"Lebih baik kita gak berpisah lagi, gue takut hal-hal yang gak kita inginkan terjadi, kalau kita bareng-bareng kayak gini mungkin kita bisa melindungi satu sama lain," lanjutku sembari menatap mereka satu persatu.
"Ada benernya juga sih," ucap Gerlan menyetujui ucapanku. Ku lihat Qaila menatap Judith yang kini sedang menundukkan kepalanya.
"Gimana? Lo ikut kita aja ya?" ajak Qaila. Setelah menunggu keputusan Judith yang cukup lama, akhirnya dia menganggukkan kepala. Aku yakin satu roti dan segelas air sudah cukup untuk mengembalikan tenaganya.
Kami mulai berjalan berdampingan ke arah lorong tadi dan masih dengan bantuan flash handphone untuk menerangi sekitaran kami. Sembari terus berjalan, kami menanyakan tentang apa yang telah Judith alami selama berada di bangunan ini. Katanya dia baru bisa keluar dari labirin dua hari yang lalu. Semua kebutuhan makanannya tertinggal di dalam sana.
"Terus kenapa lo bisa kepisah sama temen-temen lo yang lain?" tanyaku penasaran.