Pak agung tetap dalam pendirianya, raut wajah yang mencerminkan kecewa dengan keputusan kepala sekolah itu, sangat terlihat di wajah pak agung.
" mohon maaf pak, " ujar pak agung.
" apa bapak nggak pernah bisa berunding dengan sesuatu perkara yang sulit pak? " tanya pak luqman, membisikan ke telinga kiri dan memegang kedua bahu dari arah belakang pak agung.
" ya beda pak, kalau ini namanya bukan berunding tapi ini pembunuhan karakter, dengan tindakan dan keputusan bapak seperti ini maka secara tidak langsung bapak sudah mencidrai citra seorang guru pak. " ucap pak agung tegas.
"masalahnya ini adalah. sekolah kita butuh pak. andai kata sekolah kita ini tidak membutuhkan, maka tidak mungkin saya akan melakukan keputusan ini pak. sudah gini aja pak, kalau memang pak agung keberatan dengan keputusan saya ini, mending bapak bisa pindah saja dari sekolah ini pak"