"Aku tidak mau! Aku belum siap menikah," kataku menolak apa yang ayah mau. Tentu saja semua terkejut dengan penolakanku ini.
"Kau harus segera menikah untuk menghilangkan aura negatif dari dirimu, Aretha," balas ayah dengan raut wajah marah.
Aku tidak peduli apa yang ia katakan. Aku rasa aura negatif yang ia bicarakan itu bukan dari diriku, melainkan dari dua kuntilanak yang katanya ada di pundakku ini. Tidak mungkin aku menunjukkan aura negatif sementara sudah hampir satu bulan ini aku selalu rajin ibadah dan selalu bersedekah.
"Kau harus menuruti apa yang Bapakmu katakan," ujar nenek tiba-tiba.
"Tidak, Mbah. Aku tidak ingin menikah dengan siapapun," tolakku lagi.
Tiba-tiba ayah mengambil gelas yang ada di hadapan kami dan aku terkejut saat ayah melemparkan gelas itu ke lantai. Dengan berteriak ia berkata kepadaku, "Kau sudah gila, Aretha! Kau harus segera menikah dan kau harus menuruti apa yang aku katakan. Jangan selalu membantah!"