Ellera terdiam, saat wanita paruh baya itu sedikit melantur.
"Maaf, Nona. Saya tidak bermaksud. Ma-maksud saya, apakah Nona tidak takut jika berpisah? Secara setiap hubungan pasti ada pertemuan dan perpisahan. Terlebih, sifat Tuan Muda yang sangatlah random. Saya hanya takut, Tuan melampiaskan amarahnya ke Nona. Tapi jangan sampai, ya, Non. Bibi percaya kok. Tuan tidak akan seceroboh itu."
Wanita itu menyadari, jika ucapannya sedikit berlebihan. Namun Ellera masih terdiam. Ia meresapi setiap kata yang dilontarkan wanita itu. Memang benar, setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan.
"Non? Bibi minta maaf, Non ... Sekali lagi, Bibi minta maaf, Non. Bibi tidak bermaksud. Maaf saya sangat lancang. Nona...."
Wanita itu tak henti-hentinya meminta maaf, karena Ellera sedari tadi masih diam tak berkutik. Seakan-akan marah besar.
Wanita itu menyentuh lengan Ellera. "Nona tidak apa-apa?" tegurnya merasa bersalah. "Maafin, Bibi, Non. Jangan melamun, Non."