Gemiriciknya hujan tiba-tiba menjatuhi bumi lagi, tidak terlalu deras tapi gerimis yang bukan lagi rintik. Meski sedang berada di dalam rumah, May tetap saja merasa kedinginan karena bagian tembok banyak yang bolong karena bambu-bambi itu mulai rapuh termakan usia.
Walaupun Anne adalah anak dari seorang sultan terkaya di kotanya, sikap santun dan sopan tetap ia terapkan meski dia harus bersinggah ke gubuk reot milik keluarga May itu. Dia menggapitkan kedua tanganya ke depan dan menundukkan kepala saat kak Ahmad berdiri menyambutnya.
"Eh adek abang sudah pulang, cepat mandi kamu bau telur mentah!" Nyiyir kak Ahmad Sambil sesekali melirik wajah Anne, tapi tanpa sepengetahuan Anne, hanya sebentar Lalu menoleh lagi ke arah May.
Selalu May pintar mencari keributan, dia langsung berlari memeluk kakaknya dengan melompat dan menggantung di pundaknya. Keteknya sengaja di tempel tepat di depan hidung kak Ahmad, dia pun bersin Sambil batik berkali-kali.