya David adalah mantra, Tyas melupakan semua kejadian menyedihkan yang terjadi padanya itu.

"Boleh aku tanya padamu kenapa kau bisa menjadi seorang komedian?"

"Ah, itu adalah rahasia. Bahkan, orangtuaku tidak tahu," jawab David.

"Lalu, bagaimana dengan teman-temanmu? Atau.. kekasihmu yang dulu?" Tanya Tyas menyelidik.

David menggeleng. "Tidak ada satupun dari merek yang tahu. Bahkan, menanyakan mengapa saja tidak pernah. Maybe its because we have our own business. Jadi tidak pernah ada yang penasaran."

Tyas mengangguk. Tapi kemudian terbersit satu hal lagj yang muncul di benaknya. "Tapi bagaimana caranya kau bisa menjadi komedian?"

"Kalau itu, aku membuat video-video lucu yang aku unggah ke internet semasa SMA dulu. Saat kuliah, aku pun sangat terkenal karena ada banyak sekali video yang telah aku unggah ke internet," jawab David, "Sampai akhirnya aku memutuskan untuk pindah jurusan kuliah, karena dengan banyaknya video itu, aku sering di undang ke stasiun TV untuk mengisi acara. Tanpa terasa, aku sudah menghasilkan uangku sendiri. Jadi aku putuskan untuk pindah jurusan."

"Memangnya kau kuliah apa?"

David terkekeh geli sendiri kalau mengingatnya. "Aku kuliah hukum. Tapi aku sendiri sering diomeli oleh dosen, apalagi sejak masuk TV, akhirnya aku putuskan untuk pindah ke jurusan desain interior. Dan orangtuaku marah. Mereka bilang tidak akan membiayai kuliahku."

Tyas heran, ternyata lelaki yang berada di hadapannya ini sangat nekat dan bebas, "Lalu bagaimana?"

"Ya aku kuliah dengan uangku sendiri. Uang yang aku hasilkan lewat TV dan sponsor yang memasang iklan di videoku."

"Kau lulus?"

"Tentu saja. Bahkan orangtuaku datang saat aku wisuda, meskipun aku harus mendengar ceramah Ibuku selama dua hari berturut-turut setelahnya."

Tyas tertawa, melihat wajah Davis yang penuh ekspresi menceritakan tentang apa yang terjadi pada hidupnya. Lelaki di hadapannya ini benar-benar seorang yang mampu membuat orang lain tertawa dengan mudah.

"Kau sendiri, kenapa kau bisa bekerja menjadi pramugari?"

Tyas mengerjapkan matanya, "Tentu saja itu rahasia!"

"Sial!" Seru David, "Itu kalimatku!"

"Tidak ada alasan yang membuatku tidak boleh mengatakan itu kok," balas Tyas dengan senang.

Dari arah berlawanan, datanglah Kris sambil membawa minuman dan kue untuk David serta Tyas. "Ini minuman dan makanan andalan kami di Fons, silahkan di coba. Ah, semuanya aku yang traktir hari ini."

"Kris!" Seru David.

"Wah terima kasih banyak," kata Tyas. "Aku sangat berterima kasih untuk itu. Oh ya, kau temannya David?"

"David sudah seperti adikku sendiri," jawab Kris. "Dia sudah seperti adikku sendiri. Dia tampan, pintar, dan selalu membuat orang disekitarnya terhibur dengan apa yang dilakukannya. Terkadang, dia juga bersikap bodoh. Seperti yang dilakukannua padamu."

David menggaruk lehernya yang sama sekali tidak terasa gatal itu. Dia malu karena sudah melakukan hal yang tidak dipikirkan dengan akal sehatnya tersebut. Tapi mau bagaimana lagi?

David jauh lebih takut di gantung hidup-hidup oleh Ibunya di Tokyo Tower daripada melakukan hal bodoh yang tanpa di pikir panjang seperti ini.

"David, aku mohon nikahi aku."

David terkejut. Tapi dia langsung menjawabnya dengan senyuman yang menyenangkan di wajahnya, "Baiklah. Di hari yang sama, tahun depan, kau akan menjadi istriku. Lihat saja!"

-----

"Jadi begitu ceritanya," gumam Leo, "Dasar Bodoh."

"Tapi gadis itu juga sama gilanya dengan David. Mungkin mereka akan menjadi pasangan yang sama-sama gila."

Ucapan Kris membuat Leo menenggak habis vodkanya. Kemudian, diikuti oleh Alex yang juga kesal karena memiliki teman yang terkenal di hadapan publik, tapi bodoh sekali rupanya.

"David Kajima ditemukan sedang bersama seorang gadis cantik di sebuah cafe langganannya. Di duga, gadis ini merupakan tambatan hati David yang sudah dicarinya selama ini....."

"Gawat." Desisan Kris menandakan bahwa suatu hal yang buruk akan segera terjadi.

"Kris, ponselmu," kata Leo, yang melihat ponsel Kris menyala.

Bibi Desi.

Melihat siapa yang meneleponnya saja membuat Kris kaget. "Moshi-moshi, Obasan..."

"JELASKAN PADAKU SIAPA GADIS YANG ADA DI CAFEMU BERSAMA PUTRAKU SEKARANG JUGA!!!"

Kris menjauhkan ponselnya dan menelan ludahnya dengan berat.

Skak mat!