Satu minggu berlalu semenjak ayah pergi, beberapa orang datang ke rumah dan mengusir kami. Mereka berkata jika ayah memiliki hutang yang sangat banyak, ayah menggadaikan rumah kepada mereka. Aku dan ibu tak tahu akan hal itu, tentu saja ibu menolak untuk meninggalkan rumah. Namun ternyata, orang-orang itu membawa sebuah surat tanah milik kami. Ibu terkejut setelah tahu bahwa surat tanah itu adalah surat tanah miliknya. Dengan terpaksa, kami harus meninggalkan rumah kami yang penuh kenangan itu. Untung saja mereka tidak memperlakukan kami dengan kasar, sehingga kami dapat pergi tanpa kesakitan. Tetapi tetap saja, kami tak tahu harus pergi kemana, tak tahu harus berlindung dimana. Kami tak memiliki saudara di kota ini, uang yang kami miliki pun rasanya tak cukup untuk mengantarkan kami pulang ke kampung halaman yang jaraknya cukup jauh.