"Berarti hal yang sama berlaku buat lo juga?" Razka mengangkat kedua alisnya. "Lo bisa jadi ketua ekskul teater dan tetap dipertahankan di sekolah ini meskipun suka mem-bully hanya karena lo anak dekan di universitas yang bekerja sama dengan Yayasan Merdeka? Kalau bukan, lo juga pasti bukan siapa-siapa. Mungkin aja lo bisa jadi korban bully dari mereka yang lebih berkuasa. Iya, 'kan?"
Gaby mengepalkan tangannya erat.
"Kalau sampai artikel itu diunggah, gue akan melaporkan lo karena menyogok anak ekskul jurnalistik untuk membuat artikel yang gak benar dan melaporkan lo dengan tuduhan pencemaran nama baik," ancam Razka.
Tidak ingin berurusan dengan Razka, Gaby segera pergi meninggalkan ruangan kelas Owen.
"Makanya kalau mau bikin artikel harus didasari fakta!" teriak Razka. "Gue aja yang goblok, ngerti. Masa lo anak dekan gak ngerti?!"
Selepas kepergian Gaby, Razka menepuk pundak Owen beberapa kali. "Makasih banget, Bro, lo udah kasih tahu gue tentang rencana Gaby."
"Sama-sama."