Chereads / Budak Cinta Putih Abu-abu / Chapter 12 - DI BONCENG MOTOR NINJA

Chapter 12 - DI BONCENG MOTOR NINJA

"Ini dipakai dulu helmnya" Vino menyodorkan helm ke May, helm hitam pembalap berukuran besar itu membuat May kesusahan menyerasikan agar nyaman di kepalanya.

May bolak-balik menyopot, memakainya lagi, menyopot dan masih saja kurang pas. Di pegang saja beratnya minta ampun apalagi kalau di tempel di kepala, bisa muncul encok dadakan. May sebal ingin membanting helm aneh itu, tidak ada perhatian sedikitpun dari Vino. Entah misal bertanya bisa nggak pakainya? Tidak sedikitpun.

"Lama banget sih pakai helmnya" Ucap Vino sambil melepas maskernya.

"Itu helm masih baru ya, hati-hati pakainya!" Vino berlagak sombong, dengan suara dingin yang paling di benci May.

May hanya menatap kesal, lalu di lepas lagi kucir rambutnya agar tidak mengganjal di helm. Tapi lagi-lagi ia harus gagal lagi memasang helm lebay itu di kepalanya

"Ma'af kak susah sekali pakai helmnya" Ucap May lirih, takut jadi Korban semburan Vino lagi. Maklum ini kali pertama May pakai helm, bagaimana mungkin semasa hidupnya dia hanya menaiki sepeda, tidak pas jika harus memakai helm.

"Bantuin dong kak" Pinta May sangat hati-hati sambil menyodorkan dagunya.

"Ya Tuhan masih ada ya orang senorak ini"

Vino meletakkan masker di jok depan lalu mengulurkan tanganya untuk memasangkan helm ke May, wajahnya sedikit merem. Mungkin takut dengan muka May yang belepotan mirip orang gilam.

Nafasnya sengaja di tahan saat muka Vino benar-benar dekat sekali dengan May, agar bau mulut khasnya May tidak tercium di lubang hidung Vino yang mancung. May berusaha tidak berkedip, pumpung ada kesempatan tanpa tiket bisa menatap wajah mulus Vino yang super-duper menawan.

Vino mengoyak-oyak helm itu di kepala May, dia terheran sebenarnya kepalanya itu berbentuk apa? Masak iya kotak, susah amat di pasang helm.

"Kepalamu itu sebenarnya kepala bukan sih? Ooo atau mungkin helm ku saja ya mungkin, yang mau di pakai sama kamu hahaha" Vino tertawa lepas sambil mengambil helmnya lagi dari ujung kepala May yang gagal terpasang.

"Ya kepala dong kak, kalau kelapa tuh yang ada santanya" Jawab May ingin mencairkan suasana. Tapi yang ada Vino semakin ngamuk tidak jelas.

"Nggak usah basa-basi, udah cepetan naik" Vino berteriak meminta May untuk segera naik ke motor.

Anggukan May terlihat sangat ketakutan, kakinya gemetaran. Ada lagi yang membuat May ketakutan, dia kebingungan cara memasang pijakan kaki, sepertinya menyelip ke dalam, tapi bagaimana caranya? May hanya terdiam panik.

Benar-benar May adalah gadis polos dengan segala tidak tauanya.

"Kenapa lagi?" Tanya Vino semakin geregetan, menoleh ke belakang ke arah May dengan muka memerah

May salah tingkah sambil menumpukan kedua kakinya, lalu ini adalah salah satu usaha agar ia selamat dari sasatan Vino.

"Eh tidak apa-apa kak, kak Vino fokus ke depan saja" May berkilah seolah sedang baik-baik saja, lalu mendongakkan kepalanya ke depan agar Vino mengikuti instruksinya.

Setelah di pastikan Vino sudah menghadap ke depan, May siap-siap melangkah mundur dengan ancang-ancang yang kuat. Menarik nafas kuat-kuat, membaca basmalah dan loncat setinggi mungkin untuk bisa sampai di atas motor ninja Vino.

Braaak!

Meleyang seketika tubuh Vino yang menumpu motor berukuran besar itu, May menarik pundak Vino sangat kencang sehingga tubuh Vino meleyot ke belakang hampir ke pelukan May.

'Ah sial, kurang sedikit lagi aku bisa memeluk Vino. Dasar kurang ekstrim tanjakan ku tadi'

Gerutu May dalam hati.

"Allohu akbar!" Jeritan spontan Vino membuat May kaget tapi sedikit kagum, ternyata ada sedikit jiwa sholeh dalam diri Vino. Ketika dia mendapati sesuatu yang mengagetkan tidak langsung berkata kotor, justru dia menyebut nama-Nya. May mendekap dadanya terkagum-kagum.

"Kamu ngapain sih, loncat-loncat gitu" Vino menegur May yang masih senyum-senyum. May langsung membuyarkan lamunanya.

"Maaf kak, tadi terlalu semangat soalnya" Jawab May malu-malu. Mau bilang tidak tau cara memasang pijakan takutnya Vino mengamuk lebih parah, ahirnya May nekat dengan triknya.

Vino melajukan motornya sambil memegangi helm di depan, lalu mengintip May dari kaca spion motornya.

'kenapa cewek ini begitu sederhana, selalu bersyukur, tidak pernah menghujat dengan keadaanya yang sangat memprihatinkan?'

Vino melamun sendiri sambil memikirkan cewek di belakangnya.

"Rumah kamu mana? Jangan bilang kamu Lupa jalan pulang!" Tanya Vino masih saja ngotot, dia mengurangi kecepatan laju motornya sambil menoleh ke belakang sebentar.

May kelihatan sangat menyiapkan jawabanya dengan sebaik mungkin, May sudah lemes kena semburan Vino hari ini.

Ehhm..

May mengatur suaranya lebih dulu, agar tidak belibet.

"Itu kak, di depan sana ada gang masuk ke Utara. Nanti kak Vino nganternya sampek situ aja, jalan masuknya kecil soalnya, becek lagi. Sayang nanti motornya kotor" Kata May sangat hati-hati.

"Oh ya udah, beneran sampek situ aja? Nanti masih jauh nggak sampek rumahnya?" Kata Vino dengan nada suara lebih lirih dari sebelumnya.

May tidak langsung menjawab, sebenarnya masih jauh jarak rumahnya antara gang masuk sampai jalan belok ke kiri. Tapi May berfikir tentang keadaan rumahnya, jika nanti Vino sampai tau, mana mungkin dia mau mengenal lagi seoarang May pemilik rumah bambu yang sudah reot. Ahirnya May memilih untuk berbohong.

"Ee deket kok kak, cuma melewati beberapa rumah saja sudah nyampek" Kata May sambil mengibaskan rambutnya kedepan, agar Vino sedikit mencium aroma rambutnya yang baru ia keramas tadi pagi. Sayangnya rambut itu terbang lagi ke belakang karena angin yang sedikit kencang.

"Oh oke lah, lumayan bensinku tidak berkurang banyak" Cetus lagi Vino dengan sikap menyebalkan.

May langsung tidak enak hati mendengar ucapan Vino, lalu sedikit mendekatkan wajahnya ke telinga Vino.

"Maaf kak, gak papa kok saya ganti nanti bensinya. Aduh saya ngrepotin ya?" Tanya May dengan lagak polosnya.

Vino mendadak tertawa geli, dia menepuk-nepuk stir motornya berkali-kali sambil menggelengkan kepalanya.

"Ya Allah May, gitu aja di masukin hati. Ya nggak usah lah, cuma bercanda kok" Kata Vino masih dibarengi dengan tawa kecilnya.

Tangan May menggedor-gedor dadanya sendiri, lalu bersyukur di dalam hati. Di sepanjang jalan mereka hanya terdiam menikmati anganya sendiri-sendiri. Suasana setelah hujan membuat langit begitu redup sehingga membuat terasa nyaman saat di jalan.

May merasa gemas ingin memeluk Vino dari belakang, tanganya gatal, mencoba maraih mundur lagi maju mundur lagi. Hingga motor itu terasa bergetar karena tubuh May yang pecicilan.

"Kok heboh sih di belakang?" Vino memastikan kondisi May dari kaca motornya. Lalu May kembali diam tanpa menjawab pertanyaan Vino.

"Eh eh kak berhenti sudah sampai!! " Seru May mengehentikan laju motor Vino tiba-tiba.

Ciiiittt…

Rem itu sangat kesit mengerem ban depan Vino.

"Woy kalau aba-aba jangan mendadak dong! Bahaya!" Vino berteriak marah, sambil tetap menggenggam remnya kuat-kuat. May menutupi wajahnya ketakutan, dia pasrah dengan amukan Vino kali ini.

Lalu May turun dari motor dengan berpegangan tas Vino, muka Vino masih pucat karena kaget. May sengaja diam sebentar menunggu Vino kembali tenang.

Pelan-pelan May mendekati Vino dan mengatungkan tanganya.

"Kenapa ini?" Tanya Vino heran.

"Salim kak" Jawab May dengan santun, tapi itu hanya settingan. Lalu Vino juga mengulurkan tanganya, May mencium tangan Vino dengan keningnya layaknya sikap adik terhadap kakaknya.

Vino terdiam dengan sedikit dengan kekagumanya, lalu laju motornya masih membawa senyum baper Vino.