Di pagi hari yang sedang terjadi perdebatan sengit, menjadi sejarah bagi May dan Vino. Sejarah yang sebelumnya tanpa ada rencana, yang datang tiba-tiba dengan banyaknya sesuatu tanpa di duga dan tidak masuk akal.
Ada yang menarik dari May saat mama Vino mengatakan lanjut untuk hubungan mereka, ia sangat menyetujui itu dalam hatinya, dan beralih pandangan untuk sekedar mengulas senyumnya yang sudah tidak bisa ia tahan sendiri. Terpaksa harus tembok yang menjadi pelampiasanya sebagai pangkalan rasa bunga-bunga hatinya.
Vino mengecilkan volume HPnya, karena suara mamanya yang se keras microfon itu sudah menjelma ke banyan ruangan. Takut jika masalah pribadinya itu terdengar ke semua penghuni rumah sakit.
"Jangan ngomong macam-macam kamu May!" Bisik Vino mengancam dengan menyingkirkan HPnya ke samping dan menutup speaker agar tidak terhubung dengan mamanya. May menatap sinis, merasa ia tidak ingin mengatakan sesuatu dan berencana untuk diam selama mama Vino masih terhubung denganya.