"DASAR ANAK TIDAK TAHU DIRI!" bentak ayah membuatku ketakutan. Aku menangis melihat ayah yang membentakku.
"BUAT APA KAMU MENEMUI WANITA ITU HAH? BUAT APA?" bentaknya lagi.
"D-dia kan Mama aku, Yah. Aku kangen sama mama," kataku dengan suara yang bergetar. Kini air mataku mengalir karena merasa takut dengan bentakan ayah.
"DIA BUKAN MAMA KAMU!"
Aku sangat terkejut saat ayah mengatakan hal itu. Bukan mama aku? Apa maksudnya?
"DIA SUDAH PERGI DENGAN LELAKI SIALAN ITU! BUAT APA KAMU MASIH MENGANGGAPNYA MAMA? DIA SAJA TIDAK MENGANGGAPMU ANAK."
"Ta-tapi bukannya Ay-"
"DIAM KAMU! HAK ASUH KAMU ITU ADA DI TANGAN AYAH, KAMU YANG AYAH URUS. KAMU SUDAH TAHU KAN PENGADILAN SUDAH MENYETUJUI BAHWA AYAH YANG AKAN MENGURUSMU? MAMAMU TIDAK AKAN PERNAH BECUS UNTUK MENGURUSMU!" kata ayah membuatku semakin menangis. Ya, aku tahu bahwa pengadilan menyetujui jika aku diasuh oleh ayah. Tapi, aku juga ingin bertemu mama. Sudah setahun ini aku tidak pernah melihat wajah mama.
"Tap-"
