Hujan deras tiba-tiba mengguyur bumi, membasahi seluruh permukaan tanpa ada yang tersisa. Rasanya hujan tidak terima, karena air mata May ingin melebihi derasnya guyuranya.
Satu Hal lagi, ibunya yang tiba-tiba saja terbangun dan menanyakan keberadaan kak Ahmad. Mengangkat sedikit kepalanya lalu menengok kanan kiri mencari se sosok Ahmad Putra kesayanganya.
Bibirnya pilu karena tidak bertenaga, Ibu May menyebut nama Ahmad dengan bibir terbata-bata dan nafas tersenggal. May semakin tidak tega, di usapnya berulang kali air mata yang tidak henti-hentinya mengalir deras di ke dua pipinya.
"Masih mandi Ibu" Ucap May lirih, ia sengaja menunduk agar tidak terlihat di mata ibunya. May terpaksa berbohong karena tidak ada pilihan lain, entah sampai kapan dan dengan cara bagaimana lagi ia harus berbohong.
"Suruh ke sini sekarang" Pinta ibunya sambil memegangi dadanya, wajah pucatnya semakin tersirat, seperti tidak tahan menahan sakit yang semakin terasa parah.