Vino menggerakkan jari-jari ke dahinya, rambut yang asalnya klimis rapi dengan olesan minyak rambut seharga versi sultan itu luntur begitu saja, bercampur dengan keringat yang tak kalah mengkilap dengan minyak rambut.
Tanganya di angkat dan tergantung di lehernya, sambil menyandarkan tubuh ke kursi besi ber cat biru itu yang berdiri di dekat pintu kamar mandi. Keringatnya sudah sekalian ikut mengguyur kamar mandi, mengucur di sekujur tubuhnya, baju basah dengan bau apek yang membuat dirinya sendiri pun tidak tahan.
"Baru pertama kali dalam hidupku bauku bisa se menyengat ini, awas saja pak satpam itu. Bisa aku jadikan manager jika suatu saat aku menjadi sultan di Negeri ini!" Gumamnya lirih, ia mengernyitkan alisnya sebelah. Apakah Vino salah berucap? Sehingga nyamuk yang seharusnya hinggap pun berani menampar bibirnya keras-keras.
