Sejuk karena mendung pagi itu, tapi tidak begitu ramai oleh kicauan burung. Mereka sedang memeluk sarangnya demi anaknya, telur-telur yang akan ia jadikan malakiat kecil menetas di dunia.
May menengok jam dinding besar yang menggantung di ruangan depan wanita itu, tepat di angka 8 May akan berangkat mengantar ibunya.
"Saya pamit pulang dulu tante" Pinta May undur diri, sambil mengusap lagi air matanya yang tersisa.
"Ya silahkan, siapa juga yang nyuruh kamu berlama-lama di sini?!" Katanya sinis, perhiaasan yang melingkar di lehernya itu ia cium berkali-kali. May tidak peduli, sejak itu May menganggap tante Usy adalah wanita berhati baik, omonganya hanya bawaan diri, yang keluar tanpa sengaja.
May melihat satu mobil mewah sedang keluar dari bagasi, May melongo karena mobilnya begitu mewah. Padahal hanya keperluan untuk mengantar ibunya ke rumah sakit, pasti hati May ragu, ia mencoba mendekati lagi tante Usy.