"Apakah dia sudah mati?" tanyaku sambil melihat Tenzo yang tergeletak di lantai.
"Tentu saja. Mematahkan leher bukan hal yang sulit bagiku, aku sangat senang melakukannya," jawab Hideki tanpa beban. Aku menelan ludahku. Tak ku sangka ternyata aku tak terkejut saat sahabatku membunuh tepat di depan mataku. Sialan! Kenapa aku tak merasakan apapun seakan-akan sudah biasa melihatnya membunuh? Hal ini membingungkan aku.
"Baiklah, ayo kita masuk!" ajakku. Aku pun membuka pintu gudang secara perlahan. Ku lihat di dalam ruangan itu ada seorang lelaki berambut pirang yang tengah duduk santai sambil meminum secangkir kopi. Aku dan Hideki dengan perlahan mendekati lelaki itu. Lelaki itu terlihat tak sadar akan kedatangan kami.