Laju sepeda Vino dan May pagi itu semakin cepat, waktu yang tersisa untuk sampai ke sekolah hanya dalam hitungan menit. Suasana saat itu hanya terasa genting dan tegang, May berpegangan tas Vino kuat-kuat. Karena laju sepeda Vino sangat kencang seperti angin tiupan, jalanan mulai sepi dari Siswa yang berlalu lalang berangkat ke sekolah, membuat Vino semakin panik dan menghajar sepeda lelet May.
"Jangan kenceng-kenceng kenapa pegang tasnya, jadi berat nih" Vino protes sambil menarik-narik tasnya ke depan.
"Iya maaf ma'af " May semakin geram, di mulai dari tasnya aja sudah kuwalahan, apalagi memeluk langsung orangnya. May menghirup udara banyak-banyak, agar dapat energi ketenangan setelah berkecamuk dengan keinginan yang gagal.
Setalah beberapa menit perjalanan, mereka sampai di gerbang sekolah. Keringat Vino membasahi sekujur tubuhnya, lalu mengelap dengan jacket yang menempel di bahunya. Sementara May, tubuhnya masih segar dengan bedak yang masih menempel di pipinya.
****
Anne lebih dulu sampai di kelas, lalu kaget melihat May yang berlari terburu-buru masuk ke kelàs. Karena satu menit tersisa May bisa terlambat dan mendapat hukuman.
"May, kamu dari mana sih tumben jam segini baru nyampek? Kan biasanya bantu-bantu dulu di kantin? Mana bau lagi, kamu gak mandi ya?" Kata Anne sambil menutup hidungnya.
May tidak langsung menjawab, mana mungkin dia cerita ke Anne semuanya. Yang ada nanti Anne akan ngambek seumur hidup jika tau bahwa May pagi-pagi di bonceng sama Vino, May berusaha menutupi semuanya dan mengalihkan topik pembicaraan.
"Emang nggak mandi, gimana mau sempat mandi An, pagi-pagi aku harus masak, kasih makan tu itik-itik ku, beres-beres rumah, dan.." Ucapan May berhenti di tengah-tengah kalimat, mulut May ketutup rapat. Hampir saja keceplosan mau bilang jemput Vino, selamatlah May dari bara api.
" Dan apa May?" Kata Anne sambil menggeser kursinya untuk lebih dekat dengan May.
May berfikir sedikit lama, otaknya pagi itu macet dan perlu di benahi. May mengoyak kepalanya yang loading mencari ide, Anne menatap May yang sedang kebingungan lalu mencubit kecil lenganya.
"aw sakit An"
"Dan apa? Haa?" Roweng Anne dengan menyuguhkan bibirnya yang garang.
"Dan aku berangkat ke sekolah An naik sepeda bututku, tadi aku kesiangan jadi aku terburu-buru" May berucap sambil mengeluarkan buku-buku dari tasnya, supaya Anne tidak memperhatikan raut muka May yang sebenarnya menyembunyikan sesuatu.
Sebenarnya May sudah mulai memahami tentang perasaan Anne ke Vino, sudah jelas di lihat dari sikapnya, cerita-cerita tentang tipe cowok yang hampir keseluruhan mirip Vino, ya memang itu Vino. May tetap berusaha menguasai hatinya sendiri agar tidak sampai melebihi rasa kagum terhadap Vino, dia cukup ngefans bukan Cinta, tapi itu hanya harapanya.
Anne melepas cubitan di tangan May, lalu manggut-manggut memahami penjelasan May. Belum ada rasa curiga sedikitpun waktu itu.
"Ini kok kayaknya kekecilan ya May?" Anne menyodorkan gelang jam yang mengkilat terhias permata ke depan mata May, entah dia ingin May membantu melepas jam nya atau Hal lain. Yang jelas May langsung terbelalak melihat jam mewah milik Anne.
"Ini jam macam apa lagi An, bagus buanget" Tanya May terheran-heran sambil menyentuh pelan-pelan jam Anne.
Anne mengecek berlian yang berjajar rapi di tepi jarum jam, lalu membenahi agar posisi jam itu pas di tanganya.
"Oh ini, ini jam hadiah dari papaku. Kemarin pas pulang dari Amerika, rencananya sih bulan depan aku juga mau kesana" Ketus Anne dengan bangganya, memang Anne berasal dari keluarga kaya raya, ke dua orang tuanya adalah pebisnis restoran sukses di Indonesia, bahkan mempunyai banyak cabang di luar Negeri. Sejak kecil kehidupan Anne bisa di katakan mewah, dengan gaya hidup yang glamor serba kecukupan. May hanya memandang jam tangan indah itu sambil menelan ludah.
"Wah enak dong bisa jalan-jalan ke luar Negeri, aku saja ke luar Kota belum pernah haha" Kata May cengingisan, dia membayangkan bagaimana rasanya menjadi seorang Anne, hidup bahagia tanpa ada kurang sedikit pun. May masih melihat-lihat jam tangan Anne yang membuatnya kagum.
" Enak lo May jalan-jalan ke luar Negeri, bener-bener jadi seperti ratu, apa-apa di layanin" Kara Anne bersemangat sambil mengepang rambutnya yang hampir copot.
May merespon antusias bahagia, tapi yang sebenarnya ada rasa sedih dalam hati, lebih Jelasnya May iri tentang semua kebahagiaan Anne.
"Kemarin pas aku traveling ke Singapore, aku tidak menyangka ternyata papa ku memesan hotel berbintang, dengan fasilitas VIP. Gak kebayangkan bagaimana kerenya perjalanan ku waktu itu? "Tambah Anne dengan cerita barunya.
Dada May sesak, ia hanya mengangguk sambil tersenyum se lebar-lebarnya. May mencoba tidak menghiraukan cerita Anne agar dirinya tidak begitu menyalahkan Tuhan tentang pemberian yang menurutnya tidak adil ini.
Padahal Tuhan memberikan kebahagiaan itu berbeda-beda, hanya pemain cerita saja yang belum bisa menikmati pemberian sehingga mereka lebih sulit untuk menemukan titik bahagia.
May pura-pura menanggapi cerita Anne, dia terus bertanya bagaimana kelanjutan ceritanya meski kupingnya panas dan ingin menutupi rapat-rapat.
"Terus menurut mu apa bedanya Singapore dengan Indonesia?" May bertanya seoalah dia sangat penasaran dengan pengalaman Anne. Lalu Anne seperti langsung sigap menanggapi pertanyaan May yang menurutnya sangat menarik untuk di bahas.
"Di Singapore semua serba canggih May, sampai-sampai ya May, aku aja mau nyisir rambut ada yang nyisir dong, tapi bukan orang. Kamu tau itu robot buatan mereka, yang bisa di remot untuk bisa melayani tamu hotel kapan pun. Pokoknya happy deh aku di sana" Kata Anne mengeluarkan semua unek-unek kekagumanya tentang Singapore.
Emmm..
May menjawab mengerti, cerita Anne terlalu jauh jika di samakan dengan kisah May. Sejak kecil saja setiap hari mulung, makan tanpa lauk juga sering, gak makan dua hari juga pernah. Kisahnya mirip sekali dengan lirik lagu milik legendaris dangdut Roma Irama.
'Langit sebagai atap rumahku, dan bumi sebagai lantainya.. hidupku, menyusuri jalan sisa orang yang aku makan hohooo'
"Aku ambil voucher perawatan waktu itu May, di sana ada klinik kecantikan yang super wow!, pertama aku mandi pakai air susu, lalu berendam pakai bunga mawar. Pokoknya sekujur tubuhku di rawat dengan se detail-detailnya"
Dada May semakin memanas, ada rasa sakit yang sebenarnya ia tahan sejak awal cerita Anne tadi. May terus berusaha menahan air matanya.
" Makanan di sana May, super lezat dan higienis. Mau pilih menu apa aja siap, dengan request rasa, toping semuua di layani dengan mudah" Semangat Anne semakin berkorbar, sehingga membius pikiran dan hati May yang membuatnya ingin ambruk.
Air mata May semakin membendung banyak, cuma ia belum jatuh karena May berusaha untuk menahanya.
"Daan-"
"Cukup An cukuup!" May sudah tidak bisa menahan rasa sakitnya. Air matanya tumpah dengan segala kepedihan.