Tidak ada satu pun makhluk yang melintas di area May berdiri tegak, hanya May seorang dan hembusan angin yang menegangkan. Tembok di sebelahnya menjadi tempat naungan May, ia peluk erat tembok itu, dan melirik ke sekitar pelan-pelan.
May memberanikan diri untuk maju satu langkah untuk memastikan suara itu, sambil menahan pipis ia meringis dan berdo'a dalam hati. Tapi suara itu tidak lagi muncul, padahal telinganya sudah ke buka lebar untuk merangsang sumber suara.
"Siapa?" Bibir May bergetar, tanganya merangkul tubuhnya sendiri.
Braaakkk!!!
Jantung May sedikit lagi copot, untung saja ia segera melihat pepaya yang baru jatuh dari pohonya, dan terjatuh tepat di atas esbes. Sehingga terdengar keras dan mengagetkan May.
May menikam dadanya erat-erat, dengan detakan jantung yang bergetar hebat. Mulutnya tetap komat-kamit melantunkan do'a, hingga do'a setelah makan sempat keluar dari mulutnya.